Friday, 23 February 2007

Anda masuk kategori mana?

Sekitar 23 tahun yang lalu ketika aku masih duduk di bangku kuliah tingkat 2, seorang dosen mengajukan 4 pertanyaan sebagai pengantar kuliahnya. Para mahasiswa diminta untuk menjawab dalam hati. Sang dosen memberi pertanyaan dan konteksnya. Terus terang aku masih ingat pertanyaan dia daripada inti kuliah tersebut (isi kuliahnya wis lali kabeh dari A sampai Z).


Di sini aku akan berusaha menjawab semua pertanyaan sang dosen. Bagi siapa saja yang tertarik, silahkan ikutan menjawab setiap pertanyaan tersebut berdasarkan konteksnya. Atau bisa saja menjawab langsung pertanyaan yang menyangkuti diri kita.


Intinya tentang kategori manusia (mungkin kelas sosial lebih tepat istilahnya) dalam hal makan. Marilah kita mulai:


1. Hari ini kita makan atau tidak ya?


Konteks: untuk mereka yang penghasilannya tidak menentu setiap harinya, seperti pemulung, tukang becak, pedagang informal dsb.


Jawab: Tergantung. Kalau hari ini dapat rejeki ya makan, kalau tidak ya harus puasa. Kalau hari ini hasil memperoleh kardus di tempat sampah cukup banyak, berarti bisa dijual  dan bisa beli nasi bungkus. Jadi bisa makan. Kalau hari ini dapat makan sisa yang dibuang di sampah oleh orang-orang kaya yang tidak menghargai makanan (tidak tahu bagaimana bersyukur), ya dimakanlah makanan yang sudah masuk sampah itu (bisa diteruskan sendiri, karena aku nggak tega untuk meneruskan saking menyedihkannya).


2. Hari ini masak apa ya? Hari ini makan apa ya?


Konteks: pertanyaan ini ditujukan bagi mereka yang biasanya punya penghasilan tetap (lebih pasti tiap minggu atau bulannya dibandingkan dengan kategori 1), ada uang untuk berbelanja untuk beli bahan makanan.


Jawab: Tahu goreng, ikan bakar, sate, rawon, nasi goreng, urap, gado-gado, rendang, gulai, lasagna, bakmi goreng dll (silahkan mengabsen sendiri sesukanya).


Catatan dari Sri: aku termasuk kategori ini. 


3. Hari ini makan dimana ya?


Konteks: Pertanyaan ini ditujukan bagi mereka yang sudah punya uang berlebih. Jadi kalau males masak, mbok ya tiap hari ke restaurant juga bisa wong namanya duit ada.  


Jawab: Ayam goreng Mbok Berek, Gudeg Bu Citro, Bakmi GM, Pizza Hut, Restoran-restoran di hotel-hotel berbintang, Arirang, Il Punto, dll (silahkan diabsen sendiri sepuasnya).


Catatan Sri: aku tidak bisa masuk golongan ini. Harga makanan yang dijual di restaurant  Belanda khususnya dan Eropa pada umumnya sangat muahal, jauh lebih mahal dibandingkan dengan di Amerika. Apalagi setelah guilders berubah menjadi euro, rasanya harga-harga mencekik. Jadi nggak mungkin kami pergi ke restaurant setiap saat. Capek nggak capek, aku atau Leo harus masak kalau pengin makan. Kami ke restaurant hanya pada saat-saat yang penting seperti hari ulang tahun perkawinan. Kondisi ini tidak saja terjadi pada kami tetapi juga dialami oleh keluarga-keluarga lain di Belanda (paling tidak teman-teman kami mengalami hal yang sama).


Kelupaan: aku dulu lupa tanya dosenku. Waktu kuliah dulu, aku hampir tiap hari beli makan di warteg (maklum anak kos). Jadi artinya aku dulu selalu makan di luar. Apakah waktu itu aku bisa dikategorikan pada level ini?


4. Hari ini makan siapa ya?


Konteks: sudah jelas


Jawab: Rakyat!!!


Catatan Sri: Ngggak perlu catatan, wong sudah jelas.  


 

6 comments:

  1. hari ini makan dimana yah...mc donald,kfc,pizza hut sebangsanya gitu masuk kategori sini ga,Sri..

    ReplyDelete
  2. Waduh.... dulu nggak sempet nanya jé. Waktu itu sih aku golonginnya ke nomer 3, lha wong kelas KFC dan junk food lainnya dalam hal harga masih di atas kelas warteg dan kelas bakul pecel tempat aku biasa mangkal en makan.

    Lha sekarang ya rada bingung aku jawabnya kalau konteksnya Eropa, soalnya Mc Donalds kalau di Eropa ya sama dengan warteg di Indonesia tuh. Lha piye, kalau di Mc D, makan 5 yuro sudah dapat burger sampe kentang dan malah sak es cocacola segala jé. Tapi kalau di restaurant yang sederhana di Belanda paling enggak 25 yuro jé per orang (memang sih dari makanan pembuka sampe penutup dan minumnya). Tapi untuk harga segitu saja, kami nggak mampu kok kalau tiap hari makan di restaurant.

    ReplyDelete
  3. he..he..heee..bisaaa ajah.. !! btw itu tahu bacem..menggoda skaleeeeeeeeeee..

    ReplyDelete
  4. ada2 saja si Sri nih, termasuk kategori mana ya.....aku......yg diatas dah nongol,enak pasti, di-NL kubelajar makan tahu Sri,you believe it or not? Tahu bld semahal gitu,baru gw eh sorry,baru aku mulai belajar,lah mamiku bilang (sekarang dah alm.ya)Masih diJkt nggak mau makan atau belajar makan,disana tahu mahal2 (kalau dibanding dgn yg di-Indo) baru mau belajar makan.....dasar wong rebel....

    ReplyDelete
  5. Cuma sayangnya aku nggak punya cabe rawit, jadi makan tahu pake sambel ABC. Lumayanlah daripada nggak sama sekali.

    ReplyDelete
  6. Terus terang aku kok kurang suka tahu Belanda ya tante. Perasaan kecut gitu lho kalau bumbunya nggak banyak. Cuma memang aku belum pernah sih beli yang fresh beneran. Belinya paling di supermarket atau toko Asia yang expired datenya bisa sebulan. Makanya pengin sekali-kali beli yang fresh beneran.

    ReplyDelete