Sunday, 18 February 2007

It's so you....

Leo mengatakan kalau aku dalam hal "maintenance" termasuk murah. Lha nggak murah gimana, wong perhiasan yang melekat di tubuhku cuma cincin kawin (kalau bukan cincin kawin, aku juga mungkin nggak bakalan pake cincin).


Aku nggak bisa pake anting atau giwang baik emas apalagi imitasi. Kupingku alergi sama logam. Pernah pake giwang berat cuma 1 gram tapi terus infeksi berat. Akhirnya harus dioperasi. Biaya operasinya malah lebih mahal daripada harga giwangnya. Jadi kapok juga akhirnya. Dokter juga menyarankan aku untuk tidak pake perhiasan di kupingku, daripada infeksi malah repot. Selain itu aku juga kurang demen pake gelang dan kalung. Nggak tahu kenapa, kok rasanya risi gitu ya.


Kalau di Indonesia memang kadang pake sedikit perhiasan seperti kalung ketika harus ke kondangan. Itupun pake acara dipaksa dulu oleh ibu atau teman-teman. Katanya biar rada memper, wong namanya mau njagong. Di sini nggak pernah pake begituan karena memang selama ini nggak pernah terima undangan-undangan kayak gitu. Lha wong kalau ada acara dinner diundang company tempat Leo bekerja, semua orang pake baju santai kok. Kalau perlu mereka malah cuma pake T-shirt dan jeans dan tidak ada orang yang peduli. Jadi aku tidak merasa ada kebutuhan untuk memakai perhiasan, dus.... yang berarti nggak ada kebutuhan beli barang begituan. Jadi yo memang betul, kata Leo aku ini dalam hal "maintenance" termasuk murah.


Saking jarangnya beli perhiasan (di sini malah nggak pernah sama sekali), aku pernah terkaget-kaget ketika suatu kali mengetahui mahalnya harga-harga perhiasan tersebut. Lha wong cuma sebuah cincin saja kok harganya bisa ratusan bahkan ribuan Euro. Belum lagi harga kalung dan tiara. Lha itu yang beli juga siapa gitu, kok mau-maunya beli barang yang mahalnya kayak gitu. Terus penghasilannya berapa gitu. Apa nggak takut dirampok kalau pake perhiasan kayak gitu. Masih banyak lagi keheranan yang meliputi otakku. 


Keherananku ini aku ungkapkan ke Leo:


"It's so expensive........ and you cannot even eat it"


Leo tertawa mendengar komentarku tentang mahalnya harga cincin yang aku lihat. Dia bilang:


"It's so you!!!!!!!"


"Elho..... kok it's so me. Why is it so me??????????"


"It's so obvious, your priority is not far from food and eating"


"Lho, kalau bukan itu, terus apa dong??????"


Ketika dulu aku mengucapkan: "Sudah muahalnya setengah mati, nggak bisa dimakan lagi", terus terang aku juga lupa, apakah aku mengucapkannya dengan sadar, atau keluar secara otomatis dari mulutku. Jangan....jangan memang aku ngucapkannya di bawah sadar, jangan....jangan Leo memang betul kalau my priority nggak jauh dari hal makan-memakan. Jangan....jangan....


Note: gambar yang aku pasang di sini aku ambil waktu kami berada di Portofino, Italia. Bingung aku kok banyak amat boat dan yacht di sana. Orang kaya itu ternyata suka tempat beginian to. Toko-tokonya jual barang-barang yang harganya mahal. Ada satu toko di sebelah kiri (nggak kelihatan di gambar), yang menjual perhiasan. Harganya gila-gilaan. Aku nggak berani ambil gambar di toko tersebut, takut ditangkep. Yang mahal bukan saja toko perhiasan saja, tapi juga toko-toko lain seperti toko tas, baju dsb. Maklum yang dijual barang-barang ber-merk kayak Louis Vuitton dan sejenisnya. Bahkan cafe saja kok jualannya muahal banget. Kehadiran yachts itu menurutku yang bikin daerah tersebut jadi mahal. Kami sampai nggak berani masuk cafe karena tahu harganya muahal. Untung kami bawa sandwich, kalau enggak bisa kelaparan.   


 


 


 

12 comments:

  1. enak ya kalau ngga silau liat perhiasan :-)
    duitnya bisa ditabung buat keperluan lain.. misalnya .............. makan-makan :D :D :D

    ReplyDelete
  2. "Its so you... "
    Hihihi.... tapi mbak Sri bukan badoger kan? :p
    Klo aku gak ngiler dengan perhiasan emas mbak, cuma sering ngiler jg liat perhiasan etnik... tapi gak gitu-gitu amat sih... malah beberapa perhiasanku aku bikin sendiri dari beads, kayu, batu dan kerang...

    ReplyDelete
  3. dulu aku juga gag pernah pake perhiasan Mbak, tapi begitu kerja mau gak mau ya pake juga dikit-dikit ... humas gitu loh ... tapi pakenya juga untuk menyesuaikan dengan busana ...
    setelah nikah, pakenya sebatas cincin kawin, giwang, kalung ma gelang ... itu juga dalam ukuran yang kecil ... sekarang ini kalo beli perhiasan udah rada males, mendingan dibeliin logam mulia batangan aja buat investasi ... he he he ...

    ReplyDelete
  4. aku dulu ga suka pake perhiasan mba, tapi sekarang jangan tanya kalo liat ditoko mas matanya jelalatan pasti kebeli, hehehhehehhe..berawal dr masku yg suka bete kalo aku ga pake perhiasan, tau sendirikan india identik dengan perhiasan, cuman aku kurang suka pake yg segede orang india, paling yg simple simple aja :)

    ReplyDelete
  5. sama Sri, aku gak pernah pake perhiasan, cuma pakai jam tangan aja.
    dulu demen pakai, tapi setelah tinggal di jkt, sering naik turun angkot, daripada jadi sumber petaka, aku lepas semuanya. Eh...keterusan sampai sekarang, nggak pingin pake lagi. risih...dah biasa nggak di gandolin macam2.

    ReplyDelete
  6. Hi...hi... sebenernya sih kebetulan juga karena nggak punya duit, jadi nggak beli perhiasan...

    ReplyDelete
  7. Lha kalau aku sih sebenarnya yo badoger juga, opo-opo blang bleng....

    Aku terus terang juga suka kok perhiasan etnik, tapi yo suka thok karena nggak gitu demen makenya, wong setiap kali pake kalung etnik, nggak tahan lama en terus dicopot. Lha embuh aku ini normal apa enggak.

    ReplyDelete
  8. Lha itu malah ide smart. Kita kan nggak tahu ya hari tua kita kayak apa. Kalau aku nggak beli logam mulia karena nggak punya duit. he...he...he....

    ReplyDelete
  9. Walaupun aku nggak suka pake perhiasan, menurutku orang yang pake perhiasan simple malah cantik, lebih anggun. Tapi menurutku lho ya.

    ReplyDelete
  10. Mungkin karena jarang digandoli macem-macem itu ya, jadinya aku males pake macem-macem.

    Tapi memang mbak, pake perhiasan di angkot sama saja nyetor diri untuk dirampok. Belum lagi kalau perampoknya nekad, aduh...ngeri banget....

    ReplyDelete
  11. hehehehe....ngikik gue Sri.....sama komenter elo :)

    ReplyDelete
  12. Jadi bener dong kalau prioritasku nggak jauh-jauh dari makanan?????

    ReplyDelete