Monday, 19 February 2007

You make me very tired.....

Karena punya istri orang Indonesia, Leo juga belajar makan makanan Indonesia. Yang diadaptasi bukan saja rasa tetapi juga bagaimana cara orang Indonesia meracik makanan. Kata dia:


"Kalau masih salah-salah, nggak pa-pa kan? Aku kan masih orang Jawa amatiiiiiiirrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr"


Salah satu yang dipelajari adalah bagaimana cara meracik gado-gado, salah satu makanan kegemaran dia. Kalau sedang nggak males, setelah sayuran direbus, aku taruh tiap jenis sayuran secara berkelompok, nggak aku campur jadi satu. Maksudnya sih supaya enak dipandang dan mengundang selera. Aku nggak pernah masak gado-gado dengan bayam karena Leo nggak suka bayam sama sekali. Jadi aku masak sayuran yang ada saja. Ok, kita mulai meracik sekarang. Dia mengikuti apa yang aku lakukan. Aku bilang:


"First.... boontjes" aku mengambil buncis di piringku


"Ok.... boontjes...." dia menirukan apa yang aku lakukan, mengambil buncis dan ditaruh di piringnya.


"Then, wortel...."


"OK, second is wortel......."


"Now is bloemkol (kembang kol)...."


"OK, bloemkol...."  


"Brokoli....."


"OK, brokoli......"


"Then, tahoe......" Maksudnya tahu yang sudah dipotong kecil-kecil dan digoreng.


"Ok, tahoe....."


"Egg...."


"OK, eeg...."


"Then.... tauge...."


"OK, tauge....."


"Now is boemboe gado-gado....."


"OK, boemboe gado-gado....."dia ikutan menyiramkan bumbu gado-gado


"Then, brambang goreng..... This is the last step"


"OK, brambang goreng......" Lucu juga mendengar dia mengucapkan brambang goreng (bawang merah goreng).


"Now..... we mix.....!!!" Aku dengan tenang mencampur gado-gadoku tanpa rasa bersalah, tanpa merasa ada sesuatu yang kurang. Kalau kurang-kurang paling juga krupuk, bisa digigitlah secara terpisah. Tapi dia kelihatan sangat kesal melihatku.


"Uhhhhh....... you make me very tired....."


"Lho emang kenapa? Sudah dimakan, nanti nggak enak kalau kelamaan" Kataku kalem karena aku merasa tidak ada yang salah sama sekali dalam memberikan instruksi.


"What is the point?????? First is this, second is that, then this, then that, now is this, then that, finally is this and then suddenly you said: now we mix! So.... what is the point that you should be in the right order but finally you have to mix it??????? I have followed all the steps properly and then I have to mix it ?!?!?!?!"


Dalam hati aku juga pengin ketawa (terus terang baru sadar kalau selama ini aku nggak pernah berpikir sampai ke sana), tapi tetap saja aku nggak mau kalah. Aku bilang:


"Lho katanya kamu pengin belajar gimana orang Jawa meracik gado-gado....ya begini ini.  Ya nggak mungkin kok brambang goreng dan boemboe letaknya di bawah tapi buncis paling atas. Dimana-mana ya gitu stepnya. Nggak ada kok kroepoeknya di bawah wortel. Tauge itu selalu di atas, selalu letaknya terakhir sebelum disiram bumbu dan dikepyuri brambang goreng"


Padahal sih ada juga ya gado-gado yang paling atasnya justru telur, tapi waktu itu aku nggak mau ngaku.


"My God..... it's so complecated. Javanese tradition is so complecated....."


Dia kelihatan capek dan geleng-geleng kepala karena nggak mudeng. Ngapain susah-susah pake prosedur penataan kalau akhirnya dicampur juga. Sejak saat itu, dia nggak mau mengikuti prosedur, instruksi dan petunjuk (yang sangat bijaksana) dalam meracik gado-gado yang sudah aku ajarkan. Dia ambil suka-suka.  Satu hal yang dia masih ikuti adalah bahwa boemboe dan brambang goreng letaknya paling atas. Mungkin itu yang paling masuk akal dia. Aku amati, dia juga nggak selalu mencampur gado-gadonya, yang penting menyiram boemboenya rata di atas sayuran.


Ketika aku cerita ke temanku tentang hal ini, temanku bilang:


"Kamu yang gila... mbok biarin saja dia ambil suka-suka..."


"Lho ya nggak bisa, tauge itu selalu yang paling atas, nggak ada kok nyiram boemboe dulu baru ditaruh sayurannya, nggak ada kok......"


Biasa.... nggak mau ngalah.... he...he...he....


 

16 comments:

  1. orang laki kan pake logika,kita pakenya estetika...hehe
    lucu juga suaminya mba..
    lam kenal yah

    ReplyDelete
  2. ah...menurutku, kamu yang ngeyel hehehe......

    kalau gado2 siram, ya emang bumbunya di siram paling akhir alias paling atas. dan nggak pake di mixing. ini mah terserah aja ama yang makan.

    tapi kalau gado2 uleg piye? kan justru bumbunya duluan, diatasnya di taruh sayuran, baru di aduk.

    kalau krupuk emang belakangan, supaya nggak lemes lumer campur bumbu hehehe....

    ReplyDelete
  3. Salam kenal juga. Gitu ya kalau laki-laki lebih pake logika, kalau perempuan pake estetika ya?

    ReplyDelete
  4. Lho kalau aku yang ngeyel memang betul, wong sudah kadung...he...he...he...

    Tapi ini memang gado-gado siram. Sebenarnya sih karena kebiasaanku saja mencampur, jadi rasanya nggak sreg saja kalau nggak dicampur. he...he...he...

    ReplyDelete
  5. wah, mbak Sri nich yang curang ... gag mau kalah ... he he he ...
    tapi sama ding, kalo sama suami aku juga suka gitu ... walo salah, tetep aja ngeyel ... he he he ...

    ReplyDelete
  6. Ha...ha...ha... ternyata aku ada temannya.....

    ReplyDelete
  7. kalau saya bilang sih dua2 nya bener...
    logika kalau dicampur semuanya emang ngapa disusun....
    tapi sebetulnya gini lho...
    Ada filofosinya kok makan pecel tuh....*doooh mana tahan bahasanya*

    Gado2 yang disusun seperti itu biasanya biar sayuran yang gak gampang nyerep bumbu harus dibawah...
    jadi ketika bumbu disiramkan kan larinya kebawah nah pada saat itu yang ditaruh dipaling bawah akan meyerap lebih banyak bumbu...
    toge kan cepet sekali nyerep bumbu makanya ditaruh diatas, selewat aja kena bumbu udah terasa, lain dengan kacang panjang atau buncis...
    Biasanya setelah disiram bumbu biarkan sebentar gak langsung diaduk, maksudnya memberi waktu kepada masing2 sayuran menyerap bumbunya, baru kemudian diaduk.
    Nah adukan terakhir ini sebenernya hanya untuk azas pemerataan, jadi maksudnya kalau ngambil sesendok dapet semua, gak cuman kolnya doang atau brokoli doang....

    Nah begitu kudu dijelaskan ama Leo, Sri sayang..... jadi dia mengerti filosofinya makan gado2....eh pecel eh apa aja deh yang disiram bumbu kacang....jadi gak ngeyel sureyel....

    Salam manis dari AD.

    ReplyDelete
  8. Oh.... gitu ya mbak filosofinya. Baru tahu....he...he...he... terimakasih ya mbak atas penjelasannya. Jadi nanti aku nggak asal ngeyel kalau jelasin ke Leo.
    Salam manis juga dari Belanda....

    ReplyDelete
  9. Mbak Sri kok pinter njawab seh, dasar mantan orang LSM... *hihihi... dipas2ne mbi curhatku hari ini*

    ReplyDelete
  10. Lha ini sih bukan karena mantan LSM, cuma karena nggak mau kalah saja, seremnya pake kata "pokoknya" he...he...he...

    ReplyDelete
  11. ha..ha..ha..judulnya syereeeem gak tau nya gado2 booooooooo...he..he..he

    ReplyDelete
  12. Masak sih judulnya serem? Sorry deh kalau gitu, padahal nggak bermaksud buat nakut-nakutin lho....

    ReplyDelete
  13. hahaha....hubby elo mirip sama si akang...so practical, kadang gue pikir iya juga ya...hehehe...sekarang sih gue cuek aja mo yg mana dulu *nyengir*

    ReplyDelete
  14. ha...ha...ha.... jadi kita senasib nih....

    ReplyDelete
  15. I like the way you tell story mbak.... for sure

    ReplyDelete
  16. Thanks ya. Kadang-kadang, ada hal-hal yang sebelumnya aku anggap normal, tapi buat bojoku aneh. Begitu pula sebaliknya. he...he...he....

    ReplyDelete