
Indah kan walaupun masih dalam taraf belajar?
Kami dibawa oleh pak Mahyuddin dan pak Jun mengunjungi pengrajin sulam milik ibu H. Roosma. Menurut cerita pak Mahyuddin, blio pernah dianugrahi guru teladan ke-2 untuk tingkat nasional.
Ibu satu ini memang hebat, walaupun blio sudah pensiun tetapi tetap saja masih ingin berbuat sesuatu. Blio memiliki semacam kursus sulam. Anak-anak putus sekolah ditampung oleh blio dan diajari menyulam. Mereka tidak perlu membayar, yang penting mereka tekun pasti mampu berkarya. Setelah selesai dari situ, terserah mereka, akan membuka usaha sendiri silahkan saja (Bukit Tinggi kan terkenal dengan kerajinan sulam dan tenun). Yang penting sudah ada bekal.
Ada juga anak-anak didik yang berasal dari sekolah kejuruan (kalau ini mereka membayar karena dikirim oleh sekolah). Kata putra blio, anak-anak ini datang dengan pengetahuan nol (padahal dari sekolah kejuruan lho) sehingga mereka harus belajar dari dasar. Lama-lama mereka mahir juga.
Hasil karya mereka kemudian dipajang di toko H. Roosma dan dijual. Aku membayangkan, anak-anak pasti seneng kalau karyanya bisa terjual dan memperoleh tambahan penghasilan.
Harganya macam-macam, ada yang murah dan ada juga yang sampai jutaan rupiah (maklum kualitasnya bagus dan mengerjakannya lama sekali). Kami cuma beli taplak meja dan tutup kotak tissue. Kalau nggak salah harga harga taplak Rp.375 ribu. Bayangkan saja, mengerjakan karya seperti itu butuh waktu lama, ketekunan dan juga masih ada biaya bahan juga kan?
Sayang aku nggak memotret karya-karya indah lainnya. Padahal banyak lho, dari tempat tissue yang kecil, bantal-bantal, kerudung, mukena, kebaya dll.
Catatan: Aku punya alamat blio, tapi aku cari-cari kok nggak ada ya, entah ilang kemana. Semoga ketemu.....kalau ketemu nanti aku posting deh.
cakep hasil karyanya. Hebat .
ReplyDeleteCantik sekali.
ReplyDeleteBaru belajar aja sdh cakep, apa lagi kalau udah pintar gimana ja?
ReplyDeleteBetul....mereka hebat...
ReplyDeleteMemang betul cantik....
ReplyDeleteIya betul, baru belajar saja sudah bagus gini ya.
ReplyDeleteKalau yang masih murid baru banget, memang karyanya sangat jauh dari yang ini. Tapi nampaknya lama-lama mereka makin mahir dan makin memperbaiki karya mereka.
ini taplak meja makan mba?
ReplyDeletesayang banget mau makenya juga,takut ketumpahan makanan..hehe
Adu...bagus banget nih..!
ReplyDeletebagus loh
ReplyDeleteWah asyik banget Mbak Sri bisa langsung ketemuan sama beliau yach...
ReplyDeleteAduh warnanya aku suka banget.....lembut...cantik banget... Mbak Sri beli taplak yang ini?
ReplyDeleteIni taplak meja tamu, oleh-oleh untuk ibu mertua. Karena sayang ketumpahan, maka ibu mertua membeli plastik transparan. Jadi lumayan sekarang kalau ke sana nggak perlu takut kalau menaruh segelas teh atau secangkir kopi.
ReplyDeleteBetul, yang bingung gimana cara bikinnya coba karena butuh ketekunan yang luar biasa...
ReplyDeleteMemang kalau anak-anak sangat tekun berlatih, hasilnya luar biasa.
ReplyDeleteIya memang. Blio memang nggak bisa tinggal diam, selalu ingin berbuat sesuatu walaupun sudah pensiun. Nggak heranlah kalau blio menyandang gelar guru teladan.
ReplyDeletetelaten banget ya bisa bikin kerajinan secantik ini... kalo aku belajar di sana mulai dari nol apa bisa bikin sampai kayak gini yah...(bukan tipe orang yang telaten. hehehe)
ReplyDeleteIya betul, akhirnya kami beli taplak yang ini.
ReplyDeleteLha apa lagi aku. Aku jan nggak telaten blas orangnya untuk mengerjakan yang beginian.....
ReplyDeleteBu Roosma pasti ibuk yg suabarrr, telaten en penuh kreativitas. Salut deh sama blio!
ReplyDeletecantik sekali...ini sulam campur bordir ya mbak sri? kog ada lubang-lubangnya?
ReplyDeleteSrii ... apa khabar ? Ini anak-anak didik H Roosma di sumatra baratkah? .. buagus buagus ya hasil krawangan mereka, dan cilik cilik semua ya? .. nanti kalau kamu sudah ketemu name-cardnya jangan lupa kasih tahu ya. Apakah kamu sempat menemukan mukenah berkerawang, Sri ?
ReplyDeleteMemang cantik, anak-anak memang luar biasa.
ReplyDeleteIya betul ada lubang-lubangnya. Kalau ada lubang namanya bordir ya? Aku malah nggak tahu....
Aku juga salut sama blio. Sudah pensiun masih juga pengin berbuat sesuatu, memajukan anak-anak.
ReplyDeleteKabar baik. Kamu sudah pulang dari camping? Gimana campingnya? pasti menyenangkan ya.
ReplyDeleteAnak didik beliau memang ya cilik-cilik gitu. Kalau ada ketrampilan, paling tidak ada bekal daripada nggak sama sekali.
Nanti kalau aku nemu alamat blio, aku kasih tahu ya.....
Aku sudah beli mukena tapi di tempat pengrajin tenun, bukan di sini. Menurutku bagus. Aku lihat di Pasaraya dengan kualitas yang nggak sebagus yang aku miliki harganya 3 kali lipat. Untung......aku beli di Bukitinggi. Thanks for your advice.
Cantik-cantik sekali yah taplaknya...
ReplyDeletePasti mengerjakannya harus teliti.. salut deh.
Aku ya salut, lha gimana....harus teliti banget gitu....
ReplyDeleteSungguh mulia hati Hj Roosma ya... menularkan ilmu sulam. Salut buat beliau.
ReplyDeleteHanya Allah yang bisa membalas kebaikan beliau. Amin.
ReplyDeletembak, Leo tinggi buanget.............
ReplyDeleteIni pake mesin jahit ya? zaman dulu my mom, blio asli pariaman, bikin ginian malah pake tangan.
ReplyDeletesupaya gak ketumpahan dan kelihatan lebih indah pake kaca lagi meja nya juga lebih bagus ya....
ReplyDeletesetelah ditaruh di meja tamu trus di pakein kaca yang tebal nampak lebih indah dan gak takut kotor kali ya.....
ReplyDeleteoh ada pinggir yang menjuntai ya.........wah bener musti pake plastik dong ya........kalu kaca yang menjuntainya jadi kotor dunk
ReplyDeleteIya, Leo tingginya 192 cm. Tapi memang orang Belanda umumnya tinggi-tinggi....
ReplyDeleteBetul pake mesin jahit. Kalau pake tangan pasti lama sekali ya. Pake mesin jahit saja lama bikinnya, harus telaten sekali.....
ReplyDeleteKarena nggak ada kaca, akhirnya ibu mertuaku cuma kasih plastik transparan yang tebal dan dipotong disesuaikan dengan bentuk meja.
ReplyDeleteIya ini pinggirannya menjuntai. Ibu mertua memberi plastic transparan supaya semua bagian tertutupi plastik.
ReplyDelete