Pernah nggak diundang interview tanpa tahu apa yang kita lamar? Aku mengalaminya hari Rabu kemarin. Selasa malam aku buka e-mail yang intinya aku diundang untuk wawancara pada hari Rabu keesokan harinya dan minta aku untuk menghubungi dia sebelum jam 17.00. Pihak pengundang tidak bisa menghubungiku lewat telpon (wong aku kluyuran) dan sudah meninggalkan pesan di HPku yang tidak pernah aku terima (wong HPku ilang di Indonesia). Dia juga minta maaf karena memberi tahu dadakan.
Karena aku buka e-mail tersebut sudah malam, aku kasih tahu kalau nggak bisa karena hari Rabu siang (jam 15.00) aku harus ke rumah sakit. Aku juga tanya, apakah memungkinkan dipindah harinya. Aku pikir, kalau nggak bisa, ya sudahlah, memang bukan rejekiku.
Rabu pagi aku sudah siap-siap mau ke gym supaya siang bisa ke rumah sakit. Baru buka pintu, e....ada telpon dari pihak pengundang untuk tetap mengundangku hari itu juga. Akhirnya negosiasilah kami yaitu waktu wawancara dipersingkat dari 1,5 jam menjadi 1 jam dan waktu wawancara dimajukan supaya aku masih tetap bisa mengejar kereta dari Den Haag ke Rotterdam (maklum, wawancara di Den Haag tapi rumah sakit yang akan aku kunjungi di Rotterdam sedangkan desa tempatku tinggal berada di luar kedua kota tersebut).
Begitu selesai terima telpon, aku langsung siap-siap (mencari rute ke alamat tersebut di internet) dan berangkat. Aku bahkan tidak sempat melihat website organisasi yang aku lamar tersebut kerja di bidang apa. Aku cuma tahu alamat dan contact personnya doang. Waktu di dalam bis (yang membawaku dari rumah ke stasiun metro), aku sms Leo untuk mencarikan nama organisasi yang akan aku kunjungi (lha aku benar-benar lupa nge-print surat mereka). Aku cuma kasih tahu Leo tentang alamat dan contact person saja. Leo mencarikan di internet dan menelpon serta mengirim sms ke aku untuk menjawab permintaanku.
Akhirnya sampai juga aku di tempat tujuan setelah lari-lari mengejar bis, ganti metro, ganti metro lagi, beli tiket, lari ke peron, naik kereta, ngejar tram, celingukan cari alamat dsb. Pokoknya sampai gembrobyos karena harus naik turun tangga, lari-lari dsb.
Wawancara berjalan lancar (walaupun baik aku dan pewawancara kadang nengok jam, wong waktu wawancara dipersingkat supaya aku masih bisa ke rumah sakit). Yang mewawancarai 3 orang sekaligus. Mereka bilang menemukan berkas fileku di arsip mereka ketika aku melamar ke sana setahun yang lalu. Aku malah nggak ingat, mungkin itu juga open sollicitatie (lamaran terbuka yang artinya kalau ada lowongan ya sukur, kalau enggak yo kebangeten. hi...hi...hi...). Kebetulan saat ini ada lowongan dan mereka sudah pasang di website mereka (mungkin malah sudah beberapa lama, cuma aku nggak tahu).
Mereka kaget ketika aku kasih tahu kalau aku nggak tahu lowongan apa yang aku lamar. Jadi aku wawancara kerja tanpa tahu apa yang aku lamar. hi...hi...hi...Jangankan apa yang aku lamar, wong nama organisasinya saja lupa kok kalau nggak di-sms Leo, apalagi tentang sektor kerja lembaga tersebut (wong aku nggak sempat lihat website mereka. Dulu aku nglamar kali juga faktor iseng ngirim lamaran terbuka siapa tahu nyangkut. hi...hi...hi...). Aku cuma bisa meraba mereka bergerak di sektor apa hanya dari nama mereka.
Kebetulan wawancara dalam bahasa Inggris bukan Belanda (thanks God....lega aku). Kebetulan manager yang mewawancaraiku adalah orang Jerman, dan kebetulan dia juga nggak bisa berbahasa Belanda dengan lancar (walaupun bahasa Jerman dan Belanda ada mirip-miripnya bahkan lebih susah daripada bahasa Belanda).
Alhamdulillah, aku bisa jawab semua pertanyaan. Lha mbuh, jawabanku bener atau enggak, sesuai yang mereka inginkan atau enggak, yang penting aku sudah jawab to? Akhirnya menurutku sih kadang bukan wawancara karena lebih diskusi tentang strategi dsb.
Dari hasil wawancara tersebut, mereka bilang aku tahu banyak tentang situasi developing country (lha iyo, wong aku dari negara berkembang), aku punya banyak pengalaman dengan LSM (lha iyo wong aku sudah kerja lama di LSM), aku tahu tentang strategi dsb. Terus terang, walaupun aku mendengar kata-kata positif dari mereka, aku harus siap-siap untuk kecewa karena biasanya nih di LSM yang nglamar buanyak (bahkan kadang lebih banyak dibandingkan yang nglamar di perusahaan) tapi yang diterima cuma 1 (mending kalau yang dilamar posisi manager, wong untuk posisi asisten saja mbludak kok pelamarnya). Jadi ya siap-siap sajalah....
Aku sendiri berdoa supaya aku diberi yang tebaik. Kalau memang pekerjaan tersebut baik untukku dan memang jodohku, pasti Allah akan beri jalan. Tapi kalau malah bikin sengsara, bikin hubunganku dengan Leo menjadi renggang, bikin kami malah nggak bisa menikmati hidup, pasti Allah nggak akan kasih pekerjaan tersebut untukku.....mungkin Allah punya rencana lain untukku.
Setelah selesai wawancara, seperti biasa mereka bilang:
"Thank you very much for your participation, your time etc...etc....."
Aku juga bilang:
"Thank you very much for giving me this opportunity. This is the first interview for me after 3 years I try to find a job......"
Mereka kaget. Kok bisa? You have a lot of experiences in your field.....
Tapi tahu sendiri to, who you know is more important than what you know.......apalagi kalau lowongan yang tersedia sedikit sekali sedangkan yang nglamar membludak. Jadi jangan kaget kalau aku sudah bosan ditolak tanpa diberi kesempatan untuk interview. Kadang malah ditolak karena katanya expertiseku nggak sesuai dengan apa yang dilamar. Lha apa mereka nggak baca CVku dulu gitu, kok langsung aku dikasih surat standard. Mbok ya kalau nolak pake mikir dulu, bilang saja ada orang yang lebih tepat untuk posisi tersebut atau apalah walaupun hasilnya sama yaitu penolakan.
Aku cepat-cepat say good bye karena harus mengejar tram yang akan berangkat 3 menit lagi untuk membawaku ke Den Haag Centraal station to catch the train leaving for Rotterdam.....
Catatan: gambar yang aku pasang adalah salah satu tram yang beroperasi di Den Haag. Aku ambil gambar ini sudah lama, bukan pada hari wawancara tersebut. Jangankan kok ambil foto, nafas saja sudah ngos-ngosan....