Tuesday, 30 March 2010

Hirarki anak laki-laki...

Terus terang aku mulai memahami tentang cara atau pola pikir anak laki-laki setelah menikah. Aku lahir empat bersaudara yang tiga diantaranya perempuan. Adikku laki-laki meninggal ketika masih kecil. Ayah meninggal ketika aku remaja. Dari TK sampai dengan SMP, kebetulan teman-temanku sekolah kok ya kebanyakan perempuan. Teman maen juga kebanyakan perempuan. Waktu kuliah, teman-teman kost juga perempuan. Jadi aku terbiasa dengan lingkungan perempuan.

 

Di tempat kerja memang banyak laki-laki, tapi yang kami bicarakan ya tentang kerja. Kalaupun berbicara tentang keluarga, kok ya kebetulan kami jarang memfokuskan diri membicarakan tentang perbedaan antara cara pola pikir antara anak laki-laki dan anak perempuan.

 

Walaupun aku pernah mempelajari teori tentang gender dan sejenisnya, tapi tetap saja aku menemui hal-hal baru ketika aku membandingkan antara masa kecilku dan masa kecilnya Leo. Ternyata memang ada perbedaan pola pikir antara keduanya. Perkara perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan budaya, lingkungan, konstruksi sosial dsb tapi tetep aja ada perbedaan.

 

Misalnya begini. Setahuku seorang anak perempuan pada umumnya akan seneng (or at least ngga sebel) kalau disebut "cute" oleh tantenya. Tapi ternyata hal ini tidak berlaku untuk anak laki-laki. Kata Leo, ketika dia berusia 8 tahun dia paling sebel kalau tante-tantenya menyebut dia cute. Apalagi kalau mami memasangkan topi di atas kepalanya, kemudian para tante ini akan mengomentari:

 

"Aduh....kamu cute sekali dengan topi itu......."

 

Kata Leo: "Paling sebel kalau tante-tante ngomong kalau aku cute. Kalau kedengaran teman-temanku, bisa-bisa hirarki ku akan langsung drop........"

 

Sri: "Lha memang kenapa kok bisa jatuh?"

 

Leo: "A boy is supposed not to be cute.....you will loose all respects from your friends if they know that your aunts call you as a cute boy......"

 

Sri (masih tetep ngga mudeng, wong yo cuma disebut cute aja kok yo sampai kehilangan harga diri segala):

"Lha terus kalau anak laki-laki harusnya seperti apa supaya tetap menempati hirarki tinggi?"

 

Leo: "A boy is supposed to be naughty.....then you will get more respect from your friends.....your friends will admire you........that's the way you get high positon in your group......"

 

Sri (tetep ngga mudeng, wong nakal kok malah dikagumi): 

"Terus yang disebut nakal itu kayak apa supaya kamu disebut hebat oleh teman-temanmu?"

 

Leo: "Misalnya, kamu mencet bel rumah orang, terus kamu cepet lari bersembunyi.....ketika pemilik rumahnya keluar, dia akan marah-marah karena ngga menemui siapapun........terus kamu bisa tertawa-tawa....."

 

Sri (makin ngga mudeng): "Lha wong bikin orang marah kok malah bisa menaikkan hirarki"

 

Leo: "Ya memang gitu kalau anak laki-laki....kalau yang keluar buka pintu adalah laki-laki badannya tinggi besar dan kemudian dia marah-marah....hirarkimu makin naik.....teman-teman akan makin mengagumimu karena kamu dianggap berani menghadapi pria dewasa yang tinggi gede.....tapi kalau yang keluar adalah nenek-nenek tua....wah hirarkimu masih belum bisa naik di mata teman-teman......"

 

Sri: "Lha tapi kenapa kamu sekarang ngga masalah kalau aku bilang kamu cute....."

 

Leo: "O...kalau itu lain. Ketika anak laki-laki beranjak remaja dan mulai tertarik pada gadis, maka being cute is very important......Soalnya gadis kan suka sama pemuda yang cute...."

 

Sri (dalam hati): "Lha kok ngga konsisten....."

 

Masa kecilku kok beda ya sama masa kecilnya Leo. Aku malah kemudian berusaha mengingat-ingat, apakah ada hirarki di kalangan gadis kecil di lingkunganku dulu. Disadari atau tidak, dulu hirarki lebih berdasar pada kelas sosial (yang aku yakin di Belanda waktu itu juga begitu) yaitu ada anak orang kaya, ada anak klas menengah dan ada anak orang miskin. 

 

Namun demikian hirarki dengan karakteristik yang disebutkan oleh Leo kok ngga aku temui ya dulu di kalangan gadis kecil. Mungkin dulu makin pinter main bekel atau main dakon atau loncat tali maka makin banyak anak yang mengagumi (atau makin banyak yang iri?), jadi makin tinggi hirarkinya. he..he..he..

 

Aku jadi ingat gadis kecil tetangganya mami yang memperoleh sticker dari orang tuanya. Apakah makin banyak perolehan sticker bisa meningkatkan hirarki seorang gadis kecil? hi...hi...hi...Soalnya penasaran juga bagaimana ukuran hirarki gadis kecil di Belanda....he...he..he..

 

Leo tiba-tiba nyeletuk: "Sekarang yang hobbynya mencet bel rumah orang kemudian cepat-cepat sembunyi kok malah gadis-gadis kecil ya. Ketika pintu aku buka, ternyata ngga ada orang....aku ngomel-ngomel....tahu-tahu di kejauhan ada gadis-gadis kecil tertawa-tawa.......Mungkin mereka mikir kamu yang buka pintu, eh...ternyata yang keluar malah aku yang badannya tinggi....."

 

Sri (dalam hati): "Kena hukum karma.....he...he...he......makanya jangan nakal......"

 

Note: The picture is taken from here.

 

Monday, 29 March 2010

Mengeluh atau pamer?

 

Ini postingan ngga penting. Waktu itu Leo baru pulang dari kantor. Belum juga istirahat dia sudah bikin laporan (maksudnya cerita sama istri tercintah. he..he..he..). Ini ceritanya:

 

Leo: "Tadi di kantor ada teman mengeluh. Katanya istrinya punya sepatu 37 pasang.....dia sampai bingung, perempuan kok demen banget ya sama sepatu, memang betul ngga sebanyak jumlah sepatunya Imelda Marcos, tapi kata dia 37 pasang kan sudah terlalu banyak........"

 

Sri: "Terus apa komentarmu?"

 

Leo (ngga jelas nadanya apakah mengeluh atau pamer): "Aku bilang sama dia. O......itu belum seberapa.....kalau istriku lain....Koleksi loyang istriku, jauh lebih banyak daripada jumlah sepatu istrimu......ha...ha...ha..."

 

Sri (sambil menahan tawa): "Excuse meeeeeeee?!?!?!?!?!"

 

Leo: "Lha kan memang bener, koleksi loyangmu banyak banget sampai kamu bingung gimana cara nyimpennya......masak setiap kali mudik, separo koper isinya loyang.....Belum lagi kalau ada korting harga loyang di toko atau supermarket, langsung kamu borong......ha...ha...ha..."

 

Jangan percaya sama Leo, dia terlalu melebih-lebihkan. Sebenernya sih kalau dibanding dengan teman-teman Indonesia pencinta per-baking-an, koleksi loyangku belum seberapa. Masalahnya kan rumah kami kecil, jadi bingung kalau mau nyimpen alat dapur. he..he..he..halah alasan....

 

Note: Picture is taken from here

Sunday, 28 March 2010

Banana Cheese Chiffon Cake


Description:
Mumpung ada korban, maka praktek bikin cake ini. Selama ini kalau bikin chiffon cake kok selalu mlethek (pecah) atasnya dan kalau pake loyang chiffon cake ini selalu bocor padahal sudah dilapisi kertas roti. Ternyata setelah baca resepnya mbok Piti, loyang harus dipanasi dulu di oven dan ngga boleh pake suhu terlalu tinggi. Tips ini berhasil. Horeeeee......adonan tetap mengembang dan ngga mlethek, rasanya lembut kapes-kapes....

Oh ya, aku bikinnya pake cara gabungan yaitu antara resep mbok Piti dan Yasa Boga. Karena rasa pisangnya ngga gitu terasa (kulitnya sudah besem-besem coklat tapi ternyata dalemnya belum mateng), maka aku tambahkan keju di atasnya. Mumpung ada korban yang makan. he..he..he..

Ini pake loyang chiffon ukuran 22 cm (diameter atas) dan aku pake 5 butir telur. Resep asli 8 telur karena untuk 2 loyang diameter 14 cm.

Terimakasih kepada mbok Piti yang sudah berbagi resep dan Yanti yang sudah kasih loyang chiffon cake. Kalau pengin tahu resepnya mbok Piti, silahkan mampir ke Facebook blio ya....



Ingredients:
Adonan A:

5 butir putih telur
1/4 sdt cream of tartar
63 gram brown sugar


Adonan B

5 kuning telur
75 gram brown sugar
1/8 sdt garam
113 gram tepung terigu
1/2 sdt baking powder
1/4 sdt soda kue (resep mbok Piti ngga pake soda kue)
110 gr pisang dihaluskan
1/4 sdt ekstrak vanila
65 ml minyak


Adonan pengoles:

30 gram butter
15 gram keju tua parut (aku pake brokkelkaas)
Keju muda yang diparut untuk taburan (boleh Gouda, boleh Edam, suka-suka deh).




Directions:
1. Kocok putih telur dan cream of tartar sambil sekali-sekali ditambahi gula sedikit demi sedikit. Aku menggunakan hand mixer Phillip kecepatan sedang selama 10 menit.

2. Masukkan semua bahan adonan B ke dalam sebuah baskom dan kocok dengan mixer. Aku pake mixer yang habis dipake untuk ngocok telur putih. Ngga perlu dicuci langsung buat ngoocok bahan B selama 5 menit dengan kecepatan tinggi. Untung ngga bantat. he..he..he..

3. Masukkan kocokan putih telur ke adonan B, aduk balik pelan-pelan sampai tercampur rata.

4. Tuangkan adonan ke loyang chiffon (diameter 22 cm) yang sudah dilapisi kertas roti dan dipanasi. Loyang jangan dioles mentega maupun ditaburi tepung terigu.

5. Panggang di oven. Menurut resep asli adonan dipanggang dengan suhu 150 derajat. Aku memanggang dengan suhu 130 derajat Celcius (with hot air) selama 65 menit.

6. Setelah mateng, keluarkan dari oven dan balikkan (kebetulan loyangku ada kakinya).

7. Setelah dingin, keluarkan dari loyang. Bisa dioles pake keju atau lainnya.


Membuat adonan olesan keju:

1. Kocok butter dan keju tua
2. Oleskan adonan pada permukaan cake yang sudah dingin
3. Taburi dengan keju parut.

Note: sorry ngga bisa motret. Cakenya sebenernya ngga item lho....

Wednesday, 24 March 2010

Belbus langganan mami...

Sejak mami patah tulang karena jatuh, blio tidak berani naik sepeda lagi walaupun jatuhnya bukan dari sepeda. Keadaan ini mengganggu aktivitas mami, mobilitas agak terhambat. Mami tidak mau selalu tergantung pada anak-anak. Mami tetap pengin mandiri, pengin tetap bisa melakukan kegiatan sendiri seperti ke dokter, ke rumah sakit, ke centrum, ke rumah teman, ke salon dll.

 

Alhamdulillah di desa kami ada pelayanan belbus. Bus ini dikhususkan untuk para senior (usia 60 tahun ke atas). Kebetulan mami sudah berusia 79 tahun, jadi blio berhak untuk memperoleh jasa pelayanan belbus ini. Untuk bisa menggunakan jasa pelayanan belbus, seseorang harus menjadi member. Biaya langganan tiap member adalah 5 Euro per bulan. Mau pake jasa belbus ini sekali atau 30 kali dalam sebulan, anggota tetap harus membayar uang bulanan.

 

Selain biaya langganan bulanan, para penumpang membayar biaya tambahan 50 cents per trip. Ini sangat murah mengingat angkot di Belanda muahalnya luar biasa. Aku aja kalau naik bis umum ke centrum desa harus keluar kocek 1 euro per trip (atau 2 euro pp), padahal jaraknya ngga terlalu jauh.  

 

Uang 50 cents tersebut diperuntukkan buat sopir sebagai uang tip. Para sopir ini adalah volunteers. Mereka tidak digaji, sehingga pihak pengelola meminta penumpang untuk memberi tip 50 cents sekali jalan. Jadi kalau misalnya mami pergi ke centrum pp, blio membayar 1 euro selain uang langganan bulanan.

 

Kenapa disebut belbus? Karena penumpang diwajibkan untuk ngebel dulu sehari sebelum mereka melakukan perjalanan. Jadi misalnya mami pengin bertamu ke rumah teman, sehari sebelumnya mami harus menelpon pengelola bis, mau dijemput kapan, dimana, jam berapa, apakah perlu dijemput lagi dsb. Bener-bener kayak pesen taksi Bluebird ya. Oh ya, disini jangan sekali-sekali naik taksi kalau ngga pengin sakit jantung melihat argometer yang menunjukkan angka selangit.

 

Belbus ini cuma beroperasi di dalam desa saja, tidak sampai ke desa-desa atau kota-kota lainnya. Jadi kalau mami mau ke Rotterdam misalnya, mami cuma bisa diantar oleh belbus di autobusstation (bus station atau terminal bis) desa. Dari situ mami harus ganti bis umum arah Rotterdam. Walaupun harus ganti bis umum, lumayan juga kan. Paling ngga, mobilitas tetap berjalan.

 

Selain memperoleh uang langganan dari para anggota, belbus ini juga memperoleh bantuan dari para sponsor. Misalnya perusahaan pengelola shopping centre desa adalah salah satu donatur belbus ini.  Sebagai imbalannya, perusahaan-perusahaan sponsor yang mendonasikan uangnya kepada belbus ini punya hak untuk memasang logo perusahaan mereka di permukaan bus. Logo bisa ditempel di permukaan bis bisa di permukaan samping, depan, ataupun belakang, yang penting kelihatan.

Pada 1 bus, bisa saja tertempel logo dari berbagai perusahaan donatur. Win-win situation lah ceritanya. Lumayan kan, belbus punya uang untuk biaya beroperasi, sedangkan perusahaan bisa memasarkan produknya.

 

Terus terang aku ngga tahu berapa jumlah belbus di desa kami. Tapi yang jelas kadang-kadang kami berpapasan dengan belbus-belbus ini. Warna belbus di desa kami adalah kuning gelap. Mungkin belbus desa lain punya warna lain.  

 

Suatu kali ketika kami sedang naik mobil, kami berpapasan dengan salah satu belbus ini. Secara tidak sengaja kami membaca logo salah satu donatur yang tertera di belbus tersebut. Tiba-tiba tanpa sadar kami berdua tertawa bersamaan. Kenapa? Karena salah satu donatur belbus tersebut adalah rouwkamer (kamar berkabung atau mungkin kalau di Indonesia disebut rumah peristirahatan terakhir sebelum jenazah dimakamkan atau dikremasi).

 

Komentar Leo terhadap donatur tersebut adalah:

"Ini kok kayak mengingatkan calon customers mereka. Jangan lupa, di masa mendatang pakailah jasa kami....."

 

Para penumpang belbus memang biasanya sudah sepuh (tua). Walaupun ketentuan usia minimal adalah 60 tahun, tapi usia tersebut di Belanda masih termasuk "muda" karena pada umumnya dalam usia tersebut orang Belanda masih aktif naik sepeda dan masih belum membutuhkan belbus. Tanpa melihat data statistik, aku perkirakan anggota belbus desa kami di atas usia pensiun (diatas 65 tahun). Jadi komentar Leo kan tidak terlalu berlebihan kan?

 

Sejak saat itu kami malah kemudian mengamati logo-logo yang tertera di belbus. Kalau diamati dengan seksama, perusahaan-perusahaan sponsor tersebut adalah perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang atau menyediakan jasa kebutuhan para oma dan opa. Misalnya:

1. Perusahaan Optik. Makin sepuh kan pasti makin butuh kaca mata baca ya.

2. Perusahaan yang memproduksi gigi palsu. Jadi inget mami kalau malem selalu mencopot gigi palsu blio.

3. Perusahaan yang menjual alat pendengaran. Kalau sudah makin sepuh kemungkinan kan pendengaran berkurang ya.  

 

Memang betul sih ngga semua donatur tersebut menyediakan produk atau jasa yang berhubungan langsung dengan kebutuhan priyayi sepuh. Namun kan tidak bisa dipungkiri kalau para oma dan opa penumpang belbus tersebut adalah target yang tepat bagi produk mereka. Iya ngga? 

 

Jadi jangan mengharap ada logo perusahaan yang memproduksi  mainan anak atau peralatan perlengkapan bayi yang nempel di permukaan belbus desa kami. Iya to? Ha...ha..ha.. 

 

Note: I take the picture from here.

       

Monday, 22 March 2010

Kebablasen....

Aku mungkin sudah bisa dianggap lulus dalam menyulap Leo dari Londo menjadi Jowo. Buktinya? Leo ngga pernah mengeluh walaupun tiap hampir tiap hari aku kasih nasi. he..he..he..

 

Kebetulan dia memang tidak suka makanan tradisional Belanda seperti stamppot (kentang direbus,  diancurin kemudian dicampur dengan sayuran) baik itu stamppot boerenkool, stamppot zuurkool, stamppot andaijvie dan stamppot-stamppot lainnya. Kalau pengin tahu bentuk taneman-tanemen boerenkool, andaijvie dan sebagainya bisa lihat di wikipedia.

 

Sebetulnya dia tidak masalah makan kentang asalkan bukan berupa stamppot yang sudah dicampur dengan boerenkool, andaijvie dan sejenisnya. Pokoké emoh-emoh tenan disuruh makan stamppot. Dia memang ngga suka makanan ini sejak kecil. Buat dia mendingan dikasih sepiring gado-gado yang dikepyuri brambang goreng daripada harus makan stamppot spinazie (stamppot bayem).

 

Sejak menikah Leo jarang makan kentang sebagai makanan utama. Kentang biasanya aku masak sebagai sup atau perkedel atau gado-gado, atau semur. Maklum aku kan Jowo, jadi masih menganggap kentang sebagai sayur, bukan menempatkan kentang sebagai makanan pokok pengganti nasi. he..he..he.. Paling puol, kentang aku bikin pastel tutup atau direbus (atau panggang) dan diguyur mushroom sauce. Kami juga jarang makan french fries. Bikin kroket aja baru sekali. Jarang bianget aku masak kentang sebagai makanan pokok (sebagai pengganti nasi) yang dihidangkan bersama daging, sayur dan saus seperti pada umumnya masakan-masakan keluarga Belanda.

 

Alhamdulillah Leo ngga pernah protes walaupun hampir tiap hari dicekokin nasi. Padahal teman-temannya paling tidak 5 hari dalam seminggu makan kentang. Kami sebaliknya 5 hari dalam seminggu makan nasi (kadang diselingi bakmi atau mihoen), sedangkan 2 hari selebihnya makan Italian food atau Mexican food atau foreign food lainnya. Pokoknya makan kentang sebagai makanan pokok paling sekitar 2 kali.....dalam setahun. he..he..he..

 

Suatu hari tiba-tiba hati dan pikiranku terbuka. Aku tahu Leo suka banget makanan Asia, tapi rasanya kok ngga adil buat dia kalau hampir tiap hari aku masak makanan Asia. Rasanya tidak adil kalau hampir tiap hari dia aku cekokin dengan nasi. Aku merasa sudah menjauhkan dia dari akar budayanya. Aku merasa sudah memisahkan dia dari kentang, makanan pokoknya. Aku merasa bahwa selama ini dalam hal makanan dia mengikuti budaya makanku sedangkan aku jarang mengadaptasi budayanya. Terus terang aku merasa bersalah walaupun dia tidak keberatan makan nasi.

 

Dengan kesadaran tersebut, akhirnya hari itu aku merebus kentang dan aku hidangkan kentang tersebut sebagai makanan pokok. Kentang cuma aku rebus, tidak aku bikin stamppot. Aku juga masak daging, sayur dan saus secara terpisah. Pokoknya sekali-sekali kami dinner kayak Londo.

 

Keesokan harinya sebelum berangkat ke kantor, dia bilang sama aku begini

 

Leo: "Is it possible if this evening you don't cook potato for our dinner?"

Sri: "Why?"

Leo: "Last night I could not sleep. I was still hungry because you gave me potato for my dinner. I need rice....."

 

Hua....ha......ha.....aku ngga bisa menahan tawa......ternyata Leo sudah berubah menjadi Jowo. Kalau ngga makan nasi masih laper.....kalau belum makan nasi berarti belum makan. Ternyata aku nyulapnya sudah kebablasan...... 

 

Note: I take the picture from here.    

   

Sunday, 21 March 2010

Seumur hidup dia akan menyesal habis-habisan....

Ketika Leo keluar dari rumah mami menuju tempat parkir dimana dia memarkir mobilnya, seorang gadis kecil berusia sekitar 2,5 atau 3 tahun berlari-lari menghampiri dirinya. Dia adalah anak tetangga mami. Dengan memperlihatkan punggung tangannya yang kecil mungil, si gadis kecil dengan bangga berkata:

"Lihat apa yang aku peroleh.......Hari ini aku memperoleh sebuah sticker"

Leo memperhatikan memang ada sebuah sticker yang menempel di punggung tangan si kecil.

Leo: "Wah bagus sticker nya...."

Gadis kecil: "Tahu ngga kenapa aku hari ini dapat sticker?"

Leo: "Kenapa?"

Gadis kecil (dengan bangga): "Karena hari ini aku sudah bisa membersihkan sendiri pantat kecilku....Jadi aku memperoleh sticker ini......"

Leo (dengan susah menahan tawa): "Wah bagus itu....berarti sekarang kamu sudah pintar....."

Ketika tiba di rumah, Leo langsung menceritakan peristiwa ini kepadaku. Kami berdua ngakak ngga bisa nahan tawa.

Leo: "Lima belas tahun lagi, kalau seamdainya aku ingatkan dia tentang peristiwa itu, seumur hidup dia akan menyesal habis-habisan.....ha...ha...ha...."

Aku juga bisa bayangkan, 15 tahun lagi dia akan malu luar biasa ketika tahu dia menceritakan kebanggaannya kepada setiap orang karena sudah bisa membersihkan sendiri pantat kecilnya. he..he..he..kenapa dulu cerita-cerita yak. hi..hi..hi..

Note: gambar yang aku pasang aku ambil dari sini. Ini untuk screenserver, soalnya aku ngga punya sticker buat dipasang.

 

   

 

 

Tuesday, 16 March 2010

I know what I want...

Sri: "I think I know what I want for my birthday....."

 

Leo bingung, wong ultah masih lama sudah nagih kado, tapi tetep nanya.

 

Leo: "What?"

 

Sri: "Actifry"

 

Diteruskan dengan pertanyaan klasik.

 

Leo: "Can you store it?"

 

Ini bener-bener pertanyaan klasik setiap kali aku menginginkan alat masak atau alat baking. Selalu deh: "Where are you going to store it?" atau "Do you still have a space to store it?" atau sejenisnya.

 

Sri: "Beliin duluuuuuuu....baru mikir gimana nyimpennya......"

 

Terus terang Leo juga bener. Tiap kali aku beli alat masak, puyeng nyimpennya. Rumah kuecil tapi barang banyak sampai bingung mau nyimpen loyang dimana. Tapi kok ya ngga pernah kapok. he..he..he..

 

Tiap kali aku kemecer ngelihat peralatan dapur di toko, langsung deh Leo senyum-senyum nyebelin. Dia sudah tahu gelagatku kalau aku pengin ngangkut loyang atau alat dapur lainnya yang dipajang di sebuah toko ke rumah.

 

Terus seperti biasa:

 

"Terus mau disimpan dimana?"

 

"Beli dululah, baru mikir nanti mau nyimpen dimana. Ini juga buat kamu kok....." Halah alasan. he..he..he.. 

 

Aku bener-bener kesengsem actifry ini setelah ngelihat blog nya mbak Esther yang membahas tentang alat ini. Makasih mbak Esther infonya. 

 

Kabarnya alat ini bisa untuk menggoreng 1 kg kentang hanya dengan 1 sendok makan minyak. Mbak Esther malah sudah mencoba menggoreng macam-macam dengan alat ini.

 

Selama ini aku berusaha memasak dengan cara dipanggang, di-grill, ditumis dan dikukus. Kadang pengin juga kan sekali-sekali makan gorengan. Tapi begitu inget kalori minyak tinggi sekali (1 cup minyak kalorinya lebih dari 1900 kcal), jadi ngeri juga euy. Maklum badan sudah makin bulet. Makanya pengin banget punya alat ini karena pemakaian minyaknya sangat sedikit. Cuma kok ya masih muahal ya. Aku lihat di internet harganya masih sekitar 170 an Euro atau bahkan lebih (tergantung tipe nya sih). Selain itu, energi nya kok gede juga, 1400 watt. hiks..hiks...  

 

Sri: "Alat ini ngga hanya buat nggoreng kentang lho....."

 

Mulai deh rayuan maut dilancarkan.....

 

Sri: "Bisa untuk nggoreng tahu, brambang goreng, lumpia dan lain-lain....malah katanya lebih enak dan gurih......"

 

Makin gencar tembakannya......belum menyerah soalnya....he...he..he..

 

Leo: "OK....I will give you an Actifry as your birthday present......"

 

Sri: "Thank you....thank you.....I love you......I love you....."

 

Sambil jingkrak-jingkrak kegirangan. Sekarang ngitungin hari menunggu ultah. he..he..he..semoga nanti malam ngga terbawa mimpi.

 

Catatan: Aku bukan pegawenya Tefal lho ya....

     

 

Monday, 15 March 2010

Chocolate Fruit Cake


Description:
Bener-bener ngga konsisten. Katanya sedang musuhan dengan mentega dan minyak...eh malah bikin fruit cake. Lha wong ya dalam rangka ngabisin sisa mentega, sultana, tepung daripada kadaluwarsa...halah alasan. he..he..he...

Ini cakenya orang males.Setelah google sana-sini, akhirnya bikin fruit cake yang cemplang-cemplung ngga pake mixer. Selain itu untuk melunakkan sultana, pake sistem rebus, bukan sistem rendam. Yang aku tulis di bawah ini hasil mengarang bebas setelah membaca berbagai resep fruit cake. he..he..he..

Rasanya lumayan enak juga kok. Campuran manis, asem dan gurih. Kayaknya kalau ditambah 1 sendok susu bubuk lebih muantep lagi rasanya.

Karena kami ngga mengkonsumsi alkohol, maka aku ngga pake brandy atau alkohol lainnya. Aku ganti alkohol dengan perasan jeruk mandarin karena kebetulan di rumah punya banyak.

Lain kali kalau bikin lagi (sapa tahu ada tamu, jadi ada yang bantuin ngabisin), pengin pake dried fruit lainnya seperti nanas, mangga, cherry, pepaya dll. Di pasar aku lihat beberapa pedagang jualan dried fruit.




Ingredients:

200 gram sultana
100 gram sukade
1 cup brown sugar
130 gram mentega tawar
1/2 sdt kayu manis bubuk
1/2 sdt pala bubuk
1/4 sdt garam
Air jeruk nipis dari 1 butir jeruk nipis atau lemon
Perasan jeruk mandarin (mungkin 1,25-1,5 cups)
2 buah telur
1 cup self-raising-flour
1 sdm coklat bubuk
1 sdm susu bubuk (aku ngga pake, wong ngga kepikir waktu itu)
1/2 cup almond iris
1/2 cup walnoten (walnuts), belah jadi 2


Directions:
1. Campur tepung terigu dan coklat bubuk dengan rata.

2. Dalam sebuah panci masukkan sultana, sukade, brown sugar, mentega, pala bubuk, lkayu manis bubuk, garam, air jeruk nipis, perasan jeruk mandarin (jus jeruk).

3. Rebus bahan-bahan no (2) tsb dengan api sedang sambil diaduk. Begitu kelihatan mendidih, langsung matikan dan diinginkan pada suhu ruang.

4. Setelah dingin, masukkan telur satu per satu sambil diaduk.

5. Ayakkan (masukkan sambil diayak) campuran terigu dan coklat. Kalau pake susu bubuk masukkan juga. Aduk rata.

6. Masukkan almond dan walnuts. Aduk rata.

7. Tuang dalam lyang bulat diameter 15 cm. Jangan lupa alasnya sudah dilembari dengan kertas roti, sudah disemir mentega (margarin) dan ditaburi tepung.

8. Panggang dengan suhu 150 derajat selama 1,5 sd 2 jam atau sampai matang. Berhubung ovenku ngga bisa untuk suhu 150 derajat, maka aku panggang dengan suhu 130 derajat (hot air) selama 2 jam.

9. Kalau sudah mateng, keluarkan dan dinginkan.

10. Bagi yang mengkonsumsi alkohol, bisa diteruskan lagi stepnya: tusuk-tusuk cake dengan lidi atau tusuk sate, kemudian masukkan brandy. Setelah beberapa hari lakukan siraman brandy lagi ke cake.

Berhubung kami ngga mengkonsumsi alkohol, begitu cake dingin, langsung dipotong dan diemplok. he..he..he..

Catatan: tekstur cake ini ngga kayak sponge cake, tapi dijamin anti ambleg. he..he..he..makan sepotong sudah kuenyang. hi..hi..hi...tapi enak juga kok. Leo demen makan cake ini.