Thursday, 5 July 2007

HP ku ilang.....diganti asuransi, tapi....hiks...hiks...hiks...

Rasanya nggak percaya kalau HP kesayanganku ilang waktu kami di Jakarta. Kemungkinan besar ilang di BSD, mungkin jatuh, mungkin lupa naruh waktu beli sesuatu atau mungkin dicuri orang. Sampai-sampai semua orang dikerahkan untuk mencari termasuk ibu, adik, mbak Ine dan lain-lain. Tapi tetap saja nggak ketemu. Terimakasih ya bagi yang sudah berusaha nyariin HP ku.

Merk Siemens tipe ME45. Warna orange. HP tersebut memang sebetulnya sudah agak rusak. Pernah screen displaynya nggak jalan. Jadi aku memang harus ganti HP, tapi kenapa harus ilang. Aku beli sekitar tahun 2002. Nggak ada fasilitas MMS. Yang aku sukai adalah selain phone book, tipe tersebut punya address book 500 yang multiply. Jadi 1 address book bisa untuk nyimpen nomor telpon rumah, nomor telpon kantor, nomor HP, nomor fax, alamat, e-mail, dan url.

Sampai di Belanda, Leo berusaha mengajukan claim ke asuransi. Siapa tahu diganti. Kami sih nggak terlalu optimis karena nggak ada bukti, nggak pake surat dari polisi segala. Lha mau ke polisi juga males. Paling HP tersebut kalau dijual nggak bakalan laku Rp. 500 ribu, wong yang tipe baru saja  yang fasilitasnya jauh lebih lengkap harganya sekitar Rp. 900 ribu-an. Kalau ke polisi, selain hilang waktu dan energi, bisa juga mengeluarkan biaya (paling enggak biaya transport kalaupun nggak pake biaya "administrasi")

Leo menulis ke asuransi kalau HPku yang ilang bernilai 40 Euro dan masih ada pulsa di dalamnya sebesar 40 Euro. Kami sudah sepakat kalau nggak diganti ya sudah, namanya nasib. Eh....lha kok nggak sampai 2 minggu kami diganti 80 Euro walaupun nggak pake surat kehilangan dari polisi segala. Horeeeee........lumayan....alhamdulillah.....

Walaupun sudah diganti, tetap saja aku masih merasa kehilangan. Pertama aku kehilangan HP kesayanganku, walaupun kuno tapi tetap saja berjasa sudah menghubungkan aku dengan belahan dunia lain. Kedua, aku kehilangan semua data. hiks...hiks...hiks..., jadi harus mulai lagi dari awal.

Kehilangan HP bisa beli baru lagi, data-data nomor telpon dan sejenisnya bisa diganti, bisa tanya lagi ke keluarga dan teman-teman. Tapi ada satu yang sampai sekarang masih aku sesali karena HP tersebut ilang. Data itu adalah pesan terakhir dari almarhum Munir yang tersimpan dalam inbox.

Sehari sebelum Munir berangkat ke Belanda, aku telpon dia meminta dia untuk mengirim sms tentang no penerbangan pesawat Garuda yang akan ditumpangi. Nggak beberapa lama, dia kirim sms ke aku. Keesokan harinya aku menjemput dia di Schiphol airport, dan aku masih ingat betapa histerisnya aku ketika mendapati dia terbaring di mortuarium dalam keadaan tidak bernyawa lagi.

Pesan Munir tersebut masih tersimpan di HPku, sampai kapanpun aku nggak akan hapus. Tapi kenapa HP tersebut harus ilang? Kenapa aku nggak upload ke komputer, kenapa aku dulu nggak sempat menulis ulang pesannya. Kenapa aku nggak sempat menuliskan peristiwa itu. Dan banyak "kenapa" yang muncul di kepalaku. Rasa sesal itu masih aku rasakan.  

Seorang teman menasihatiku: "Mungkin sudah saatnya kamu melepaskan. Kamu tulis saja peristiwa itu langsung dari pengalaman. Dan itu penting" 

Aku pikir temanku benar. Aku harus menulis apa yang aku alami waktu itu kalau tidak, aku nggak akan punya tulisan tentang Munir, seorang sahabat bagi mereka yang teraniaya dan terpinggirkan. Sudah bertahun-tahun aku cuma bermimpi untuk menuliskan pengalaman tersebut, tapi nggak pernah terjadi. Sekarang saatnya aku harus menulis tentang seorang Munir dari sudut pandangku, dari pengalamanku bergaul dengan dia. Selamat jalan Munir.....

Catatan: gambar yang aku posting adalah HP baruku yang beli di Indonesia. Kalau ada yang nemuin HPku yang ilang dulu, tulung ya, kabari aku (masih berharap juga nih....)....terimakasih.......... 

 

28 comments:

  1. sudah iklaskan yg telah hilang memang nyesel sih tapi sudah dapat gantinya kan ...

    ikut berduka soal munir, hiks emang tragis ya kematiannya....ayo dunk mba ditulis kenangan tentang beliau aku juga pengen tau ceritanya

    ReplyDelete
  2. udah mbak ikhlaskan saja, dpt yg baru lebih wokeh hehehe...

    ReplyDelete
  3. Iya betul, memang harus diikhlaskan ya HP yang udah ilang. Yang masih kadang terlintas dipikiran adalah pesan di inbox itu. Kalau aku sendiri sih sudah dibeliin HP baru, jadi sudah bisa komunikasi lagi dengan belahan dunia lainnya walaupun masih harus nyari data-data telpon yang ilang.

    Insya Allah aku akan menulis tentang Munir terutama ketika aku dan Leo menjemput dia.

    ReplyDelete
  4. Memang betul yang baru lebih banyak fasilitasnya. Harus diikhlaskan memang....

    ReplyDelete
  5. diikhlaskan aja :D kan lumayan diganti asuransi

    ReplyDelete
  6. Betul...memang harus diikhlaskan. Kebetulan banget, asuransi mau ganti walaupun nggak pake surat dari kepolisian....

    ReplyDelete
  7. mbak...mustinya SMS terakhir Munir itu juga bisa diklaim dalam euro...hehehee

    ReplyDelete
  8. Lha kuwi sing ora iso jé. Asuransi dalam klausanya cuma bilang, bisa ganti untuk barang yang ilang tapi tidak termasuk data. Padahal sing penting dari itu semua kan datane yo?

    ReplyDelete
  9. Sri, beberapa waktu setelah kita ketemuan itu, waktu bersih2 mobil aku ingat lagi HPmu, sapa tahu ada di bawah karpet.
    wah...pesan itu yang tak akan tergantikan dengan apapun ya Sri.

    ReplyDelete
  10. Sriii ... gya ha ha .. sudah dapet gantinya masih ng-grendeng ae oo ... gya ha ha ... tetapi ya kamu benar, bukan hanya barangnya yang hilang nilai khususnya itu lho ... jadi bisa dibilang you feel like you loose one of some affective value ... lha itu memang ndak bisa diganti asuransi ... wis wis ... kamu tulis saja cerita cerita nya tentang Munir ... aku gek sueneng kecipratan cerita Munir ... so, Things happend for good toh ?! ... muuach

    ReplyDelete
  11. Wah Mbak Sri toh yang di Schiphol jemput Munir?? Kalau gitu saya pernah telpon-telponan mbak beberapa kali hari tu dan sesudahnya. Sampai sekarang kami di sini masih kehilangan Munir mbak... Rekan saya Tossi sedang menyusun buku tentang Munir. Mungkin mbak bisa bagi pengalamannnya.

    ReplyDelete
  12. Mbak Sri, udah jangan sedih...toch udah ada HP baru ....
    Tapi mudah2an aku doakan barang siapa yg menemukan HP lamamu, bersedia mengembalikannya yach....

    ReplyDelete
  13. Lha iyo pancen...tapi ya piye lagi ya. Sudah mengerahkan semua orang untuk membantu tapi nggak ketemu. Thanks ya mbak Ine sudah susah-susah bantuin nyariin segala....sorry ngrepotin....

    ReplyDelete
  14. Lha ya itu. Kalau HPnya saja sih ya sudahlah, wong pancen kudu ganti. Tapi pesan terakhir Munir dan sms-sms dari teman aktivis juga ilang semua jé. Padahal dari situ aku juga pengin membuat tulisan tetang betapa beratnya perjuangan mereka untuk mencari info di Indonesia.

    Dulu di sini juga ada perdebatan antara Ministry of Foreign Affairs dan parlement tentang kasus ini. Wis panjang critane...

    Kalau kasusnya sendiri sih menurutku majunya nggak sesuai dengan yang kita harapkan ya. Waktu itu kenapa kita semua ngotot kalau kasus ini harus diselesaikan adalah kalau kasus Munir saja yang gaungnya sampai tingkat internasional nggak terselesaikan, gimana kasus-kasus pelanggaran HAM lain terutama di pelosok yang orang-orang Jakarta saja mungkin nggak pernah dengar....

    ReplyDelete
  15. Iya betul, aku dulu yang menjemput Munir di Schiphol. Lha gimana, dulu berdiri di depan gate, membayangkan Munir ndorong trolly cengar-cengir sambil bawain ijazahku yang ketinggalan di Indonesia. E...lha kok malah ceritanya jadi berubah total.

    Jadi kita dulu pernah telpon-telponan ya? Hi...hi...hi...nggak tahu aku, wong kita sendiri juga nggak pernah ketemu.

    Oh ya, gimana kabarnya den baguse Tossi? Terakhir ketemu dia waktu ada rapat Indonesia House. Waktu itu persiapan bikin perkumpulan. Setelah itu sudah nggak pernah lagi ketemu. Lha dia tinggalnya di Amsterdam sih, jauh dari tempatku. Istrinya (Mutiara ya namanya kalau nggak salah?), masih menjalankan bisnis restorannya ya?

    ReplyDelete
  16. Amin....terimakasih ya atas doanya........

    Aku terus terang, kalau HP nya sendiri ya sudah nggak terlalu mikir, wong memang harus ganti. Tapi inboxnya itu lho yang punya arti tersendiri buatku....

    ReplyDelete
  17. wuuuuah..mbaa..berarti punya pengalaman barang ilang selama perjalanan kemarin yaa.. sedih juga pasti walo kadang nilai nya ga sebrapa...apalagi klo urusan HP ato malah yang remeh seperti buku alamat..duuuh, susah2 ngumpulin data ya gak ? Tapi klo ilang nya di jkt..koq ya aku pesimis bakal ketemu lagi nih.. wong, rasa malu ajah dah ilang koq disana dan susah nemu nya gimana dengan HP yang klo di "LIPET" bisa jadi duit hehehe..

    anyway, selamat menikmati HP baru yaa..

    ReplyDelete
  18. Selain buku yang ketinggalan di pesawat, HPku juga ilang tapi bukan di pesawat.

    Alhamdulillah sekarang aku punya HP baru, lumayanlah bisa untuk komunikasi. Thanks ya atas ucapan selamat menikmati HP baru.....

    ReplyDelete
  19. dunia memang kecil mbak!!! Lain kali kita harus janjian ketemu.... Tossi sekarang ada di Canberra lagi nulis sambil berkonsultasi dengan teman-teman di Aussie. Mbak Muti masih di Amsterdam tapi nggak punya warung lagi. Capek katanya, kerja dari pagi sampai malam. Salam dari Hilversum!!!

    ReplyDelete
  20. Betul ini, kita harus ketemu suatu kali nanti. Tossie sedang nulis di Canberra? Wih....jauh juga ya.......

    Jadi ingat, ada teman dari Australia yang rajin banget kirim berita ke kami kalau ada koran yang memuat tentang perkembangan kasus Munir.

    Aku bisa bayangin pasti capek sekali punya warung. Sudah gitu dia bilang sewa tempatnya juga muahal sekali. Dia dulu pernah minta aku untuk bantuin juga, tapi aku itung-itung muahal banget biaya transportnya walaupun sudah pake kartu korting 40 persen. Belanda apa-apa mahal ya....hiks...hiks....hiks....

    Salam dari Krimpen ya....

    ReplyDelete
  21. mbak Sri ...telepon yang hilang itu berarti banget ya mbak ... terakhir itu aku ingat kita gedubrakan nyari waktu di Titan ...

    ReplyDelete
  22. Bagiku sangat berarti karena itu adalah sms terakhir dari Munir untukku. Makanya rasanya kayak nggak percaya gitu ketika ilang. Tapi kalau dipikir aku dulu juga nggak percaya waktu aku melihat Munir sudah meninggal, melihat jazadnya yang terbaring kaku di mortuarium. Lha piye to, malam sebelumnya aku dan Leo sudah berencana, nanti kalau Munir sekolah di Belanda, kami akan mengundang dia makan malam, atau nengok dia di kost nya. Tapi ternyata semuanya berubah. Kita kan cuma bisa berdoa untuk dia ya, semoga dilapangkan jalannya.

    Terimakasih ya Yan sudah susah-susah dan repot-repot nyariin HP ku.

    ReplyDelete
  23. turut prihatin atas hilangnya HP mbak Sri..(tapi juga bersyukur kalo ternyata claim nya diganti..at least dari segi ekonomis gak rugi.. hehehe). Aku paham banget gimana rasanya kehilangan pesan-pesan berharga yang tersimpan dalam sebuah HP. Aku sendiri sudah 2 kali pernah kehilangan HP (dan anehnya kok pas emang ada rencana ganti HP.. hihihi). Aku termasuk orang yang sentimentil..jadi biasanya pesan-pesan yang aku anggap berarti tetap aku simpan supaya suatu waktu bisa aku baca ulang lagi (kayak cerpen aja :p). Nilai dari pesan-pesan berharga seperti itu pastinya memang tidak bisa dinilai dengan materi karena apa yang tertulis di situ adalah 'rekaman' yang sangat personal dan nyata, bukan sesuatu yang ditulis ulang. Tapi di setiap musibah pasti ada hikmahnya toh ya, mbak.. aku tertarik nih untuk tahu cerita tentang seorang Munir. sungguh sangat disayangkan beliau pergi dengan sangat mengejutkan dan dengan cara seperti itu. semoga seiring dengan waktu mbak Sri bisa mengobati rasa kehilangan itu, juga mungkin dengan menuliskan kenangan mbak tentang sosok Pak Munir akan menciptakan lagi memori-memori baru :-)

    ReplyDelete
  24. Iya nih, aku mau nulis tentang dia kok ya ditunda-tunda terus. Takut malah lupa ya......

    Kalau pengin tahu siapa Munir, aku sebenarnya pernah nulis tentang dia walaupun aku melihat dari sisi anak-anaknya (Alif dan Diva). Bisa dibaca di blog yahoo-ku sini:

    http://blog.360.yahoo.com/blog-Cl12Bnkiaa.alY5Ez.gEOSP2_G2t6uQTtQ--?cq=1&p=2

    Judulnya adalah: "Alif dan Diva, kalian pengin jadi apa nanti kalau sudah besar?"

    Tulisan itu masih perlu diedit bahasanya, masih belum sistematis. Tapi ya itulah, buat mengedit kok rasane isih aras-arasen......

    ReplyDelete
  25. Saya juga tertarik mau tahu ceriteranya Munir. Kasian juga. Beruntung bisa dapat HP baru.

    ReplyDelete
  26. Iya nih tante, saya mau nulis tentang Munir kok ya masih juga belum kelakon-kelakon......

    Alhamdulillah tante, hilang HP lama, dapat ganti 80 Euro dari asuransi. Uangnya pas sekali untuk beli HP baru (waktu itu sih belinya di Indonesia).

    ReplyDelete
  27. Mbak Sri emang harus ganti HP tuh! :)

    ReplyDelete