Monday, 9 April 2007

Keindahan suatu kemewahan?

Ketika aku mengirim beberapa foto-foto yang kami ambil dari Keukenhof kepada teman-teman kami di Indonesia, ada beberapa komentar mereka yang cukup menggelitik. Misalnya:


"Mbak ternyata di belande bagus banget ya! tidak seperti di jakarta setiap hari macet dan polusi terus, coba jakarta seperti di belande asik kali ye....!" 


Kebetulan memang temanku ini belum pernah ke luar negeri. Yang dia tahu cuma desanya yang terletak di pelosok Wonogiri dan Jakarta (tempat dia sekarang bekerja). Di Jakarta dia betul-betul merasa sumpek karena polusi dan kemacetan yang luar biasa. Dia tidak mungkin kembali ke desa karena di desanya tidak ada lapangan kerja baginya. Dia harus mengadu nasib di kota, diawali dengan menjadi office boy dan karena dia tekun bekerja sambil sekolah (apalagi dia sangat jujur), dia sekarang diangkat menjadi tenaga administrasi di sebuah LSM di Jakarta. 


Begitu aku kirimi dia foto-foto tulips, itulah komentarnya. Kapan Jakarta bisa menjadi asri, bebas dari macet dan polusi.


Ada teman lain yang berkomentar: 


"Ya..ampun Mbak Sri... Keren bangetzzz, kalo ngeliat taman kayak gitu bisa lupa tuh di dunia masih banyak orang nembakin sesamanya, diinjak-injak harkatnya....karena Tuhan sebenarnya menciptakan begitu banyak keindahan yang dirusak sendiri oleh manusia... Aduhh..jadi permenungan sendiri deh......"


Komentar ini dilemparkan oleh seorang yang bekerja di sebuah LSM internasional di Jakarta. Yang aku tahu, pergi ke luar negeri tidak asing bagi dia. Tapi pekerjaan pokoknya tetap sama: mengurus isue-isue human rights dan women rights.

 

Dari kedua komentar tersebut baik dilempar oleh seorang desa yang sumpek dengan kehidupan kota metropolitan yang tidak ramah ataupun dilempar oleh seseorang yang bekerja di sebuah lembaga internasional, intinya menurutku tetap sama: suatu impian menghendaki perbaikan.

 

Keindahan ternyata sudah merupakan suatu kemewahan. Kapan negaraku akan bersih (dari polusi dan korupsi), bebas dari kekerasan (baik ekonomi maupun fisik), dan indah asri tanpa pengrusakan lingkungan yang gila-gilaan.  

 

40 comments:

  1. lha wong taman di tengah kota yang emang sengaja dibikin dan dirawat aja kalo siang malah buat ngumpul anak jalanan kok, gimana kita bisa menikmatinya ? ...
    kebayang gag sich Mbak, air mancur yang ada di Tugu Muda Semarang itu, kalo siang hari suka dipake mandi ma anak-anak jalanan ... dimana indahnya coba ? ...

    ReplyDelete
  2. perasaan keindahan bikin kita bisa berfungsi optimal mbak Ci.....

    ReplyDelete
  3. Aku belum tahu kalau keadaan sampai separah itu. Aku sudah lama nggak pulang ke Semarang. Aku prihatin betul lho. Apakah kemiskinan sampai membuat mereka harus melakukan hal itu? Air bersih sampai begitu mewahnya sampai mereka tidak mampu menjangkaunya.

    ReplyDelete
  4. mbak yang satu ini bener-bener idealist........

    ReplyDelete
  5. Aku setuju. Cuma aku ini nggak pinter nanem bunga. Selalu mati. Kayaknya aku nggak punya groene vingers deh.

    ReplyDelete
  6. Hi...hi...hi..., aku nggak idealist kok. Biasa saja.

    ReplyDelete
  7. mereka tu gag punya tempat tinggal Mbak ...
    ada sich rumah singgah yang emang diperuntukkan buat anak jalanan ... tapi mereka kan biasa bebas, jadi suka gag betah kalo tinggal di rumah singgah yang tentu banyak aturan ...
    nha, kalo mau mandi di WC umum, mereka mesti bayar 1000 rupiah ... so, daripada bayar kan mending juga mandi di pancuran dan kolam taman kota yang gratis ... bisa sambil siram-siraman ma temen lagi ...

    ReplyDelete
  8. Hi....hi....hi....Jadi ingat dulu waktu aku tugas ke pelosok Kalimantan. Mandi di kali sama teman-teman dan penduduk lokal. Airnya bersih banget dan sejuk, enak buat siram-siraman dan berendam.

    ReplyDelete
  9. hal2 yang kita take for granted di sini berasa bener waktu kita pulang..air bersih,lalulintas yg teratur,bahkan wc umum yg bersih dan gratis..
    banyak orang yg bilang hujan emas di negara orang lebih indah di negara sendiri kayanya udah ga berlaku sekarang...

    ReplyDelete
  10. kadang pengen mandi di kali jernih.
    Belum pernah nemu di semarang :D

    ReplyDelete
  11. Sedih ya kalau dipikir....

    ReplyDelete
  12. Eh bener.... aku juga belum pernah nemu padahal masa kecilku di Semarang. Yang ada seingatku Banjir Kanal Timur, kali yang dulu dekat rumahku. Warnanya jan coklat tenan.

    ReplyDelete
  13. keindahan itu ada di hatiii...
    *halaaahhhh* :p

    ReplyDelete
  14. indah tak selalu harus mewah kayaknya ya..... kalo bersih dan rapi, bisa jadi indah juga... asri....

    ReplyDelete
  15. katanya sih gemerlap dan keindahan itu tersusun dari seberkas cahaya dan bayangan..........selama kita bisa menjaga kilaunya, cahaya itu tak akan pernah redup.........
    Tapi ngomong2 indah di tulisan ini sepertinya lebih identik dengan alam pedesaan?.........apakah karna penulisnya juga masih mempertahankan nama kecilnya yg seringkali terdengar desa (maaf) di telinga?........hehehe....

    ReplyDelete
  16. aah..seandainya para pejabat negara kita gak terlalu sibuk dengan memperkaya diri..pasti banyak taman di jkt yang terjaga kebersihan dan keindahan nya :(

    ReplyDelete
  17. lah, mbak Sri rumahnya daerah mana to ? ...
    aku di sebelah timur sungai banjir kanal timur lho Mbak ...
    jangan-jangan kita tetangga nich ? ...

    ReplyDelete
  18. Lha wong kita ini buang sampah saja masih sembarangan itu gimana? Wis bingung aku kadang, wong ya sudah disediakan tempat sampah, tinggal nyemplungke saja kok ya susah banget to orang-orang itu.

    ReplyDelete
  19. Betul..... aku setuju.....

    ReplyDelete
  20. Aku tidak pernah malu kok mengakui kalau mbah-mbahku dulu asalnya dari desa. Memang asal mereka dari desa. Aku sendiri juga tinggal di desa sekarang.

    Di sini walaupun kota (seperti Utrecht dan Rotterdam) menurutku tetap bersih dan indah kok. Nggak perlu harus desa kemudian bisa dikatakan indah. Paling tidak kalau kota tersebut bersih, modal keindahan sudah ada.

    ReplyDelete
  21. Aku dulu tinggal di Kimar-Pandean Lamper. Itu lho dekat jalan Majapahit. Kalau dari mBangkong, sebelah kanan jalan, sebelum Kabluk (bener yo jenenge? Lali aku).

    ReplyDelete
  22. ooo ... tau Mbak daerah situ tapi belum pernah blusukan kesana ... he he he ...

    ReplyDelete
  23. Siapa tahu kalau kita kebetulan sama-sama ke Semarang, kita bisa ketemu ya. Kita ini jauh-jauh merantau, malah nanti ketemunya di Semarang. he...he...he...

    ReplyDelete
  24. Saya juga setuju sama pendapatan Fitri. Pertama2 kebersihan dulu, terutama WC huuu...

    ReplyDelete
  25. Inget wc jadi inget komentar Leo waktu dia harus ke wc di Sukarno Hatta airport. Kata dia, kotornya minta ampun..........

    ReplyDelete
  26. turut berharap dan berdoa :):)

    ReplyDelete
  27. Utopis deh kayaknya tuk mendapatkan bersih bila kotor sudah berkerak dihati dan berjelaga di otak. Untuk bisa bersih dari polusi dan korupsi, bebas dari kekerasan ekonomi maupun fisik, solusinya tinggal satu..........Potong satu generasi "kotor" dan gantikan dengan generasi baru yg lebih clean.........

    ReplyDelete
  28. Yang penting meyakinkan kesadaran masing2 orang demi untuk kepentingan umum. Kami menghimbau dan berdoa kapan ada pemimpin yang bijaksana bisa mengatur moral masyarakat yang masih banyak berjiwa barbaric? Human right sudah terabaikan atau tidak dihiraukan lagi dari tingkat atas sampai ke tingkat yang rendah.

    ReplyDelete
  29. Rasanya miris dan prihatin ya tante setiap kali kita mendengar pelanggaran HAM.

    ReplyDelete
  30. sama Sri, saya kira saya saja, senang baca Sri juga begitu, sampai kalau teman2 beri bunga, atau pohon, diberi pohon kaktus yg kecil atau bunga yg sudah ditaro dipopt,jadi aku tak usah urus2 lagi.

    ReplyDelete
  31. mana yg menjaga ketertiban? Dan mengiring anak2 ini kerumah yg bisa bebas, chusus utk mereka. Yah pemerintah jangan ingat sendiri dong, ingat lah anak2mu yg spt ini, juga butuh pemeliharaan. Siapa lagi kalau bukan pemerintah? Uangnya kan semua disitu? Terutama organisasi yg teratur, tertib dan baik.

    Contoh negara2 Arab bisa dlm wakt begutu cepat,tertib,bersih dan jaya krn punya minyak.
    Indo pun punya minyak dan sumber2 lain, olah utk kejayaan negara dan rakyatnya.Disini hrs mulai disiplinnya.

    Kok aku spt ngomel ya? Abis kasihan lihat anak2 terlantar begitu.Utk kebiasaan yg jelek/bagus selalu ada sebabnya.

    ReplyDelete
  32. untunglah air mancur di-Jakarta tak bisa jadi sasaran anak2 spt ini, krn dijaga tertib oleh tentara/polisi. Maklum dekat daerah hotel2 besar/internasional. Setiap kali saya ke-Jkt saya tahu ttg hal ini. Tapi memang kota Jkt telah berubah menjadi kota yg selalu diliputi kabut polusi.Sayang sekali hal ini. Terlalu banyak kendaraan macam2 (masih banyak yg pakai bensin yg "kotor") memakai bensin yg cepat bikin kotor udara.

    Sayang Indonesia suatu negara yg hrs tetap indah, permai dan megah.Hrp ada orang2 dlm pemerintah yg mulai sadar benar2 akan hal2 ini, Indonesia alamnya secara alamiah sudah indah sekali, jagala ber-sama akan ke-indahan nasional.

    ReplyDelete
  33. Ceritamu bikin kita semua segar,bangun dan sadar akan keindahan yg kita miliki disekitar kita. Terima ksaih Sri. TFS.

    ReplyDelete
  34. Saya juga kadang heran lho tante. Kita ini punya sumberdaya alam yang luar biasa kok tingkat kemiskinan begitu memprihatinkan. Korupsi oh korupsi.....

    ReplyDelete
  35. Susah tante memang sekarang cari sudut kota Jakarta yang nggak kena polusi. Rasanya udara bersih dan sehat sudah suatu kemewahan buat kota Jakarta ya tante.

    ReplyDelete
  36. Ingat dulu lg di toko musik di Singapore belanja alat (yg kbetulan gak ada di Indo), yg punya toko orang Singapore cerita skrng bnyk orang Indonesia ke Singapore, rekreasi dan belanja. Dia bilang ini karena Singapore saat ini makin nyaman, gak ada kejahatan, transportasi system bagus, dan infrastruktur scr keseluruhan makin baik dan bikin nyaman. Kelihatan sekali ekspresinya yg penuh kepuasan, ekspresi seorang warga negara yg bersyukur jadi WN Singapre.

    Aku jd termenung.....lebih 30 th aku hidup di Indonesia, kapan aku bisa bilang Indonesia sekarang makin baik?

    Sekaliii saja?

    ReplyDelete
  37. Rasanya sutris ya dengan macet dan polusinya Jakarta.

    ReplyDelete