Wednesday, 24 March 2010

Belbus langganan mami...

Sejak mami patah tulang karena jatuh, blio tidak berani naik sepeda lagi walaupun jatuhnya bukan dari sepeda. Keadaan ini mengganggu aktivitas mami, mobilitas agak terhambat. Mami tidak mau selalu tergantung pada anak-anak. Mami tetap pengin mandiri, pengin tetap bisa melakukan kegiatan sendiri seperti ke dokter, ke rumah sakit, ke centrum, ke rumah teman, ke salon dll.

 

Alhamdulillah di desa kami ada pelayanan belbus. Bus ini dikhususkan untuk para senior (usia 60 tahun ke atas). Kebetulan mami sudah berusia 79 tahun, jadi blio berhak untuk memperoleh jasa pelayanan belbus ini. Untuk bisa menggunakan jasa pelayanan belbus, seseorang harus menjadi member. Biaya langganan tiap member adalah 5 Euro per bulan. Mau pake jasa belbus ini sekali atau 30 kali dalam sebulan, anggota tetap harus membayar uang bulanan.

 

Selain biaya langganan bulanan, para penumpang membayar biaya tambahan 50 cents per trip. Ini sangat murah mengingat angkot di Belanda muahalnya luar biasa. Aku aja kalau naik bis umum ke centrum desa harus keluar kocek 1 euro per trip (atau 2 euro pp), padahal jaraknya ngga terlalu jauh.  

 

Uang 50 cents tersebut diperuntukkan buat sopir sebagai uang tip. Para sopir ini adalah volunteers. Mereka tidak digaji, sehingga pihak pengelola meminta penumpang untuk memberi tip 50 cents sekali jalan. Jadi kalau misalnya mami pergi ke centrum pp, blio membayar 1 euro selain uang langganan bulanan.

 

Kenapa disebut belbus? Karena penumpang diwajibkan untuk ngebel dulu sehari sebelum mereka melakukan perjalanan. Jadi misalnya mami pengin bertamu ke rumah teman, sehari sebelumnya mami harus menelpon pengelola bis, mau dijemput kapan, dimana, jam berapa, apakah perlu dijemput lagi dsb. Bener-bener kayak pesen taksi Bluebird ya. Oh ya, disini jangan sekali-sekali naik taksi kalau ngga pengin sakit jantung melihat argometer yang menunjukkan angka selangit.

 

Belbus ini cuma beroperasi di dalam desa saja, tidak sampai ke desa-desa atau kota-kota lainnya. Jadi kalau mami mau ke Rotterdam misalnya, mami cuma bisa diantar oleh belbus di autobusstation (bus station atau terminal bis) desa. Dari situ mami harus ganti bis umum arah Rotterdam. Walaupun harus ganti bis umum, lumayan juga kan. Paling ngga, mobilitas tetap berjalan.

 

Selain memperoleh uang langganan dari para anggota, belbus ini juga memperoleh bantuan dari para sponsor. Misalnya perusahaan pengelola shopping centre desa adalah salah satu donatur belbus ini.  Sebagai imbalannya, perusahaan-perusahaan sponsor yang mendonasikan uangnya kepada belbus ini punya hak untuk memasang logo perusahaan mereka di permukaan bus. Logo bisa ditempel di permukaan bis bisa di permukaan samping, depan, ataupun belakang, yang penting kelihatan.

Pada 1 bus, bisa saja tertempel logo dari berbagai perusahaan donatur. Win-win situation lah ceritanya. Lumayan kan, belbus punya uang untuk biaya beroperasi, sedangkan perusahaan bisa memasarkan produknya.

 

Terus terang aku ngga tahu berapa jumlah belbus di desa kami. Tapi yang jelas kadang-kadang kami berpapasan dengan belbus-belbus ini. Warna belbus di desa kami adalah kuning gelap. Mungkin belbus desa lain punya warna lain.  

 

Suatu kali ketika kami sedang naik mobil, kami berpapasan dengan salah satu belbus ini. Secara tidak sengaja kami membaca logo salah satu donatur yang tertera di belbus tersebut. Tiba-tiba tanpa sadar kami berdua tertawa bersamaan. Kenapa? Karena salah satu donatur belbus tersebut adalah rouwkamer (kamar berkabung atau mungkin kalau di Indonesia disebut rumah peristirahatan terakhir sebelum jenazah dimakamkan atau dikremasi).

 

Komentar Leo terhadap donatur tersebut adalah:

"Ini kok kayak mengingatkan calon customers mereka. Jangan lupa, di masa mendatang pakailah jasa kami....."

 

Para penumpang belbus memang biasanya sudah sepuh (tua). Walaupun ketentuan usia minimal adalah 60 tahun, tapi usia tersebut di Belanda masih termasuk "muda" karena pada umumnya dalam usia tersebut orang Belanda masih aktif naik sepeda dan masih belum membutuhkan belbus. Tanpa melihat data statistik, aku perkirakan anggota belbus desa kami di atas usia pensiun (diatas 65 tahun). Jadi komentar Leo kan tidak terlalu berlebihan kan?

 

Sejak saat itu kami malah kemudian mengamati logo-logo yang tertera di belbus. Kalau diamati dengan seksama, perusahaan-perusahaan sponsor tersebut adalah perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang atau menyediakan jasa kebutuhan para oma dan opa. Misalnya:

1. Perusahaan Optik. Makin sepuh kan pasti makin butuh kaca mata baca ya.

2. Perusahaan yang memproduksi gigi palsu. Jadi inget mami kalau malem selalu mencopot gigi palsu blio.

3. Perusahaan yang menjual alat pendengaran. Kalau sudah makin sepuh kemungkinan kan pendengaran berkurang ya.  

 

Memang betul sih ngga semua donatur tersebut menyediakan produk atau jasa yang berhubungan langsung dengan kebutuhan priyayi sepuh. Namun kan tidak bisa dipungkiri kalau para oma dan opa penumpang belbus tersebut adalah target yang tepat bagi produk mereka. Iya ngga? 

 

Jadi jangan mengharap ada logo perusahaan yang memproduksi  mainan anak atau peralatan perlengkapan bayi yang nempel di permukaan belbus desa kami. Iya to? Ha...ha..ha.. 

 

Note: I take the picture from here.

       

20 comments:

  1. itu marketing dgn target yg tepat yo mbak Sri... hehe :)

    ReplyDelete
  2. Klo di Australia, usia 60th otomatis dapat kartu transpor hanya bayar sekitar 1 Euro sehari kemanapun di seluruh NSW baik bus, train mau pun ferry. Yu Ratri dah dapat itu....

    ReplyDelete
  3. wah.. lansia dapat perhatian bagus ya.. kalau di sini, naik busway.. biarpun ada lansia berdiri, tetep di cuekin, yang muda nggak memberikan tempat duduknya.

    ReplyDelete
  4. penutup tulisannya, bikin aku ngekek..
    Piye yen pampers buat oma opa?

    ReplyDelete
  5. aku sudah pernah lho konsultasi ke "rumah duka".
    ternyata banyak dan ribet urusan pemakaman.

    ReplyDelete
  6. Lha yo mulakno kuwi to....perusahaan kok yo pinter yo nek marketing. Rempeykku ngga bakalan payu nek aku marketing cara kayak gitu. Lha oma opa Londo kan ngga demen rempeyek. he..he..he..

    ReplyDelete
  7. Wah murahnya setengah mati yo mbak. Disini ini angkot muahalnya setengah mati. Senior memang dapat korting tapi tetep aja jatuhnya mahal.

    Angkot Londo bikin aku sutris tenan. Lha piye wong luarang bianget. Angkot di Milan, Barcelona, Stockholm, bahkan Paris jauh lebih murah daripada angkoté Londo. Aku nih sampai jarang pergi-pergi kalau ngga penting. Akhirnya yo wis sepeda jadi andalanku.

    ReplyDelete
  8. Aku yo prihatin mbak. Lha wong ngga hanya lansia, orang hamil juga dicuekin tuh sama anak muda kalau mereka naik angkot di Indonesia.

    ReplyDelete
  9. Lha kalau ngga salah ada to pampers dan celana dalam khusus untuk para oma. he..he..he..

    Karena oma sering leaking, maka ada celana dalam khusus yang terbuat dari plastik cukup tebal. Jadi mereka pake celana dalam biasa yang dilapisi pembalut wanita, terus pake lagi celana dalam yang terbuat dari plastik. Aku cuma tahu aja lho, belum sampai tahap itu. he...he...he...

    ReplyDelete
  10. Rumah duka memang mahal kok mbak. Kalau ngga salah 10 ribu euro per orang. Disini orang ikut asuransi ketika masih hidup, supaya kalau meninggal ngga memberati keluarga yang ditinggalkan.

    ReplyDelete
  11. disana sama ama di canada ya say,khususnya diottawa aku yg tau..
    kalo orang2 tua gitu di prioritaskan banget dan punya transfortasi khusus buat mereka

    ReplyDelete
  12. Fasilitas seperti ini bener-bener membantu ya bagi orang-orang tua.....

    ReplyDelete
  13. bisa mbak...diaper tapi ukurannya gede hehehe. Saya salut sama org2 di LN yg perhatian sama lansia.

    ReplyDelete
  14. Mudah2an pemimpin kita juga terpikir untuk memberikan pelayanan yg baik untuk para lansia di negara kita tercinta...

    ReplyDelete
  15. Padahal mereka pikir mereka lebih tinggi sopan santunnya dibandingin orang Barat....

    ReplyDelete
  16. Disini kan ada juga oma-oma yang pake pembalut wanita walaupun mereka sudah menopauze. Maklum namanya juga sudah sepuh, jadi kadang leaking. Akhirnya pake pembalut wanita kemudian malah kadang pake celana dalam yang terbuat dari plastik yang cukup tebal. Harga CD ini ternyata mahal juga euy...maklum ini kan biasanya digunakan di rumah sakit.

    ReplyDelete
  17. Amin.....semoga mereka lebih memikirkan rakyat daripada mikirin mereka sendiri.....

    ReplyDelete
  18. Makanya prihatin to.....sudah meng-claim sebagai bangsa yang santun tapi kalau sama lansia kadang masih ngga peduli....

    ReplyDelete
  19. holaaaaaaa mbak Sri chayank...wah aku ngguya-ngguyu dewe baca yg ttg sponsor itu hahaha...bisa aja sampeyan;-) Tp emang bener lha wong customernya para org2 sepuh masak mo tempel sponsor peralatan bayi ya;-) Eniwei, sama kyk ditmptku di Adelaide, kl gak salah mrk malah gak byr mbake. Krn tiap aku naik bus, para lansia itu nunjukin kartu aja & drivernya langsung kasih karcis gratis hehehe.......Salut aku sama cara pemerintah memperlakukan para lansia2 itu baik dinegara sampeyan tinggal, maupun ditmptku tinggal mbak;-) Huuuugs.........

    ReplyDelete
  20. Bener ya, kalau dipikir negara-negara yang katanya dianggap "ngga bermoral", yang katanya menghalalkan "pergaulan bebas" justru sangat care terhadap lansia dan para penyandang cacat.

    Huuugggsss juga Lely......

    ReplyDelete