Terus terang aku mulai memahami tentang cara atau pola pikir anak laki-laki setelah menikah. Aku lahir empat bersaudara yang tiga diantaranya perempuan. Adikku laki-laki meninggal ketika masih kecil. Ayah meninggal ketika aku remaja. Dari TK sampai dengan SMP, kebetulan teman-temanku sekolah kok ya kebanyakan perempuan. Teman maen juga kebanyakan perempuan. Waktu kuliah, teman-teman kost juga perempuan. Jadi aku terbiasa dengan lingkungan perempuan.
Di tempat kerja memang banyak laki-laki, tapi yang kami bicarakan ya tentang kerja. Kalaupun berbicara tentang keluarga, kok ya kebetulan kami jarang memfokuskan diri membicarakan tentang perbedaan antara cara pola pikir antara anak laki-laki dan anak perempuan.
Walaupun aku pernah mempelajari teori tentang gender dan sejenisnya, tapi tetap saja aku menemui hal-hal baru ketika aku membandingkan antara masa kecilku dan masa kecilnya Leo. Ternyata memang ada perbedaan pola pikir antara keduanya. Perkara perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan budaya, lingkungan, konstruksi sosial dsb tapi tetep aja ada perbedaan.
Misalnya begini. Setahuku seorang anak perempuan pada umumnya akan seneng (or at least ngga sebel) kalau disebut "cute" oleh tantenya. Tapi ternyata hal ini tidak berlaku untuk anak laki-laki. Kata Leo, ketika dia berusia 8 tahun dia paling sebel kalau tante-tantenya menyebut dia cute. Apalagi kalau mami memasangkan topi di atas kepalanya, kemudian para tante ini akan mengomentari:
"Aduh....kamu cute sekali dengan topi itu......."
Kata Leo: "Paling sebel kalau tante-tante ngomong kalau aku cute. Kalau kedengaran teman-temanku, bisa-bisa hirarki ku akan langsung drop........"
Sri: "Lha memang kenapa kok bisa jatuh?"
Leo: "A boy is supposed not to be cute.....you will loose all respects from your friends if they know that your aunts call you as a cute boy......"
Sri (masih tetep ngga mudeng, wong yo cuma disebut cute aja kok yo sampai kehilangan harga diri segala):
"Lha terus kalau anak laki-laki harusnya seperti apa supaya tetap menempati hirarki tinggi?"
Leo: "A boy is supposed to be naughty.....then you will get more respect from your friends.....your friends will admire you........that's the way you get high positon in your group......"
Sri (tetep ngga mudeng, wong nakal kok malah dikagumi):
"Terus yang disebut nakal itu kayak apa supaya kamu disebut hebat oleh teman-temanmu?"
Leo: "Misalnya, kamu mencet bel rumah orang, terus kamu cepet lari bersembunyi.....ketika pemilik rumahnya keluar, dia akan marah-marah karena ngga menemui siapapun........terus kamu bisa tertawa-tawa....."
Sri (makin ngga mudeng): "Lha wong bikin orang marah kok malah bisa menaikkan hirarki"
Leo: "Ya memang gitu kalau anak laki-laki....kalau yang keluar buka pintu adalah laki-laki badannya tinggi besar dan kemudian dia marah-marah....hirarkimu makin naik.....teman-teman akan makin mengagumimu karena kamu dianggap berani menghadapi pria dewasa yang tinggi gede.....tapi kalau yang keluar adalah nenek-nenek tua....wah hirarkimu masih belum bisa naik di mata teman-teman......"
Sri: "Lha tapi kenapa kamu sekarang ngga masalah kalau aku bilang kamu cute....."
Leo: "O...kalau itu lain. Ketika anak laki-laki beranjak remaja dan mulai tertarik pada gadis, maka being cute is very important......Soalnya gadis kan suka sama pemuda yang cute...."
Sri (dalam hati): "Lha kok ngga konsisten....."
Masa kecilku kok beda ya sama masa kecilnya Leo. Aku malah kemudian berusaha mengingat-ingat, apakah ada hirarki di kalangan gadis kecil di lingkunganku dulu. Disadari atau tidak, dulu hirarki lebih berdasar pada kelas sosial (yang aku yakin di Belanda waktu itu juga begitu) yaitu ada anak orang kaya, ada anak klas menengah dan ada anak orang miskin.
Namun demikian hirarki dengan karakteristik yang disebutkan oleh Leo kok ngga aku temui ya dulu di kalangan gadis kecil. Mungkin dulu makin pinter main bekel atau main dakon atau loncat tali maka makin banyak anak yang mengagumi (atau makin banyak yang iri?), jadi makin tinggi hirarkinya. he..he..he..
Aku jadi ingat gadis kecil tetangganya mami yang memperoleh sticker dari orang tuanya. Apakah makin banyak perolehan sticker bisa meningkatkan hirarki seorang gadis kecil? hi...hi...hi...Soalnya penasaran juga bagaimana ukuran hirarki gadis kecil di Belanda....he...he..he..
Leo tiba-tiba nyeletuk: "Sekarang yang hobbynya mencet bel rumah orang kemudian cepat-cepat sembunyi kok malah gadis-gadis kecil ya. Ketika pintu aku buka, ternyata ngga ada orang....aku ngomel-ngomel....tahu-tahu di kejauhan ada gadis-gadis kecil tertawa-tawa.......Mungkin mereka mikir kamu yang buka pintu, eh...ternyata yang keluar malah aku yang badannya tinggi....."
Sri (dalam hati): "Kena hukum karma.....he...he...he......makanya jangan nakal......"
Note: The picture is taken from here.