Rating: | ★★★ |
Category: | Other |
Selain nye-tok kacang, tentu saja nyetok kencur, daun jeruk dsb. Sampai-sampai Leo bilang: "aku dulu waktu masih single, koelkast ini isinya nggak ada yang namanya barang-barang kayak gitu. Sekarang freezer jadi full of boemboe"
Aku bilang: "Ah...kamu juga suka kok kalau aku masak macem-macem"
Lha gimana nggak nyetok, kalau di Indonesia sih gampang. Pengin menggunakan daun jeruk, kencur dsb tinggal nyegat tukang sayur atau ke pasar atau ke supermarket. Dapatnya fresh lagi. Lha di sini, boemboe kayak gitu kan eksotik, harus ke Asian supermarket atau toko-toko Indonesia yang menjual kayak gituan. Itu artinya harus ke Rotterdam atau ke Rijswijk. Perjalanan sih nggak ada sejam, tapi kalau naik openbaar vervoer alias public transportation kan mahal sekali. Belum lagi berat, jadi harus bawa mobil. Jadi kalau mau beli boemboe ya harus nunggu longgarnya Leo untuk nganterin ke sana.
Kembali ke bumbu pecel lagi. Aku jarang sekali beli bumbu pecel karena pernah beli merk Karang Sari tapi kok rasanya sudah apek. Mungkin sudah lama kali ya di toko. Terus pernah lagi beli bumbu gado-gado yang merk lokal, rasanya menurutku lebih parah. Atau mungkin lidahku saja yang nggak pas dengan pecel nya Londo.
Aku bilang sama teman, gado-gado di sini rasanya sudah menyalahi hak-hak asasi bumbu gado-gado. Begitu juga nasi goreng, rasanya aneh, bakmi goreng berasa nggak ngalor nggak ngidul. Betul-betul menyalahi pakem (lha tapi kalau para Londo suka, yo nggak po-po yo?). Temanku kemudian bilang: "wah kalau gitu, harus didirikan KOMNAS HAB (Hak Asasi Bumbu) nih"
Kabar bahwa Leo suka gado-gado sudah tersebar luas diantara keluarga, kerabat dan teman-teman semua. Saking santernya kabar tersebut, waktu kami pulang kampung, setiap orang yang kami datangi baik itu bude, saudara sepupu, keponakan, teman-teman semua pasti nyuguhinya gado-gado atau pecel. Dari mulai pecel Madiun, Kediri, gado-gado Jakarta dll. Bahkan waktu di Kediri, bude selalu membelikan pecel dari pasar untuk sarapan pagi. Leo sebetulnya nggak pernah sarapan, tapi nggak enak juga untuk menolak. Selain itu melihat pecel Kediri yang dibungkus pake daun dan ditambah dengan rempeyek dan kerupuk, ya siapa bisa nolak. Apalagi nasinya anget dan minumnya teh anget, pasti enak to.
Waktu di Semarang juga gitu. Seorang saudara bahkan import khusus bumbu pecel dari Ngawen untuk disajikan sebagai salah satu menu suguhan untuk kami. Kalau nggak salah yang membuat namanya ibu Kusrin. Bumbu pecelnya enak, dan wangi daun jeruknya terasa harum sekali. Belum lagi kencurnya juga terasa, tapi nggak getir, wong sudah dicampur dengan macem-macem bumbu lainnya tentunya. Wis pokoknya top rasanya. Kalau dibandingkan dengan pecel made in Londo, ya jauhlah. Pecel made in Ngawen ini jauh lebih uenak. Kebetulan Leo suka pedes, jadi nggak masalah dia makan pecel yang pedas harum ini.
Nggak tanggung-tanggung, saudaraku ini malah sudah membelikan bumbu pecel berplastik-plastik untuk kami bawa pulang ke Belanda. Jadi jangan kaget kalau waktu itu mungkin seperempat isi koper kami adalah bumbu pecel made in Ngawen. Lumayan juga buat persediaan berbulan-bulan. Kalau males masak, tinggal ngencerin bumbu dan ngrebus sayuran.
Di Jakarta juga sama. Waktu itu kami ketemu mbak Suci, istri almarhum Munir, dia juga ngajak ke warung dekat rumahnya untuk makan pecel. Kata mbak Suci, wis mumpung di sini, ayo kita makan rujak cingur atau pecel Madiun. Lumayan juga sih rujak cingurnya walaupun made in Bekasi, bukan made in Suroboyo. Leo milih pecel Madiun. Katanya sih enak (wong aku nggak ikut ngicipin). Kalau nggak enak, yo nanti tak laporkan ke Komnas Hak Asasi Bumbu to!
Have a nice day.
Sri
PS. Gambar bintang (rating) nggak ada hubungannya dengan review. Aku langganan Multiply yang gratis, jadi yo ora lengkap, kebetulan bagian blog sudah kepake untuk yang lain. Mau langganan yang mbayar, percuma, karena blog cuma diisi setahun sekali. Hi...hi...hi... dasar males!
walah lihat foto sayuran rebus gini ya laper tho....
ReplyDeleteseger bener ya makan pecel... kok jadi pengen *latah*
Mbak, klo di Blitar, pecel Karangsari itu memang terkenal banget, diekspor kemana pun keluar Blitar. Mungkin yg dibeli Mbak Sri itu udah terlalu lama, jadi dah gak enak lagi. Tapi bikin sendiri juga mudah kan? Apalagi stok kacangnya dah karungan gitu... heuheuheu...
ReplyDeleteKarangsari juga di Bontang ada lho... di AD juga ada, hebat ya ?
ReplyDeleteNek nggawe dewe, ono resepe tah Haley ?
Wah, musti dicari dulu resep-e mbak, nyelip ntah dimana. Lha cuman sekali praktek, tu pun dah lama banget. Habis, males numbuk (gak punya gilingan or food processor), dan mending pesen bulikku yg jualan sambel pecel... Huehueheu....
ReplyDeleteKlo Mbak Ine pasti dah apal luar kepala... heuheuhe...
Aku beli sayurnya di pasar Roterdam. Murah dan kualitasnya bagus. Yang jelas sih, kami lebih suka pecel daripada stamppot.
ReplyDeleteIya memang, kayaknya sudah lama kali ya. Aku beli dua kali kecewa melulu. Padahal waktu ada saudara sepupu berkunjung ke sini, kami dibawain Karangsari kok enak ya. Wis disini semuanya harus bikin sendiri. Lha gimana, belum tentu ada. Kalaupun ada, jauh dan harganya mahal.
ReplyDeletenggak nolak kalo di kirim pcel ato gado2....my kids aja kalo ama sayuran gak suka...tapi kalo pas ada gado2 ato pecel pasti suka.....hehehe...padahal pake sayur kan....
ReplyDeleteGado-gado memang top kok ya, disukai banyak orang....dan yang penting banyak sayuran, makanan sehat....
ReplyDeleteMbak..emang ada langganan MP yang pake bayar?
ReplyDeleteMbah juga hampir dua hari sekali minta pecel gantian kadang gado2, atau urap2 juga enak lho Sri.
ReplyDeleteDulu memang ada yang bayar. Kalau nggak salah yang account gold yang ada bagian resep. Sekarang sih nggak ada yang bayar, gratis kabeh setahuku. Bagian resep juga bisa diakses secara gratis sekarang.
ReplyDeleteMemang betul tante...gado-gado memang top. Kadang kami makan gado-gado tanpa telur. Cuma gado-gado dan nasi anget serta brambang goreng untuk taburan di atasnya. Itu saja sudah cukup bagi kami....
ReplyDeleteDulu tiap bikin pecel bumbunya bikin sendiri,sekarang klw males lebih baik beli jadi di toko china, alhamdullilah sampe saat ini nga pernah nemu Karang Sari yg bermasalah....
ReplyDeletepantes ajah Leo bol bal mencret... duh pecel mulu yang dimakan....
ReplyDeleteaku ajah gak brani sering2 makan gado2 atau pecel kalau mudik, akibatnya soale udah bisa diduga, bakalan produksi sendiri soale....*jorok ah*
Di sini toko China jauh sih, jadi males. Kalau ke sana harus nunggu Leo dulu supaya bisa diantar. Sebenarnya sih nggak jauh, tapi tahu sendiri kan, di sini transportasi umum muahalnya setengah mati. Sudah gitu haltenya masih jauh ke tokonya. Kalau saja bisa dijangkau pake sepeda, aku mendingan ke sana naik sepeda, nggak perlu nyetok di rumah.
ReplyDeleteLucunya mbak, waktu pertama ke Indonesia dia sehat bugar nggak bermasalah. Waktu itu dia ke Ambon dsb (malah waktu itu kami belum kenal). Kemudian waktu berkunjung ke dua, aku bawa ke tenda dsb nggak bermasalah. Kuat banget perutnya. Bayangin aja, dari mulai restaurants sampai tenda perutnya aman-aman saja. Sama sekali nggak diare.
ReplyDeleteKemudian mudik lagi masih oke walaupun dikasih pecel beli di pasar. Hanya minggu terakhir dia mengalami masalah walaupun dia nggak makan gado-gado lagi.
Nah mudik kemarin itu mbak, kok jadi kolokan banget perutnya. Sejak hari pertama sudah diare. Akhrinya dia cuma bisa makan pisang sama biscuit saja. Kalau ketemu teman (karena pasti makan-makan to?), dia bener-bener pilih menu. Kalaupun makan gado-gado karena itu bikinan di rumah (termasuk kalau disuguhi saudara yang aku tahu sendiri dia super bersih). Setelah itu diarenya terbawa sampai di Belanda. Makanya nih, aku sudah wanti-wanti dia, lain kali kalau mudik, dia cuma boleh makan pisang terutama minggu pertama.
sama air say...
ReplyDeleteminumnya jangan minum air pam yang direbus tapi kudu air mineral dan yang bagus tuh yang merek nestle atau evian hanya evian mahal banget. Nestle yang mayan kejangkau.
Saya pernah kok gara2 minum air keran rebus , mules juga...
entah kenapa beberapa tahun lalu mah gak mudah terkena diare tapi akhir2 ini kayaknya beneran deh kumannya agresif sekali apalagi weteng londo....
eh kamu kalau beli bumbu di delft ajah di papsouwselaan kan deket malah dari rumahmu... di toko ramee itu mayan komplit lho..
O...air yo mbak? Biasanya dia minum Aqua. Masih belum bagus ya mbak itu? Thank you mbak atas infonya. Nanti aku sebelum mudik mau kasih tahu adikku supaya beli air mineral Nestle dulu.
ReplyDeleteOh ya mbak, tanya lagi. Mbak Esther dulu kan pernah ngasih tahu tentang enzymplex ya. Enzymplex itu ada merk-merknya ya mbak? Yang biasa dipake merk apa mbak? Aku kan perlu nyiapin kalau nanti mudik.
Nanti kapan-kapan aku ke Delft deh mbak. Semoga haltenya nggak jauh dari tokonya ya mbak. Sebenarnya di Rotterdam ada asiatich supermarkt yang lengkap. Letaknya berseberangan dengan euromast. Cuma yo kuwi lho, openbaar vervoer di sini kan mahal. Mosok arep tuku tepung ketan sak plastik rego sak yuro wae, biaya transporte pp 10 strippen (4,5 euro). Sudah gitu naik turun kendaraan, bis, metro, tram. halah kok angel men. he...he...he... Sudah gitu haltenya masih jauh, ukurane Londo mlaku sepuluh menit, lha kalau kita kan paling enggak 20 menit ya. Makanya harus nunggu Leo supaya bisa diantar pake mobil supaya bisa beli yang lain-lainnya.
kalau enzyplex ya itu nama obatnya.....
ReplyDeletebukan jenis obatnya, ada juga vitacym kalau gak salah hampir mirip daya kerjanya dengan enzyplex hanya kalau buat saya cocokan enzyplex....
adikmu ajah beli di jakarta, ntar begitu mulai makan macam2 minum deh tuh obat...
ada juga sekarang supplementnya buat memperkuat perut, semacam enzyplex juga..ntar kalau dah ketemu botolnya aku kasih tau kamu...
kalau toko ramee gak jauh dari halte bis atau trem, malah didepannya ada supermarket segala kalau dulu konmar tapi kali sekarang jadi apa ya konmar tuh...
juga gak jauh adain de hoven winkel centrum dan juga Albert Heijn.
Thanks mbak atas infonya. Sebelum mudik nanti, aku mau kontak adikku dulu supaya disediain.
ReplyDeleteAku sudah cari di internet tentang rute ke toko ramee di Delft. Dari tempatku naik bis, terus naik metro bawah tanah, terus naik kereta, terus naik tram kemudian jalan 3 menit....sampai gonta-ganti kendaraan. Ya gini ini lho yang nyebelin di Belanda. Jadi kalau kebetulan aku ada keperluan ke Delft sekalian deh mbak aku ke toko ramee supaya ongkos dan tenaganya cucuk. he...he...he...
Segar banget say.
ReplyDeleteWah...jadi pengin gado-gado nih nanti kalau buka puasa....
ReplyDeletecobain dong....
ReplyDelete