Namanya belum rejeki ya nggak bisa dipaksain. Ceritanya nih ada seorang ibu-ibu orang
Suatu kali aku tanya sama blio, boleh nggak kalau titip dagangan makanan di situ. Blio bilang boleh. Asyikkkkkk...maklum di sini
Terus aku mikir-mikir bikin apa ya enaknya. Aku lihat dagangan blio sudah ada rempeyek yang juga titipan (kalau nggak salah sih yang nitip orang Suriname). Aku pengin titip makanan yang awet tapi gampang bikinnya. Puyeng juga ya kalau sudah mikir kayak gini. Soalnya di sini mau jualan kacang bawang juga kemungkinan nggak laku. Lha wong kacang goreng dan roasted peanut juga banyak kok di Belanda. Jadi mendingan yang agak aneh gitu.
Akhirnya pilihan jatuh pada kering kentang (maklum kan sudah nimba ilmu dari mbak Esther). Supaya alasannya lebih keren atau berkesan nasionalistis dan politis aku berujar, mendingan aku populerkan bahwa kering kentang adalah makanan Indonesia. Kalau nanti kering kentang ini populer di Belanda kan nggak bakalan dicolong sama Malaysia ya seperti kasus rendang yang dipatenin sama mereka.
Dengan naik sepeda, berbelanjalah aku ke pasar desa untuk beli kentang 5 kilo. Lumayan berat juga lho apalagi kan nggak hanya beli kentang doang. Pokoknya walaupun udara sudah mulai dingin menggigit (maklum kan menjelang winter yak), dan cukup windy dan cloudy apalagi kebetulan kok di tengah jalan hujan (masih untung bukan hujan es yang pletak-pletok), aku genjot juga tuh sepeda selamat sampai di rumah dengan gembolan 5 kilo kentang.
Dalam perjalan dari pasar ke rumah, dalam hati waktu itu aku bilang...ya namanya juga mencari sesuap berlian, jadi harus sabar mau berkorban dulu..... siapa tahu kalau nanti berhasil jadi kaya kan bisa mengunjungi MPers sedunia dari mulai utara (Canada) sampai dengan selatan (NZ). Kemudian dari Belanda terus ke timur menyusuri jazirah Arab sana (sekalian nengok Phitree di Kuwait) sampai dengan NYC (ketemu Elika) balik lagi ke Belanda. Jadi siap-siap saja ya Pepy, Nura dan tante Elly yang di Canada sampai dengan Eva di NZ serta mbak Theresa di Ostrali untuk menerima kunjunganku, seorang juragan kering kentang. ha..ha..ha...
Mulailah aku bikin kering kentang. Ternyata nggoreng kentang 5 kilo lama betul. Padahal aku sudah pake panci besar untuk menggoreng. Seharian waktu cuma habis untuk menggoreng doang. Untung ngirisnya pake food processor, jadi cepet. Terus hari lainnya untuk bikin bumbu dan lain-lain. Jadi total hari kerja yang digunakan untuk bikin kerang kentang ini (dicampur 1/2 kilo kacang goreng) adalah 2 hari kerja.
Dan ternyata o ternyata...lha wong 5 kilo kentang setelah jadi kering kentang kok cuma 1,8 kilo (padahal ini sudah disumpelin 1/2 kilo kacang lho). Waktu itu aku masukkan kering kentang tersebut dalam plastik (tiap plastik isi 200 gram), lha kok cuma jadi 9 plastik. Lha kok mengkeretnya buanyak banget yak. Lha puyeng juga aku menentukan harga jual. Biaya bahan dan (perkiraan energi) total 15 Euro. Itu nggak termasuk biaya transport karena beli kentangnya kan nggenjot sepeda (yang nggenjot cuma cukup diisi nasi pecel, nggak perlu bensin he...he...he...). Transport untuk menyerahkan dagangan ke pasar kota dibayarin Leo (karena kami memang tiap seminggu atau 2 minggu sekali ke pasar kota). Sampai-sampai Leo bilang gini:
"Kamu ini curang, wong kamu yang bisnis, tapi aku yang bayar untuk beli bahan dan sebagainya. Giliran terima uang, kamu yang terima uang....."
Lha kalau nggak gitu, terus gimana ya? Bukankah itu aturan umum yang sudah disepakati dunia? Suami ngeluarin duit, istri yang terima? Ya to? ha...ha....ha....
Biaya 15 Euro kan tidak termasuk biaya tenaga kerja yang kalau dihitung pake sistem di Belanda bisa bangkrut (kalau nggak salah sih biaya tenaga kerja di sini 7-8 Euro per jam masih potong pajak). Padahal waktu yang aku gunakan untuk bikin 2 hari full time jé.
Let's say, aku nggak ngitung tenaga kerja (wong namanya pengusaha kan nggak digaji, tapi dapat profit to?), biaya per plastik (isi 200 gram) sudah 1,7 Euro. Terus aku harus jual berapa coba? Puyeng aku. Sebagai gambaran, harga chips di supermarket sekitar 3 - 5 Euro per kilo. Kalau aku jual misalnya 3 Euro per plastik (itu kalau laku) kan cuma untung 1,3 Euro per plastik x 9 plastik atau sama dengan 11,3 Euro dengan kerja setengah mati selama 2 hari.
Nah ternyata nggak sampai segitu aja kesulitanku ini dalam mencari sesuap berlian. Kemarin waktu ke pasar, aku nggak nemu ibu tersebut. Sampai-sampai seluruh pasar sudah kami ubek. Bahkan Leo dan aku berpisah untuk mencari ibu tersebut. Memang sih nggak janjian, jadi aku nggak tahu apakah ibu tersebut jualan atau enggak hari ini. Sudah gitu aku lupa lagi nggak nanya nomor HP blio, main sok yakin saja bawa dagangan ke sana.
Kebetulan blio memang belum punya tempat tetap. Kata Leo yang pengin jualan di pasar buanyak banget, jadi kalau belum memperoleh tempat permanen, pihak panitia pasar akan mengundi, siapa saja yang bisa jualan di sana hari itu. Karena pake sistem lotre, maka bagi pedagang yang masih belum permanen tempatnya, akan berpindah-pindah tempat jualannya, tergantung lotre yang keluar. Mungkin saja hari ini ibu tersebut nggak dapat lotre, jadi ya blio harus pulang. Dan itu artinya aku harus pulang juga bawa kering kentangku yang 9 plastik. Ya sudah...nasib...mau diapain lagi wong namanya belum rejeki. Mau nangis juga percuma kan?
Yang jelas sih kami kemarin di pasar kami sudah beli buanyak sekali buah dan sayur segar serta makan Pizza Turki sebelum pulang.
Sekarang mau tanya nih, dengan kasusku seperti itu, ada usul nggak untuk memperbaiki nasibku di kemudian hari dalam mencari sesuap berlian. Maksudnya gini:
1. Sebaiknya jualan apa ya yang awet atau tahan lama serta kalau bisa sih gampang bikinnya? Ada alternatif lain selain kering kentang?
2. Gimana sih ngitung harga jual? Ada yang tahu nggak harga kering kentang di toko Asia? terutama yang tinggal di Belanda nih....(aku sendiri belum cek di toko Asia).
Ngomong-ngomong harga kering kentang di Indonesia berapa sih? Jangan-jangan yang aku jual lebih murah....kalau bener lebih murah, mendingan aku eksport aja ya kering kentang made in Londo ini ke Indonesia. ha...ha...ha...
Terimakasih ya teman-teman sebelumnya.....
Catatan: Gambar yang aku pasang ini adalah coklat yang dicetak atau dibungkus menyerupai bentuk uang Euro. Lha siapa tahu to, kalau aku nanti kaya dengan titip dagangan di pasar, dompetku penuh dengan Euro (terutama yang warna ungu tuh....yang 500 Euro....ha...ha...ha....).
wah... masuk daftar kunjungannya mbak Sri *seneng.com* semoga suatu hari kita bisa bener2 ketemu ya :)
ReplyDeletedah jangan sedih mengenai kering kentang namanya kan usaha... nyari berlian memang susah2 gampang mbak, yg penting jangan putus asa. Iya ya, kok susutnya kentang banyak banget?
wah kalu kunjungan ke m'sia kayaknya gak perlu nunggu jadi pengusaha ..
ReplyDeletepas mo pulkam.........naiknya klm mampir kaleee di KL.
Aduh mbak Sri. Waktu aku cerita ke suami dia bilang, "aduh udah jangan cerita lagi, aku jadi sedih". Kayaknya kalo bisnis makanan di Eropa susah ya mbak, karena regulasinya banyak (di Ireland lebih ruwet lagi), kayaknya ngga bener juga kalo mbak Sri ngga dibayar untuk tenaga kerjanya (mestinya diperhitungkan juga), kan ngga cucuk kalo udah capek profitnya gak banyak. Yang penting mbak Sri udah coba, siapa tahu lain kali nemu ide lain. Good luck.
ReplyDeletebtw mbak kayaknya moga moga dapetnya tidak hanya sesuap berlian tapi sepiring berlian ajah......abis yang sesuap mah nasi.........berlian dipiringin boleh kalee hehehhehehehe
ReplyDeletewaah aku gak masuk daftar kunjungan mbak Sri .. sedih deh :-( hehehe
ReplyDeletebtw aku suka beli kering kentang dari mbak Lia surabaya sekitar 1/2 kilo cuman 28 rebu hehehe
mulai usaha memang gampang-gampang susah ya mbak...., inget dulu ibu di magetan, pas saya SMU, mulai bikin kue dan gorengan dititipkan di warung, harus bangun pagi, saya bantuin nimba air, trus nggiling singkong (buat gethuk lindri), trus ibu goreng mulai ote-ote, pisang goreng, dll, saya marut kelapa, ntar kalo udah jadi, tugasnya adek yang laki nganter ke warung-warung. Awalnya kadang ada yang nggak habis, jadi ya balik lagi. Tapi alhamdulillah...akhirnya ibu bisa punya kantin di sebuah SMU, berawal dari situ.
ReplyDeleteKalo bikin kering kentang banyak susutnya, dan perlu tenaga ekstra (5 kg perlu waktu 2 hari), gak kepikiran bikin kue-kue kering aja mbak? yang lebih gampang? Tetap semangat coba terus ya mbak Sri....., berliannya udah deket tuh :)
*senengnya masuk daftar kunjungan mbak Sri..*
duh Mbak, jadi berlinangan air mata nich ... terharu banget dech, aku masuk ke daftar temen yang mau dikunjungin mbak Sri .... :))
ReplyDeleteSaya nggak termaksud teman yg dikunjungi, tapi kita bisa kopdar ja Sri, kapan2.
ReplyDeletengitung harga itu yg dimasukin:
ReplyDeleteharga bahan2nya
listrik yg dipakai
tenaga kerjanya
plus 10% keuntungan (itu kalo mau ngambil 10%)
Ya kalau nggak ketemu di NYC siapa tahu kita ketemu di Belanda ya? Atau malah pas pulang kampung bareng....he...he...he...
ReplyDeleteLha iyo to, kentang kok bisa nyusut banyak banget yo. Lha separone wae kok ora ono. Enake dodol opo yo sing cepet sugih? Lha nang kene dodol narkoba yo percumah, wong wis ono saingané. he...he...he...
Lha iya ya kapan kita ketemu. Aku nih kok sampai saat ini belum tertarik ya kalau disuruh pergi ke KL atau Manila, soalnya perasaan ya kayak Jakarta-Jakarta juga sih (kayak sudah pernah puter-puter KL saja, sok tahu. hi...hi...hi....). Jadi mendingan pulang kampung saja sekalian.
ReplyDeleteSiapa tahu mbak Lily, kalau kita pas kebetulan pulang kampung dalam waktu yang bersamaan, kita bisa ketemu di Indonesia. Aku mudik lalu juga ke Bogor lho, ketemu sama teman-teman di sana. Kebetulan aku dulu kuliah di Bogor, jadi Bogor menurutku bikin kangen karena banyak memory di sana.......
Betul memang bisnis makanan di sini nggak selalu mulus. 50 persen restaurants di Belanda bangkrut (aku dapat info ini dari newsletter nya Horeca-Hotel Restaurant Café). Memang betul, salah satu penyebab kebangkrutan juga kesalahan mereka sendiri. Tapi intinya memang nggak mudah, apalagi kan labour di sini kan muahalnya setengah mati.
ReplyDeleteRegulasi juga gila-gilaan ketatnya. Belum lagi regulasi tentang higienis segala. Sampai-sampai aku bilang sama Leo, kalau aturan Belanda ini diterapkan di Indonesia, ratusan juta orang akan sengsara. Lha gimana, wong jualan nggak bisa seenaknya cari tempat, nggak bisa bikin tenda di depan rumah atau di trotoar. Untuk dapat ijin juga nggak gampang. Misalnya kalau aku punya uang dan pengin buka restaurant, pihak gemeente (kotapraja) harus menghitung dulu berapa jumlah restaurant di desa, apakah masih sebanding dengan jumlah penduduk kalau ditambah 1 restaurant lagi. Wis pokoke ruwet deh.
Ha...ha...ha...kalau berlian kali malah harus se-brandkast berlian kali ya.....
ReplyDeleteLha kan katanya mau pindah ke Austria? Insya Allah kalau kami dapat rejeki pengin banget ke Austria, terus kita kan bisa kopdaran ya? Aku dulu pernah dapat undangan conference ke Salzburg....indah banget kota itu....pengin rasanya balik lagi. Apalagi tempat conference tersebut di sebuah schloss (castle?) tempat dulu dibuatnya film sound of music.....
ReplyDeleteLha kalau kering kentang di Indonesia Rp. 28 ribu per 1/2 kilo, apa mendingan aku import aja ya ke Belanda? ha...ha....ha....
Saya juga bisa bayangkan dulu Nura kerja berat untuk itu. Aku dulu juga bantuin ibu bikin catering kecil-kecilan menyuplai mahasiswa. Nggak ada untung kalau dipikir, untungnya cuma kami waktu itu bisa ikut makan. Kalaupun untung cuma seratus rupiah per rantang. Untuk ngirit biaya transport, kami ngantar rantang jalan kaki, nggak naik metromini. Kalau hujan dan angin....aduh....rasanya gimana gitu. Tapi alhamdulillah itu semua sudah berlalu.
ReplyDeleteSekarang mau mulai lagi nih mencari sesuap berlian. hua...ha...ha...
Aku masih belum tahu apakah kue kering bisa profitable. Di sini yang namanya kue kering buanyak sekali. Perasaan nggak ada supermarket yang nggak jualan kue kering. Belum lagi toko-toko lain. Harganya murah banget kalau dipikir (jangan tanya rasa lho ya, karena ini kan relatif). Jadi di sini industri kue kering sudah gila-gilaan. Jangankan kue kering, wong bolu gulung yang cantik saja harganya cuma 1 Euro (rasanya sih yo ora enak menurutku). Thanks for your suggestion.
Lha yo sapa tahu ya, kita bisa ketemu....doakan saja proyek berlianku ini berhasil....amin.
Namanya berangan-angan...siapa tahu terkabul....atau malah siapa tahu kita ketemu di Semarang.......
ReplyDeleteTentu saja bisa dong. Belanda sih gampang. Sekarang masih dingin. Gimana kalau summer nanti kita ketemu?
ReplyDeletehuhuhu dah masuk jazirah arab aku koq ga masuk daptar dikunjungi mba???
ReplyDeletesabar mba sri jangan putus asa memang usaha itu butuh study lebih lanjut dan kalo dah mantep baru terbangkan sayap, halah sok teoritis nih aku :D percaya atau ngak kita berani usaha setelah mikir selama 6 bulan lebih, huhuhuhu kelamaan ya? ya jelas lama wong nunggu dananya kumpul dulu xixixixiixixi
mba kayanya kalo kering kentang emang nyusut banyak, kalo boleh ide sebaiknya kering tempe aja, karena tempe ga akan nyusut banyak misalnya kering tempe pake kacang dkk. trus kalo misal jual kue kering gimana mba? atau lumpia,tahu isi dsb.
sip moga moga kita sukses mendulang segenggam berlian ya mba hugsssssssss
Thank you. Aku sudah itung biaya bahan, gas dan listrik. Nah yang nggak tahu gimana ngitung tenaga kerja. Kalau diitung pake sistem Belanda, bisa meledak abis biayanya....
ReplyDeleteMungkin aku harus cari alternatif lain kali ya selain kering kentang....
Lha kalau proyek berlian ini berhasil....jangan khawatir Lia....aku mampir ke AD melakukan kunjungan persahaban ketemu Lia....wong ya sekalian menjelajahi jazirah Arab to?
ReplyDeleteTerimakasih ya Lia, atas support dan usulnya. Memang betul kalau usaha nggak boleh putus asa ya. Huuugggssss juga Lia.....
Bener juga ya Lia, mendingan kering tempe ya. Lebih cepet nggorengnya dan nggak susut. Lain kali aku bikin kering tempe deh, terus ditambahin kacang dan teri ya?
Tempe di sini biasanya kecut. Tahu nggak Lia supaya nggak kecut waktu dibikin kering tempe? Apa gulanya ya diperbanyak? Aku sebenarnya sudah rencana bikin tempe sendiri lho Lia, tapi berhubung ada proyek berlian ini, jadi tertunda. Aku sudah dapat ragi tempe nih dari Nura dari Canada (gile deh....ragi aja dikirim dari Canada. he...he...he...).
masa tempe suka kecut tho mba? coba ngiris tempenya tipis jadi sampe kering bgt sekalian awet kan sapa tau ngurangi rasa kecutnya....dulu mamahku kalo abis ngerajang tempe dijemur sebentar kira2 setengah jam hasilnya tempenya tambah renyah digoreng mba....sayang aku ga sabar pake acara jemur menjemur hehehhehe
ReplyDeletecoba mba bikin tempe sendiri aku mah ga mungkin bikin sendiri wong disini tempe bejibun dan murah lagi;D
Hiks..hiks...gak kepengen ketemu yg di Asia yah mbak Sri... kagak disebut2... hehehe... bener kata mbak Lily, selain ke Malaysia, klu ke Thailand juga gak perlu nunggu dapet berlian mbak.. sambil mudik bisa mampir hehehe.... maap mbak gak bisa nyumbang ide.. soale ini di Cmai juga orang jualan makanan murah2 bener.. sampe aku bingung pada untung gak seh....
ReplyDeleteasyikk masuk daftar kunjunggg
ReplyDeleteseperti kata lia emang mesti dipelajari dulu pasarnya plus itung2an untung dan ruginya
Bener Lia, tempe di sini kecut. Ada teman Indonesia yang mengatakan hal yang sama. Kalau di Indonesia rasanya kayak tempe yang dicampuri jagung itu lho. Kadang memang nemu juga tempe yang nggak kecut, tapi ini jarang sekali.
ReplyDeleteDi sini nggak mungkin menjemur tempe karena sudah jarang banget sinar matahari. Maklum Belanda kan kalau mulai autumn sudah dingin, cloudy, rainy dan windy. Kalau musim winter, misalnya pas ada sinar matahari dan langit biru, biasanya malah jauh lebih dingin. Kalau pake heather pasti juga lama keringnya. Jadi mendingan nggak usah dijemur saja kayak kalau Lia bikin, yang penting kan kering ya nggorengnya. Thanks ya Lia.
Iya nih Lia, aku mau coba bikin tempe sendiri. Thanks ya for your support....
Kalau ke Thailand aku terus terang yo pengin banget, soalnya aku suka makanan Thailand. he...he...he.... Maklum dulu waktu aku tinggal di dormitory, teman-teman Thai pinter banget masak dan masakan Thailand bener-bener luar biasa.....
ReplyDeleteSiapa tahu kita bisa ketemu ya Kiki....Dulu Leo pernah ke Bangkok, dia bilang Bangkok walaupun macet tapi lebih touristic daripada Jakarta ataupun Manila. Selain itu bisa juga katanya naik perahu untuk transportasi. Royal palace nya juga indah katanya. Tapi yang jelas sih buatku, kalau ke Thailand, acara makan-makannya yang nggak boleh terlewatkan. Dasar tukang makan. he...he...he...
Heran juga ya kalau lihat sektor informal di bidang makanan di Asia. Apa ya untung mereka itu, karena saingan kan buanyak banget...
Siapa tahu Pep, kita bisa ketemu....namanya juga berangan-angan to? Bolehlah kita bermimpi. Siapa tahu terkabul mimpi kita itu....
ReplyDeleteAda usul nggak Pep, mendingan jualan apa yang gampang, tahan lama kalau disimpan, dan tidak terlalu memakan banyak tenaga.
Lia usul bikin kering tempe. Aku mau praktekkin dulu, siapa tahu dengan tempe, proyek berlianku ini berhasil. Terus aku bisa deh ke Canada......
bikin kue2 yg gampang mbak, kyk yg pk pandan
ReplyDeleteaku sndr ditawarin sama yg punya toko asia langgananku yg punya org Vitenam, ktnya kamu bs nitip jual disini jual makanan2 Indonesia dweh
lahh piye aku waktu itu masih sibuk kerja full time, skrg baru kepikir lg gara2 baca blognya mbak dan aku sndr skrg kerjanya part time, tapi winter bikin badan jd maless :)
bener mbak emang KL mah kayak jkt........cuma infrastruktur dan kenyamanan transportasi umum (hihihi karena aku gak bisa nyetir dan disini mah gak punya sopir) nya aja yang agak beda.
ReplyDeletecuma sekarang tertarik dunk pan ada aku, pan lagi trendi kopi darat kale kale mo kopy darat sambil ngopi di KL hehehhehe
Kalau yang pake pandan itu kue apa ya Pep? Maksudnya cake gitu ya? Sebenernya sih kalau mau yang kemungkinan besar laku ya lapis legit, maklum orang Belanda kan suka rasa spekoek. Tapi kan nggak mungkin wong aku nggak punya oven yang pake atas segala. Sudah gitu kan aku paling nggak becus bikin cake yang susah-susah kayak gini. he...he...he...
ReplyDeleteAku nggak bisa titip makanan kayak klepon, kan ibu itu nggak pake kulkas untuk menggelar dagangannya. Maklum, blio kan dagang di pasar tradisional. Dagangannya ya digelar di meja gitu aja. Jadi ya kalau mau titip harus makanan yang tahan lama. Nggak bisa bangsanya tahu isi dan sejenisnya. Lumpia banyak yang jual di pasar. Biasanya yang jual orang Vietnam. Mereka bawa kompor segala, jadi dagangan masih anget.
Memang betul, winter bikin capek dan males. Apalagi di Canada ya? Di sini saja nggak lama lagi, matahari terbit sekitar jam 9 pagi, terbenam jam 5 sore. Jadi bisa dibayangin Canada lebih singkat ya ngelihat matahari kalau winter gini. Tapi ayo semangat...nemenin aku....siapa tahu dikau bisa mengunjungiku di Belanda....
Nah ini nih yang bikin aku males....he...he...he...
ReplyDeleteSiapa tahu ya kita bisa ketemu, nggak tahu di KL atau di Bogor ataupun dimana aja ya....
mungkin ini bs jd pertimbangan
ReplyDeletehttp://evimeinar.multiply.com/recipes/item/304/Pandan_Angel_Loaf_Cake
Disini jam 5 sore udah kyk jam 8 malam, udah gelap..kmrn aja jam 7 malam berasa udah malam banget aku berasa mata udah berat :)))
sorry to that mba sri....tetep semangat !
ReplyDeleteTerimakasih ya Pep. Nanti aku coba dulu (semoga nggak bantat bikinanku. hi...hi...hi...).
ReplyDeleteOK, have a nice day.....
Terimakasih ya atas dukungannya.....tetep semangat pokoknya ya....
ReplyDeletewalaaah... ternyata oh ternyata sibuk jadi wanita karier toh mba.. ta dukung dari jauh loh..sapa tau nanti klo rejeki ya bisa nengok kita juga yang tinggal di desa St.Louis ya hihihihi... **tetap semangat .. !! ** ini moto nya radio station di jkt tempat aku kerja dulu loooh..
ReplyDeleteayo mbak semangat! Sini kering kentangnya buat aku aja hahahaha
ReplyDeletecake ini dijamin gak bantat... fluffy krn dr putih telur
ReplyDeleteThanks berat atas dukungannya. Memang betul, sedang sibuk mengerjakan mega proyek berlian....hua...ha...ha....
ReplyDeleteLha ya siapa tahu ya kalau betulan kan kami bisa berkunjung ke St. Louis. Lha mosok ngelihat St. Louis cuma di tipi doang. he...he...he...mbok ya sekali-sekali ngelihat aslinya. Waktu itu ada siaran tentang St. Louis di tivi. Leo sampai teriak-teriak manggil: "Itu St. Louis.....temanmu kan tinggal di sana....." Mataku sampai aku belalakin nyari-nyari....mana nih kok nggak ada Fitri dan Nisa.......apa mereka nggak kesorot kamera kali ya....
Bener Ning....harus semangat. Thanks ya Ning atas supportnya....
ReplyDeleteKering kentangnya masih ada tuh Ning, 8 bungkus. Mau aku jadikan sample aja dulu, suruh teman-temannya Leo ngicipin kasih komentar. Pengin tahu, apakah kering kentang bikinanku terlalu spicy atau enggak. Maklum Ning, lidah Londo kan beda juga kan sama lidah kita yang suka lebih pedes....walaupun sudah aku kurangi banyak tuh cabenya...
Mbak Sri...aku doain dagangannya laku yach...khan mau kopdaran kita sekalian kangen2an sama NZ heheheh.....ayo semangat terus yach, Mbak...
ReplyDeleteOK deh...pengin coba nih. Thanks for giving me this recipe ya, Pep. Mungkin aku malah bisa gunakan untuk hal yang lain nih (soalnya ada ide buat bisnis yang lain nih Pep. ha...ha...ha...).
ReplyDeleteAmin.....terimakasih Eva. Siapa tahu ya kita bisa ketemu di NZ. Banyak banget kenangan di sana, sampai-sampai waktu aku mau ninggalin NZ serasa kosong hatiku waktu itu. Waktu itu aku sampai berpikir.....kapan ya aku balik lagi. Di Wellington airport nggak sadar aku nangis lho waktu itu...hiks...hiks...hiks....semoga ada rejeki, jadi bisa kembali lagi kesana.....
ReplyDeleteKarena makanan Indonesia, coba dihitung pake harga tenaga kerja indonesia...hehehe...
ReplyDeleteDi sini kerja sehari 25 - 50rb Mbak....
Itu per hari ya padahal....
ReplyDeleteLha di sini untuk pekerjaan tingkatan clerk kalau nggak salah dari 8 Euro PER JAM (mungkin malah lebih lho). Jauh banget ya bedanya....
1Euro 14rb....wah 1jam dptnya 112rb...mana ada di sini :(
ReplyDeleteKalau dengan hitungan tenaga Indo...harga 3 Euro masih masuk tuh...hehehe...
Untuk transport sdh masuk belum?
Kalau masalah transport, aku juga sering nunut...hehehe....
Mungkin malah lebih dari 8 Euro lho per jamnya. Tapi biasanya harga segitu masih potong pajak.
ReplyDeleteBiaya 15 Euro yang aku sebut cuma biaya bahan dan perkiraan gas dan listrik. Transport nggak aku itung. Kalau dihitung lebih meledak lagi karena dari rumahku ke pasar kota one way 1,8 Euro atau Rp.25 ribu lebih kan? Itu baru one way, lha kalau pp sudah berapa coba? Belanda memang salah satu negara di Eropa (atau mungkin di dunia) yang public transportationnya luar biasa mahalnya. Bensin saja 1,43 Euro per liter (itu sudah turun karena minggu lalu 1,45 Euro per liter).
Eh sekilas info... tempe itu juga menyusut banyak saat digoreng kalo dijadikan kering tempe-kacang-teri. Kan pastinya tempenya diiris tipis-kecil toh? Dirumah, pernah bikin tempe-kacang-teri pedas, pakai 2 lonjor tempe @Rp 1.000 (kira2 panjang 25 cm, tebal 2cm, lebar 5cm) setelah digoreng jadinya cuman kira-kira 1 piring makan (standar Indo, diameter 20 cm kira-kira), engga munjung2 banget tuh.
ReplyDeleteDodolan getuk singkong, semacam getuk Trio-Magelang, piye? Tapi profitnya gak bisa gede yah... hehehe... have no idea mbak. Menentukan jenis bisnis mmg gampang2 susah. Good luck.
mbak, mau kering kentangnya hihihi
ReplyDeletembak..kering kentang lumayan awet...emang betul...kentang 2 kilo susutnya banyak kalau udah digoreng kering....tetap semangat mbak...
ReplyDeleteTerimakasih ya Andra atas infonya. Aku akan coba dulu sebelum dipasarkan. Pengin tahu juga nih susutnya sampai seberapa kalau tempe Londo. Soalnya kalau bikin selama ini nggak pernah perhatiin, maklum kan untuk konsumsi sendiri. Tapi yang jelas, menggoreng tempe jauh lebih gampang daripada menggoreng kentang (untukku lho ya), sudah gitu nggak terlalu banyak tenaga dan waktu yang digunakan dibandingkan menggoreng kentang.
ReplyDeleteKalau bikin gethuk singkong....lha sing larang singkongé jé......he...he...he....takut nggak cucuk. Thanks berat ya Andra atas dukungannya....
Boleh....boleh....he...he...he...soalnya aku juga memutuskan kering kentang yang aku bikin untuk sampel icip-icip. Pengin tahu, lidah Londo cocok apa enggak dengan kering kentang bikinanku.
ReplyDeleteBener ya awet? Aku juga pengin tahu nih awetnya sampai kapan.
ReplyDeleteAku nggak ngira lho kalau susutnya bisa begitu banyak.....aku kira masih bisa dapat setengahnya, ternyata 40 persennya saja enggak. Padahal nggoreng kentang kan nggak mudah ya (untukku lho), belum lagi harus pake food processor supaya cepet (kalau pake manual kali 3 hari baru selesai ngrajang ya...he...he...he...).
Thanks berat atas semangatnya....
Mbak ... kenapa gag bikin chesse-stick ato kaasstengels goreng ? ... walo di Londo banyak, tapi kan beda tho sama yang pernah mbak Sri bikin lebaran kemaren ... dah gitu, mas Leo kan doyan ... so paling enggak, tu makanan lumayan cocok di lidah Londo ... he he he ...
ReplyDeleteJeng Sri....wahhh pengalamannya kocak juga walaupun masih apes...hehehe. Klo jualan di pasar gitu sih jangan ngarep bakal cepet ngetop jeng...pasti bakal nunggu lamaa sampe jualan kita di kenal betul dan klo cocok akan dicari. Aku juga punya pikiran yang sama loh, pengen cari kesempatan usaha juga, tapine emang gak gampang tuh. Klo aku sih jadinya sekarang cuma melayani temen2 yang mau dimasakin aja, kebanyakan yang ulang tahun entah itu anaknya ato ibunya, tapi emang tidak berjiwa bisnis, ngasih harganya selalu aja harga ama temen...hehehe, ah yang penting kita seneng dan nggak rugi, iya toch? yo malah untung koq, udah nggak usah mikir masak apa di hari2 melayani pesanan mereka itu. Eh malah ada yang udah minta diadain demo masak indo loh...tapi akunya blum PD, jadi masih tak tunda, mikir dulu dan ngumpulin keberanian dulu.
ReplyDeleteJeng, soal kacang bawang, la orang2 londo itu pada suka banget lo, mereka tak suguhin waktu lebaran kemarin..ehh ada yang ketagihan dan minta dibikinin lagi, tapi ya tak suruh mbayar to wong lebaran dah lewat....hihihi, katanya enak banget, bawang putihnya banyak dan kerasa banget..githuuu jeng, makanya kacang bawang kita kan beda sama kc goreng mereka, coba aja itu juga dititipin, bikin contoh dulu jangan banyak2. Sukses deh dengan rencana dagangnya, semoga ada jalan dan ada rejeki.........ojo lali traktir aku yoo.....apalagi klo mau keliling ngunjungi temen2 Mp's....aku yo dijak pisan.....hahaha..tak doáin deh.
semoga sukses ya mbak
ReplyDeleteAku juga mikir ke situ, tapi mesin pastaku rusak. he...he...he...
ReplyDeleteJadi harus beli mesin pasta dulu yang lumayan bagus. Pasti deh orang Belanda suka karena memang beda kok kaasstengels kita sama kasstengelsnya Londo. Thanks ya say for giving me advice.....(sambil mikir....gimana ya caranya nodong Leo buat dibeliin mesin pasta yang bagus. hi...hi...hi... maklum yang bagus sampai 350 Euro-an jé....).
Terimakasih mbakyu atas dukungan dan doanya.....semoga berhasil betulan nih bisnis berlianku.....Amin....
ReplyDeleteMemang betul, sulit mencari peluang usaha di sini. Aku ya merasakan juga. Lha piye, kalau harus pake sistem resmi pake ijin segala malah belum-belum sudah bangkrut yo. hi...hi...hi...
Lha mbak Mutty sudah bagus gitu lho memulainya. Jangan segan-segan deh meneruskan lagi. Ayo...semangat menemani aku. Yang penting gimana caranya modal balik dulu kali ya....
Waktu lebaran aku yo bikin kacang bawang. Rasane sih menurutku enak, tapi isih rodo kemlothak. ha...ha...ha....masih harus belajar kalau yang ini.....
Terimakasih sekali atas dukungannya ya.....seneng rasanya banyak yang mendukung....
ReplyDeletehahahahaha... mbaaaaaaaaaaaaaa... itu loh komen nya lucu.. rasa2 nya mba sri ini selalu gembira yaa..pasti orang2 yang ada di sebelah mba sri..selalu kebagian bahagia juga deh.. kan menular gitu loh mbaa.. eem..pernah sedih juga ga ?? **wesss..nanya nya ngeyel.. :)))
ReplyDeleteGood idea, Sri saya mendukung gagasan anda. Semoga berhasil idea anda mengenai sesuap berlian. Jangan lupa mampir Canada. Betul menurut anda, tenaga di LN kalau menurut minimum wages jauh lebih mahal dibandingkan DN Indonesia. Saya mencoba produksi bakcang, hasil achirnya saya jumlahkan dan dibagi, untuk harga jual perbiji tidak bisa nutup apabila biaya tenaga ikut diperhitungkan kalau didasarkan minimum wages per jamnya. Kami harus memikirkan competeter yang tidak begitu menghiraukan minimum wages. MBah bilang terpaksa jangan dihitung dasarkan minimum wages tenaga perjam disini untuk produksi makanan dibuat secara manual, sebab semua home made cakes dan cookies dibuat dengan manual 100%.
ReplyDeleteBolehkah saya sarankan kalau bisa membuat cheese stick yang digoreng, lebih simple dan tidak susut banyak, dengan catatan diteliti visual study dulu.
Bener lho waktu itu, yang aku cari dikau tersayang sama Nisa....sampai-sampai aku ngomel...gimana sih kameramennya kok nggak profesional gitu....masak iya aku nggak bisa ngelihat Fitri en Nisa....he...he...he....terus terang aku malah nggak perhatiin beritanya sendiri karena sibuk mencari Fitri dan Nisa. Kalau nggak salah sih beritanya tentang bangunan melengkung atau apa gitu di St. Louis (jembatan atau apa yo, aku lupa jé)....
ReplyDeleteLha kalau sedih sih kadang juga sedih. Tapi kalau sedih thok tanpa ada perbaikan nasib yo percuma to? hi...hi...hi...Ok have a nice day....
Terimakasih sekali tante atas dukungannya....Tambah semangat lagi nih.....siapa tahu nanti kalau proyek mega berlian ini berhasil, kami bisa keliling dunia, mengunjungi MPers. ha...ha...ha....(namanya bermimpi kan boleh ya tante.....).
ReplyDeleteMemang tante, kalau diitung minimum wages, kita akan susah cari pembeli. Padahal kan kerja sudah setengah mati ya tante.....Belum lagi kalau diitung transportasi untuk beli bahan muahalnya luar biasa.
Yang jelas home made products memang harus unik ya tante. Soalnya di sini kalau bikin kue kering, akan bersaing keras dengan industri besar. Mereka bisa memproduksi misalnya jan hagel, speculaas dengan harga yang jauh lebih murah daripada kalau kita produk sendiri. Mereka kan berproduksi dengan skala yang luar biasa gedenya, dan semuanya dilakukan dengan mesin. Sedangkan kita kan produksi secara manual. OK, rasa memang lain tante, tapi orang kan kadang nggak peduli, yang penting murah. Apalagi dengan kenaikan biaya hidup yang luar biasa setelah guilders berubah jadi euro, orang berusaha mencari produk semurah mungkin.
Saya juga kepikiran bikin cheese stick tante, tapi nggak punya mesin pasta. Mesin pasta saya rusak baru dipake sekali. Maklum mesin harga murah. hi...hi...hi.... Saya sudah coba pake manual, tapi hasil cheese stick nya kurang bagus walaupun rasa sih enak. Sedangkan dagang kan butuh penampilan juga kan tante, nggak cuma rasa. Mesin pasta yang bagus sekitar 350 sampai dengan 400 Euro. Mau beli yang bagus kayak gini, iya kalau cheese stick saya laku, kalau enggak kan sayang juga karena kami jarang makan pasta atau kalaupun beli pasta buatan pabrik di sini cukup murah (misalnya macaroni cuma 19 cents per kilo. Memang sih rasanya ya gitu aja, tapi yang penting kan gimana kita bikin saus nya)
Kadang memang ada aanbieding (special offer) mesin pasta yang harga 50 Euro-an. Sedang mikir nih tante, apakah perlu saya beli mesin ini kalau ada aanbieding.
Sekali lagi, terimakasih ya tante atas dukungannya.....See you in Canada (hi...hi...hi...mengkhayalnya kebablasan.....).
mbak, emang benar saran2 diatas... kalo kita bikin makanan yg menguras tenaga & waktu tapi untungnya gak seberapa kok ora cucuk ya karo kesele? makanya saya juga males kalo dipesenin resoles, lha gawe kulit, motong2 wortel, ayam dll, trus ijik bungkus, nyelup ke putih telur kmd panir baru digoreng... walah! tapi kok ya ada lho di NY yg jual 1 resoles ukuran gede $1.25... nek aku yo wis nyerah dgn rego semono :(
ReplyDeleteLha nek jual lumpia oven piye? kan gak seribet resoles/kering kentang... juga cheesestick yg bikin Leo ngemel... pasti dibantu promosi sama Leo :))
Lha pancen kalau kita ngitung tenaga pancen jan ora cucuk tenan. Kuesel tenan kadang ora cucuk karo penghasilané. Nek dudu hobby, jangan deh dilakukan daripada cuma sebel thok. Sudah gitu, bisa saja lho keluarga terlantar. Misalé waé pas aku nggawe kering kentang sing arep tak dol, aku butuh waktu cukup banyak untuk bikin. Akibatnya Leo kurang terurus makannya. Masak sak kenané waé. Untung nduwé bojo apik, nek ora wis padu tenan. he...he...he...
ReplyDeleteAku terus terang juga terima pesanan risoles kok (eh sorry baru 2 kali ding. hi...hi...hi..). Siji regané 1 euro (sing rodo cilik), nek sing gede 1,5 Euro. Yang pesen orang Indonesia. Dia sekali pesen 10 biji. Yo wis lah idep-idep timbang nganggur. Lha piye, bingung arep dodol opo nang kéné. Golek gawean angel sedangkan biaya hidup melambung tinggi sejak guilders berubah jadi euro, padahal gaji dikonversinya tetap. Wong sak Eropa podho sutris dengan perubahan mata uang ini.
Kalau lumpia oven itu, kalau dingin nggak renyah, jadi harus di-oven lagi supaya renyah. Wong Londo kuwi rodo aneh, apapun harus dimakan hangat. Lha wong gado-gado waé karepé yo kudu anget kok. Aku sampe bingung kok. Bingung maneh melihat mereka makan patat (french fries), nasi goreng, dan bami goreng. Lha wong panganan koyo ngono nek Londo yo digrujug nganggo bumbu kacang kok. hi...hi...hi...
Thanks ya Elika atas dukungannya. Aku tetap semangat, supaya nggak sutris, aku anggep ini sebagai hobby. Siapa tahu berhasil dadi milioner. hua...ha...ha...terus aku iso nang NYC yo, tak tilik mengko....he...he...he...see you in NYC (ngayal lagi....).
Mahal ya mesin pasta sampai harganya 350 Uero. Pernah saya menanyakan disini tetapi harus mesan dulu, hanya $55, tetapi tergantung buatanya. Yang merk bagus tentunya mahal. Saya pernah baca di blocknya Estherlita, memesan pasta maker dari Italy, kalau tidak salah sekitar $60. Kalau bisa jangan hanya untuk membuat cheese stick saja diprakariakan untuk membuat kulit pastel, dll. Saya disini memakai yang manual, harganya $20 second hand, tetapi masih bagus. Kebetulan ada yang jual. Ini semua tergantung keadaan di Holland dan kesukaan orang Belanda. Ini hanya sekedar memberi idea, tergantung pada anda, keputusan ada pada anda, jangan sampai Leo kapiran, dan tidak sampai dapat perhatian, sebab anda yang mengerjakan sendiri.
ReplyDeletembak, aku ra masuk daftar kunjunganmu? Hiks... :((
ReplyDeleteMbak ayo tetep semangat!!! Pengalaman pertama kurang berhasil rpp! Coba gawe sambel pecel mbak! Lebih gampang keknya...
ReplyDeleteMemang betul tante, nanti kalau saya punya mesin pasta, bisa untuk membuat makanan lain selain pasta dan cheese stick. Wish me luck ya, tante....semoga saya bisa membeli mesin idaman saya. Dan saya akan juga berusaha supaya Leo nggak kapiran. he...he...he...
ReplyDeleteTerimakasih tante atas dukungan dan nasihatnya....
Kalau ke Solo kan lebih gampang to? Insya Allah aku mudik tahun depan atau malah tahun depannya lagi bisa jalan-jalan lagi ke Jawa Tengah supaya kita bisa kopdaran ya....Menurutku Solo lebih unik daripada Jakarta. Lebih gimana gitu suasananya daripada Jakarta yang sumpek.....
ReplyDeleteIya betul, harus semangat ya. Thanks berat atas dukungannya.
ReplyDeleteAku sudah pernah nyoba bikin sambel pecel yang kering. Tapi ternyata untuk menghaluskannya cukup susah, harus pake food processor (wong ora nduwe deplokan). Makin lama makin berat karena lengket (mungkin faktor gula Jawa dan lain-lain itu kali ya?). Aku jadi kasihan sama food processornya. Setelah jadi, Leo bilang kalau bumbu pecel kayak gitu, harus dibungkus dengan plastik vacuum. Dia nggak setuju kalau cuma dibungkus plastik biasa karena prinsip dia adalah kalau mau disimpan lama harus higienis. Dan ini harus di-vacum (sebenarnya dia juga penginnya kalau aku jualan kering kentangpun harus di-vacum, nggak sekedar diwadahi plastik thok). Kami mencari mesin kayak gitu, dan ternyata o ternyata....regane larang. Sing murah (nggak bagus kualitasnya) sekitar 100 Euro-an. Plastik untuk memvakum ternyata yo larang....hiks...hiks...hiks....
Mbak.. tetep inget mudik ke Indo kan yah.. aku jangan dilupain loh.. hehehe
ReplyDeletebtw, emang gampang2 susah niat mau jualan pertama kali itu.. terutama nentuin harga jual.. padahal kalo bikin itu aku selalu berusaha pake yang kualitas terbaik..cuma tetep gak bisa kasih harga terlalu tinggi karena takut memberatkan apalagi kebanyakan yang order termasuk temen2.. makanya suka agak serba salah juga..
untuk idenya nanti aku bantuin pikirin yah mbak Sri.. sementara itu, tetap semangat je.. semoga mendulang berlian bukanlah lagi mimpi di siang bolong.. kan aku juga pengen kecipratan rejekinya mbak.. hihihihi
Tenang Lis....kalau di Jakarta saja bisa kan kita ketemu...kopdaran. Kan kita sudah janjian nanti mau nyatroni restaurant. Lha nggak tahu nanti mau nyatroni restaurant mana, yang penting kita bisa kopdaran di Jakarta ya.....
ReplyDeleteBener Lis, susah banget menentukan harga jual. Kalau terlalu mahal, nanti nggak laku. Kalau terlalu murah, kita yang setengah mati tenaganya. Bisnis kayak gini harus didasari pada hobby dulu kayaknya ya. Kalau nggak hobby, sebaiknya jangan dilakukan daripada ngomel mulu. hi...hi..hi...
Thanks ya Lis atas dukungannya. Thanks juga sudah mau mikirin produk mega proyek berlianku ini......
duhhhh .... susah juga ya. Tapi tetep semangat deh, siapa tahu ada hasil nanti, entah jualan apa.
ReplyDeleteCuma kalau memang hanya 9 kantong, ya susah juga ya.
Lha ya itu mbak Agnes...susahnya ceker-ceker mencari sesuap berlian di sini. he...he...he...
ReplyDeleteAku sedang cari info juga nih berapa harga kering kentang kalau di toko Asia. Temanku malah sedang carikan info untuk harga kering kentang di tempat lain. Jadi kan nanti ada perbandingan. Siapa tahu memang harganya mahal, jadi rada cucuk gitu. Selain itu sedang mikir juga mbak, sebaiknya jualan apa yang laku di sini. Masalahnya aku kan jiwa kuli bukan pengusaha, jadi memang yo harus belajar lebih banyak lagi.
Thank you very much for your support. It means a lot to me....
Hello mb Sri ,
ReplyDeleteSalam kenal, saya Isna, istrinya mas Chris di California. Jadi, salut dg usahanya mb Sri utk bisnis. Kalau di US, potato chip itu dijual dlm plastik2 besar buat snack. Jd, kalau mau bikin kering kentang, ya.. pakai kentang itu aja. Enggak usah ngegoreng dr mentahnya, cuapek.
Saya sih enggak pintar blas soal masakan, tapi apa enggak lebih mudah bikin nastar, kastengel, teri-kacang balado? Kalau bisa yg bakar2an di oven lebih cepat masaknya dan enggak pegal berdiri. Itu menurut saya mb Sri... Selamat berbisnis ya..
wassalam,
Isna
Terimakasih Isna atas dukungannya. Aku sendiri pengin nyoba juga pake chips, tapi belum sempat eksperimen. Siapa tahu bisa renyah juga ya setelah dikasih bumbu. Atau setelah itu harus di-oven kali ya supaya renyah lagi....
ReplyDeleteAku nggak pinter bikin kue kering ataupun cake. Selain itu kue kering di sini relatif murah, jadi kemungkinan nggak laku juga ada. Bayangkan saja kue kering kayak speculaas cuma sekitar 3 Euro per pak dan lumayan gede kok paknya. Kalau bikin nastar, harus bikin nanasnya segala ya (nah ini nih yang aku kurang sabar). Kalau cake memang aku nggak pinter blas, sering amblegnya daripada bagusnya. he...he...he...
Aku juga rencana bikin teri kacang balado, tapi kebetulan kalau ke toko Asia nggak pernah nemu teri Medan, yang ada teri yang gede. Aku pernah bikin pake teri gede, tapi hasilnya kok keras dan kurang enak rasanya (mungkin aku nya aja yang bego ya...hi...hi...hi...). Kata teman teri Medan memang kadang ada di toko Asia, tapi sering abisnya.
Thank you very much for your support....
Mbakyu, tetep semangat nggih. Ojo putus asa.
ReplyDeleteNjajal bikin kripik singkong pedes. Kalau di Sumbar namanya kripik sanjai. Kripik singkongnya beli aja yang udah jadi. Terus dibumbuin. Kalau mau lebih ngirit, ngiris sendiri ya boleh.
Terimakasih atas semangatnya ya......
ReplyDeleteAku belum pernah nih bikin kripik singkong pedas. Mendingan beli kripik yang sudah jadi ya? Aku juga nggak bisa kok nggoreng singkong renyah kayak gitu. Kalau beli yang sudah jadi, artinya harus nunggu ke toko Asia dulu. Thanks untuk masukannya ya....
alo mbak, ini tika doa & sukses utk mbak sri
ReplyDeleteTerimakasih sekali atas doa dan supportnya....it means a lot to me....
ReplyDeleteAku klw goreng kentang,pake fritur pan,cepet matengnya & nga terlalu banyak makan minyak,setelah klaar tinggal goreng bumbu,aduk,klaar deh...tetep semangat say,melakukan segala usaha emang butuh perjuangan,tapi klw dah ketemu selahnya,di jamin lancar,semoga succes & segera mendulang berlian...
ReplyDeleteAku belum pernah goreng pake deep fryer. Mau nyoba kok rasanya muales banget, sudah kebayang duluan sulitnya. he...he...he...apalagi sekarang bisa pake chips, ya sudah makin nggak pengin nyoba lagi. hi...hi...hi...
ReplyDeleteThanks for your support....
baru baca lagi nih mbak...moga laris ya
ReplyDeleteMakasih sekali....makin banyak nih yang memberi dukungan, jadi semangat....
ReplyDelete