Ketika membaca tulisan bu Ine disini dan bu Evi disini tentang kesibukan blio-blio ini mempersiapkan lunch boxes untuk para putri mereka, lha kok malah mengingatkan aku pada pengalamanku yang hampir sama.
Bedanya adalah mereka harus kreatif untuk para princes mereka yang cantik-cantik, aku harus berjuang supaya ngga mati ide untuk menyiapkan menu makan siang buat bojo tercintah. he..he..he...
Sejak awal tahun ini, kantor Leo dipindah ke industrial area yang jaraknya lumayan jauh dari rumah. Dia harus menempuh perjalanan antara 45 sd 2 jam, tergantung macet tidaknya. Apalagi kalau sedang winter turun salju gini, wis alamat bisa lama di jalan. Padahal dulu kantornya yang lama cuma ditempuh dalam waktu 10 sampai dengan 15 menit.
Ternyata di kantornya yang baru, tidak ada kantin sama sekali. Ini berarti dia dan seluruh teman-temannya harus membawa bekal makan siang sendiri dari rumah.
Sebetulnya sebagai orang Belanda, Leo tidak terlalu masalah untuk makan sandwich tiap hari. Wong teman-temannya juga gitu kok. Tiap hari mereka bawa roti isi keju atau selai atau hagelslag (chocolate sprinkles) atau tuna dan sejenisnya.
Terus terang aku juga heran, kok ya ngga bosen ya mereka ini makan roti tiap hari. Lha yo walaupun isinya diganti tiap hari, tapi kok yo ora bosen gitu lho. Lha wong perasaanku pilihané yo cuma itu-itu thok. Beda to sama lunch nya orang Indonesia, kemarin soto ayam, kemarin dulu oseng-oseng kangkung en ikan pepes, besok gado-gado, lusa nasi Padang, besoknya lagi nasi rawon, keesokan harinya lagi ketoprak dan seterusnya.
Suatu hari aku masak tuna bumbu Manado dan ikan goreng untuk makan malam kami (kebetulan ada sisa ikan fillet sedikit, jadi daripada ngendon lama di freezer, mendingan dimasak sekalian walaupun sudah masak tuna). Karena sisa, Leo bilang:
"Daripada sisa, ini aku bawa ya buat makan siang di kantor. Di kantor baru ada microwave. Kalau kulkas sih memang dari dulu ada..."
Aku langsung bilang:
"Bawa aja kalau mau. Sekalian aja pake nasi. Itu ada lunch box di lemari......"
Kebetulan kami punya lunch box yang ada sekat-sekatnya. Jadi gampang kalau mau bawa makanan yang berbeda. Nasi bisa dipisahkan dengan lauk dan sayur ataupun saus.
Dalam hati aku rada heran. Tumben Leo mau bawa nasi. Biasanya paling pol roti baguette atau pizza. Lha kok sekarang mau bawa bawa nasi.
Leo cerita, di kantor teman-temannya ngiri karena lunch box nya Leo beda sendiri. Baunya uenak begitu keluar dari microwave. he..he..he..
Sejak saat itu, tiap hari aku berusaha untuk masak rada sedikit banyak untuk dinner supaya keesokan harinya bisa dibawa Leo ke kantor untuk lunch. Mulai saat itu aku harus berpikir kreatif supaya menunya bisa ganti-ganti: pizza tuna, telor dadar saos asam manis, nasi goreng nanas, burger salmon, semur daging cincang dan setup sayuran, gado-gado, bakmi goreng, orak-arik, martabak dsb. Pokoknya list nya sudah panjang. he..he..he..Aku berusaha menggunakan sayur yang tidak lembek seperti wortel, buncis dan sejenisnya. Kalau lagi males ya frozen vegetable. he..he..he..
Buku-buku masak yang aku borong dari Indonesia langsung aku keluarkan. Aku cari resep-resep praktis yang gampang buatnya. Kalau teman-temannya tambah iri ya jangan salahkan aku ya. he..he..he..
Kata Leo:
"Lha kamu kok malah nyulap aku jadi orang Jawa nih gimana?"
Jawabku:
"Lha wong kamu juga suka gitu lho ya........"
Leo cuma nyengir.
Kalau dipikir-pikir, punya suami kok kayak punya anak yo. Sama-sama harus kreatif menyiapkan bekal makan siang. Padahal sebenernya Leo sendiri ngga minta untuk dibawain makan siang. Kalau ada sukur, kalau ngga ada dia bawa roti juga cukup. Tapi kalau dia menyukai lunch yang aku siapkan, aku juga ikut puas.
Note: gambar yang aku pasang adalah beberapa buku resep masakan yang aku punya....masih ada buku-buku resep yang lain yang belum sempat aku foto.....
Besok mau bikin lapis surabaya buat dibagikan ke teman-teman Leo. Kasihan kalau tiap hari mereka cuma bisa membaui makanan tanpa bisa mencicipi.