Thursday, 31 January 2008

Menyimpan tauge

Aku demen banget makan tauge. Di pasar harganya 1 euro per kilo tapi di supermarket harganya hampir 9 euro per kilo. Penginnya beli tauge banyak-banyak di pasar sehingga selalu punya stock di koelkast. Tapi kan nggak mungkin karena tauge nggak awet kalau disimpan terlalu lama.

Setelah bolak-balik melakukan percobaan (kayak profesor aja), akhirnya aku memperoleh cara menyimpan tauge di koelkastku. Ternyata penyimpanan terbaik di rumahku adalah sebagai berikut:

1. Simpan tauge di dalam plastik, dan plastiknya ditutup rapat (pokoknya dibundeli ujungnya). Kalau dibuka plastiknya malah taugenya cepet busuk.

2. Kalau perlu dikasih keukenpapier (kitchen towel) di dalam plastik tersebut untuk menyerap kelembaban.

3. Jangan disimpan di lantai koelkast yang paling atas, justru harus disimpan di lantai paling bawah dan dalam keadaan tertutup rapat dalam plastik. Koelkastku pake suhu 6 derajat celcius. Mungkin kalau lantai teratas lebih dingin kali ya....

4. Jangan disimpan di bagian belakang atau terkena dinding koelkast belakang, karena tauge akan cepat membeku dan malah cepat busuk.

Dengan cara tersebut, aku bisa simpan tauge hampir seminggu. Gambar yang aku pasang adalah tauge yang aku beli hari Sabtu yang lalu dan aku potret hari Kamis kemarin. Kenapa nggak aku potret hari ini? Soalnya sebagian besar tauge tersebut sudah masuk perut. he...he...he... 

Apakah ada cara lain penyimpanan tauge yang biasanya dilakukan oleh teman-teman? Siapa tahu ada penyimpanan tauge yang lebih awet. Terimakasih sebelumnya....

 

 

Wednesday, 30 January 2008

MFM#11: Tortilla Kefefet


Description:
Disebut kefefet karena sudah diuber-uber Sulis, penyelenggara MFM#11 yang bertemakan beans and nuts. Pake bahan yang ada. Supaya segar, aku pake nanas. Pokoknya kreasi suka-suka.

Leo sedikit nggrundel. So...you cook this because of assignment....not because of me. Halah...wong dia makan paling buanyak. Dia ngabisin 4 padahal aku makan 1 biji sudah kuenyang.

Ingredients:
6 lembar tortilla (beli di supermarket)
190 gram daging cincang (punyanya segitu)
200 gram kacang merah kaleng, tiriskan
150 gram jagung manis kaleng, tiriskan
125 gram jamur merang, iris
75 gram soun, rebus, ditiriskan
100 gram paprika, iris
1/2 buah nanas, kupas, potong kotak-kotak
1 genggam buncis, potong 2-3 cm
1 buah wortel, iris korek api
1 buah tomat, iris dadu
1 buah bawang bombay, iris atau cincang
3 siung bawang putih, cincang
2 cabe merah, iris
2 sdm saus tomat
2 batang daun bawang, iris
1 sdt munjung oregano bubuk
1 sdt munjung basilicum bubuk
1/2 sdt merica bubuk
1/2-1 sdt bubuk kare
1/2 sdt garam (atau sesuai selera)
1 sdt gula
1/2 kaldu blok
Minyak untuk menumis (aku pake olive oil)




Directions:
Membuat Isi (cara gue):

1. Panaskan minyak dan tumis bawang putih dan bawang bombay sampai harum

2. Masukkan cabe dan tumis sampai layu

3. Masukkan daging cincang dan tumis sampai coklat

4. Masukkan buncis, tumis sampai setengah matang

5. Masukkan wortel dan tumis lagi

6. Masukkan paprika

7. Masukkan jamur

8. Masukkan tomat, nanas dan bumbu-bumbu (garam, gula, kaldu bubuk, oregano, basilicum, bubuk kare, merica bubuk, saus tomat) dan aduk rata

9. Masukkan kacang merah, jagung, soun dan aduk rata. Setelah api dimatikan masukkan daun bawang dan aduk rata.

Penyelesaian (cara Sri):

1. Letakkan 2 sdm isi pada tortilla. Letakkan isi agak di pinggir. Lipat (dari bawah ke atas, lipat bagian kanan ke kiri dan bagian kiri ke kanan). Semat pake tusuk gigi atau lidi. Setelah jadi kayak contong, bisa diisi lagi dari atasnya.

2. Letakkan pada pinggan tahan panas yang sudah diolesi minyak atau margarine. Panggang 15 menit pada suhu 160 derajat Celcius. Kalau pengin kulitnya lebih renyah lagi, bisa panggang lebih lama. Tapi ati-ati, jangan sampai gosong!

Ini gambar isi:




Untuk Sulis: Aku sudah ngumpulin pe-er. Yang penting pake beans and nuts to? Aku pake kacang merah, buncis dan soun (dari kacang ijo kan?). Sulis, thanks for organizing this event.

MFM#11: Tortilla Kefefet


Description:
Disebut kefefet karena sudah diuber-uber Sulis, penyelenggara MFM#11 yang bertemakan beans and nuts. Pake bahan yang ada. Supaya segar, aku pake nanas. Pokoknya kreasi suka-suka.

Leo sedikit nggrundel. So...you cook this because of assignment....not because of me. Halah...wong dia makan paling buanyak. Dia ngabisin 4 padahal aku makan 1 biji sudah kuenyang.

Ingredients:
6 lembar tortilla (beli di supermarket)
190 gram daging cincang (punyanya segitu)
200 gram kacang merah kaleng, tiriskan
150 gram jagung manis kaleng, tiriskan
125 gram jamur merang, iris
75 gram soun, rebus, ditiriskan
100 gram paprika, iris
1/2 buah nanas, kupas, potong kotak-kotak
1 genggam buncis, potong 2-3 cm
1 buah wortel, iris korek api
1 buah tomat, iris dadu
1 buah bawang bombay, iris atau cincang
3 siung bawang putih, cincang
2 cabe merah, iris
2 sdm saus tomat
2 batang daun bawang, iris
1 sdt munjung oregano bubuk
1 sdt munjung basilicum bubuk
1/2 sdt merica bubuk
1/2-1 sdt bubuk kare
1/2 sdt garam (atau sesuai selera)
1 sdt gula
1/2 kaldu blok
Minyak untuk menumis (aku pake olive oil)




Directions:
Membuat Isi (cara gue):

1. Panaskan minyak dan tumis bawang putih dan bawang bombay sampai harum

2. Masukkan cabe dan tumis sampai layu

3. Masukkan daging cincang dan tumis sampai coklat

4. Masukkan buncis, tumis sampai setengah matang

5. Masukkan wortel dan tumis lagi

6. Masukkan paprika

7. Masukkan jamur

8. Masukkan tomat, nanas dan bumbu-bumbu (garam, gula, kaldu bubuk, oregano, basilicum, bubuk kare, merica bubuk, saus tomat) dan aduk rata

9. Masukkan kacang merah, jagung, soun dan aduk rata. Setelah api dimatikan masukkan daun bawang dan aduk rata.

Penyelesaian (cara Sri):

1. Letakkan 2 sdm isi pada tortilla. Letakkan isi agak di pinggir. Lipat (dari bawah ke atas, lipat bagian kanan ke kiri dan bagian kiri ke kanan). Semat pake tusuk gigi atau lidi. Setelah jadi kayak contong, bisa diisi lagi dari atasnya.

2. Letakkan pada pinggan tahan panas yang sudah diolesi minyak atau margarine. Panggang 15 menit pada suhu 160 derajat Celcius. Kalau pengin kulitnya lebih renyah lagi, bisa panggang lebih lama. Tapi ati-ati, jangan sampai gosong!

Ini gambar isi:




Untuk Sulis: Aku sudah ngumpulin pe-er. Yang penting pake beans and nuts to? Aku pake kacang merah, buncis dan soun (dari kacang ijo kan?). Sulis, thanks for organizing this event.

MFM#11: Tortilla Kefefet


Description:
Disebut kefefet karena sudah diuber-uber Sulis, penyelenggara MFM#11 yang bertemakan beans and nuts. Pake bahan yang ada. Supaya segar, aku pake nanas. Pokoknya kreasi suka-suka.

Leo sedikit nggrundel. So...you cook this because of assignment....not because of me. Halah...wong dia makan paling buanyak. Dia ngabisin 4 padahal aku makan 1 biji sudah kuenyang.

Ingredients:
6 lembar tortilla (beli di supermarket)
190 gram daging cincang (punyanya segitu)
200 gram kacang merah kaleng, tiriskan
150 gram jagung manis kaleng, tiriskan
125 gram jamur merang, iris
75 gram soun, rebus, ditiriskan
100 gram paprika, iris
1/2 buah nanas, kupas, potong kotak-kotak
1 genggam buncis, potong 2-3 cm
1 buah wortel, iris korek api
1 buah tomat, iris dadu
1 buah bawang bombay, iris atau cincang
3 siung bawang putih, cincang
2 cabe merah, iris
2 sdm saus tomat
2 batang daun bawang, iris
1 sdt munjung oregano bubuk
1 sdt munjung basilicum bubuk
1/2 sdt merica bubuk
1/2-1 sdt bubuk kare
1/2 sdt garam (atau sesuai selera)
1 sdt gula
1/2 kaldu blok
Minyak untuk menumis (aku pake olive oil)




Directions:
Membuat Isi (cara gue):

1. Panaskan minyak dan tumis bawang putih dan bawang bombay sampai harum

2. Masukkan cabe dan tumis sampai layu

3. Masukkan daging cincang dan tumis sampai coklat

4. Masukkan buncis, tumis sampai setengah matang

5. Masukkan wortel dan tumis lagi

6. Masukkan paprika

7. Masukkan jamur

8. Masukkan tomat, nanas dan bumbu-bumbu (garam, gula, kaldu bubuk, oregano, basilicum, bubuk kare, merica bubuk, saus tomat) dan aduk rata

9. Masukkan kacang merah, jagung, soun dan aduk rata. Setelah api dimatikan masukkan daun bawang dan aduk rata.

Penyelesaian (cara Sri):

1. Letakkan 2 sdm isi pada tortilla. Letakkan isi agak di pinggir. Lipat (dari bawah ke atas, lipat bagian kanan ke kiri dan bagian kiri ke kanan). Semat pake tusuk gigi atau lidi. Setelah jadi kayak contong, bisa diisi lagi dari atasnya.

2. Letakkan pada pinggan tahan panas yang sudah diolesi minyak atau margarine. Panggang 15 menit pada suhu 160 derajat Celcius. Kalau pengin kulitnya lebih renyah lagi, bisa panggang lebih lama. Tapi ati-ati, jangan sampai gosong!

Ini gambar isi:




Untuk Sulis: Aku sudah ngumpulin pe-er. Yang penting pake beans and nuts to? Aku pake kacang merah, buncis dan soun (dari kacang ijo kan?). Sulis, thanks for organizing this event.

Saturday, 26 January 2008

Gimana kalau Londo ngimpor jengkol? Ruwet kali yé....

Dalam bahasa Inggris dikenal artikel "the". Dalam bahasa Belanda dikenal "de" dan "het. Yang menjengkelkan buat orang asing yang mempelajari bahasa Belanda adalah nggak ada aturan yang jelas kapan pake "de" dan kapan pake "het".

Setiap kali nanya orang Belanda (dari yang namanya guru bahasa Belanda sampai dengan dengan sopir bus), mereka nggak tahu mengapa satu benda atau kata dikasih "de" dan kata atau benda lain dikasih "het".

Pemakaian "de" dan "het" nggak tergantung gede atau kecilnya sebuah benda. Misalnya:

de deur (pintu), het raam (jendela), het huis (rumah).

Nggak peduli apakah countable atau uncountable:

het ziekenhuis (rumah sakit), de lucht (udara), het water (air)

Satu-satunya saran mereka dalam belajar bahasa Belanda adalah disuruh menghafalkan. Lha kan puyeng, padahal di dunia ini kan banyak banget benda dan kata.

Komentarku pada Leo adalah:  

"Lha kalian ini kok nggak punya rumus baku gitu sih. Kan susah jadinya buat orang asing kayak aku........"

"Karena aku belajar bahasa Belanda dari kecil, maka nggak terlalu masalah. Jadi nggak  perlu mikir dulu apakah sebuah kata pake de atau pake het....."

"Lha kalau ada kata atau benda baru terus gimana? Misalnya komputer pake de atau het atau internet pake de atau het"

"Kalau komputer pake de, jadi 'de computer'. Tapi jangan tanya aku, mengapa pake 'de', bukan 'het'. Kalau internet pake 'het', jadi 'het internet'. Ini karena kata 'internet' kan asalnya dari kata 'net, dan kata 'net' sendiri pake 'het', jadi internet menjadi 'het internet'. Tapi jangan tanya mengapa, net pake 'het' bukan pake 'de'...."

Lha kan ini sama aja dia ngomong, emang dari sononya gitu, jangan nanya gue kenapa gitu.

Leo terus menambahkan:

"Kalau ada kata-kata baru, maka ada komisi bahasa gabungan antara Belanda dan Belgia yang akan memutuskan apakah kata atau benda baru tersebut dikasih artikel de atau het"

Weleh...weleh...lha kok ruwet gitu ya. Pikiran jahilku terus keluar. Selama di Belanda  aku kan belum pernah lihat jengkol (eh...djengkol karena 'j' dalam bahasa Belanda ditulis 'dj'). Lha kalau Londo ngimport djengkol terus apa ya komisi gabungan Belanda Belgia tersebut harus mengadakan rapat puenting untuk memutuskan apakah djengkol sebaiknya pake 'de' atau pake 'het'.

Yang namanya eksport import kan urusannya panjang, ada fakturnya, ada urusan pajak, ada distribusi dll. Kalau nggak ada keputusan djengkol pake 'de' atau 'het' terus kan nanti repot kalau seandainya pihak belastingsdienst (tax office) harus tanya importir apakah 'de djengkol' atau 'het djengkol' yang diimport bulan kemarin sudah bayar pajak belum. Iya kan? he...he...he...

Tapi Belanda ternyata sudah ngimport pete. Aku lihat di wikipedia di sini, mereka menterjemahkan pete menjadi peteh atau petehboon (boon = bean) dan kalau jamak menjadi petehbonen (bonen = beans). Karena boon menggunakan artikel "de" maka petehboon menggunakan 'de' juga sehingga menjadi 'de petehboon' atau 'de petehbonen'.

Jadi kira-kira djengkol kemungkinan besar akan dikasih artikel 'de' menjadi 'de djengkol'. Bener nggak? Atau siapa deh yang kebetulan sudah mengimpor djengkol ke Belanda kasih tahu aku, djengkol itu pake 'de' atau pake 'het'. he....he....he....

Catatan: gambar jengkol diambil dari wikipedia di sini.

 

 

Gimana kalau Londo ngimpor jengkol? Ruwet kali yé....

Dalam bahasa Inggris dikenal artikel "the". Dalam bahasa Belanda dikenal "de" dan "het. Yang menjengkelkan buat orang asing yang mempelajari bahasa Belanda adalah nggak ada aturan yang jelas kapan pake "de" dan kapan pake "het".

Setiap kali nanya orang Belanda (dari yang namanya guru bahasa Belanda sampai dengan dengan sopir bus), mereka nggak tahu mengapa satu benda atau kata dikasih "de" dan kata atau benda lain dikasih "het".

Pemakaian "de" dan "het" nggak tergantung gede atau kecilnya sebuah benda. Misalnya:

de deur (pintu), het raam (jendela), het huis (rumah).

Nggak peduli apakah countable atau uncountable:

het ziekenhuis (rumah sakit), de lucht (udara), het water (air)

Satu-satunya saran mereka dalam belajar bahasa Belanda adalah disuruh menghafalkan. Lha kan puyeng, padahal di dunia ini kan banyak banget benda dan kata.

Komentarku pada Leo adalah:  

"Lha kalian ini kok nggak punya rumus baku gitu sih. Kan susah jadinya buat orang asing kayak aku........"

"Karena aku belajar bahasa Belanda dari kecil, maka nggak terlalu masalah. Jadi nggak  perlu mikir dulu apakah sebuah kata pake de atau pake het....."

"Lha kalau ada kata atau benda baru terus gimana? Misalnya komputer pake de atau het atau internet pake de atau het"

"Kalau komputer pake de, jadi 'de computer'. Tapi jangan tanya aku, mengapa pake 'de', bukan 'het'. Kalau internet pake 'het', jadi 'het internet'. Ini karena kata 'internet' kan asalnya dari kata 'net, dan kata 'net' sendiri pake 'het', jadi internet menjadi 'het internet'. Tapi jangan tanya mengapa, net pake 'het' bukan pake 'de'...."

Lha kan ini sama aja dia ngomong, emang dari sononya gitu, jangan nanya gue kenapa gitu.

Leo terus menambahkan:

"Kalau ada kata-kata baru, maka ada komisi bahasa gabungan antara Belanda dan Belgia yang akan memutuskan apakah kata atau benda baru tersebut dikasih artikel de atau het"

Weleh...weleh...lha kok ruwet gitu ya. Pikiran jahilku terus keluar. Selama di Belanda  aku kan belum pernah lihat jengkol (eh...djengkol karena 'j' dalam bahasa Belanda ditulis 'dj'). Lha kalau Londo ngimport djengkol terus apa ya komisi gabungan Belanda Belgia tersebut harus mengadakan rapat puenting untuk memutuskan apakah djengkol sebaiknya pake 'de' atau pake 'het'.

Yang namanya eksport import kan urusannya panjang, ada fakturnya, ada urusan pajak, ada distribusi dll. Kalau nggak ada keputusan djengkol pake 'de' atau 'het' terus kan nanti repot kalau seandainya pihak belastingsdienst (tax office) harus tanya importir apakah 'de djengkol' atau 'het djengkol' yang diimport bulan kemarin sudah bayar pajak belum. Iya kan? he...he...he...

Tapi Belanda ternyata sudah ngimport pete. Aku lihat di wikipedia di sini, mereka menterjemahkan pete menjadi peteh atau petehboon (boon = bean) dan kalau jamak menjadi petehbonen (bonen = beans). Karena boon menggunakan artikel "de" maka petehboon menggunakan 'de' juga sehingga menjadi 'de petehboon' atau 'de petehbonen'.

Jadi kira-kira djengkol kemungkinan besar akan dikasih artikel 'de' menjadi 'de djengkol'. Bener nggak? Atau siapa deh yang kebetulan sudah mengimpor djengkol ke Belanda kasih tahu aku, djengkol itu pake 'de' atau pake 'het'. he....he....he....

Catatan: gambar jengkol diambil dari wikipedia di sini.

 

 

Thursday, 24 January 2008

Londo nyonto kita atau kita nyonto Londo?

Suatu hari aku ngomong sama Leo:

"My body is not delicious......"

"Excuse me............?"

"My body is not yummy....."

"Not yummy? What do you mean? Too salty, or too sweet, or too sour, or to bitter?"

"O, sorry, you are not Indonesian. Jadi nggak ngerti joke kami...."

Terus aku terangin, di Indonesia orang kadang bikin joke yang membuat sebuah bahasa jadi salah kaprah. Misalnya menterjemahkan "badanku tidak enak" menjadi "my body is not yummy" instead of "I am not feeling good"

Tapi Leo bilang, dalam bahasa Belanda juga sama kok terjemahannya seperti dalam bahasa Indonesia. Jadi kalau dalam bahasa Indonesia kita ngomong:

"Saya (merasa) tidak enak badan"

Dalam bahasa Belanda, mereka mengatakan:

"Ik voel me niet lekker"

yang kalau diterjemahkan satu-per satu dalam bahasa Inggris menjadi

"I feel myself not "yummy"

atau

"Ik ben niet lekker" (I am not "yummy").

Jadi ternyata, kata "lekker" tidak saja ditujukan untuk makanan, tetapi juga untuk sakit (atau lebih tepatnya kesehatan kali ya). Jadi sama to kayak kita? Terus Londo nyonto kita, atau kita nyonto Londo? Atau kebetulan saja kita punya rasa bahasa yang sama.

Tambahan: kalau terjemahan dalam bahasa Jawa: "awakku ora enak". Iyo to?   

 

What is masuk angin?

Bagi yang pinter coro Enggres, tolong dunk diterjemahin apa "masuk angin" dalam bahasa Inggris. Menurutku having cold ataupun flu bukan terjemahan dari terkena masuk angin.

Ketika awal kami menikah dulu, aku bilang sama Leo supaya dia pake kaos kaki, nanti masuk angin. Eh...dia malah balik nanya:

"What is masuk angin?"

Waduh...apa ya masuk angin coro Enggresnya. Akhirnya aku terangin gejalanya.

"It usually starts with 'nggregesi'....then you feel....." (belum sampai habis ngomong, dia nanya lagi)

"So...what is nggregesi???????....."

Aduh...susah lagi. Harus diterangin lagi kalau nggregesi itu rasa tubuh nggak enak, panas dingin gitu lho. Terus terang aku sekarang ragu, apakah nggregesi adalah gejala masuk angin atau gejalan flu.

Aku berusaha menjelaskan se-detil mungkin what masuk angin is. Dari mulai kaki dingin, sering juga disertai diare, punggung kadang terasa dingin, perut kembung (ini harus diperagakan walaupun dia tetep aja nggak mudeng apa itu kembung) dll. Pokoknya masuk angin itu ya angin yang masuk di dalam tubuh, mungkin melalui pori-pori.

Aku bilang, kata budheku, kalau nggak sarapan bisa kena masuk angin. Makin bingung dia, lha wong selama 30 tahun terakhir dia tidak pernah sarapan dan merasa baik-baik saja, kok tiba-tiba ada teori yang mengatakan ada hubungan antara sarapan dan masuk angin.

"European doesn't recognize masuk angin. Is this a Javanese desease?"

Lha yo nggak tahu apakah penyakit ini monopoli orang Indonesia ataukah orang Asia pada umumnya. Yang jelas, salah satu obatnya kerokan, minum tolak angin dsb. Kerokan pun kan katanya berasal dari China.

Karena dia nggak pernah masuk angin, dia nggak bisa membayangkan sama sekali penyakit ini. Suatu kali kami mudik. Dia kena diare yang cukup parah. Tiap malam dia harus ke wc setiap lima menit. Aku bingung mau diobati apa karena dia diajak ke dokter nggak mau. Norit dan teh pahit sudah nggak mempan. Aku takut ngasih obat yang diminum. Setiap kali ketemu teman dan saudara dan tanya kabar kami, aku harus menerangkan kondisi Leo. Komentar mereka selalu:

"O.....masuk angin......"

Aku kasih tahu Leo: 

"Everybody says that you get masuk angin...."

"I don't care about the name but it feels terrible....." dengan wajah capek dan badan lemas karena tidak bisa istirahat tiap malam.

Leo sangat percaya kalau apa yang dideritanya itu adalah disebabkan karena bakteria. Dia bilang bakteria Eropa berbeda dengan bakteri Indonesia, maka dia bisa kena diare.

Karena saking bingungnya (wong diobati daun jambu ya nggak mampet tuh), aku kasih entrostop. Eh...lha kok mampet. Ternyata perutnya perut kampung, cukup diobati dengan obat warung. he...he...he...

Mudik berikutnya dia kena diare lagi. Yang bikin aku puyeng adalah entrostop sudah nggak mempan lagi. Jadi selama kami di Indonesia selama 3 minggu, dia terus-terusan kena diare kalau malem hari (herannya cuma kambuh waktu malem hari dan tiap 3 sd 5 menit dia harus ke wc). Setelah makin parah, dia cuma mau makan biscuit, pisang dan makanan bule (pizza, french fries dan sejenisnya yang nggak spicy).

Karena belum sembuh juga ketika kami meninggalkan Indonesia, penyakit ini dibawa ke Belanda. Dia harus ke lab beberapa kali, dikasih anti biotik yang dosis rendah nggak mempan, akhirnya dokter kasih dosis yang lebih tinggi. Setelah 3 bulan menjalani pemeriksaan dan trial and error anti biotik, baru deh kemudian dia sembuh. 

Aku sudah khawatir saja, dia nggak mau diajak ke Indonesia lagi. Tapi katanya sih dia masih pengin ke Indonesia tahun ini. Jadi belum kapok menginjakkan kaki di Indonesia. 

Sekarang setiap kali dia merasa aneh dengan tubuhnya, dia langsung minta aku mengetuk-ngetuk perutnya.

"Is this kembung? It sounds like: pung...pung...pung, toch? Do you think I get masuk angin?"

PS. Gambar Tolak angin, obat masuk angin diambil dari sini. Ini jamu yang dicoba oleh Leo, tapi nggak mempan. Mungkin terlalu sophisticated?

 

 

 

   

English is the easiest language in Europe

Itu kata Leo. Aku tadinya nggak percaya, tapi ketika aku belajar bahasa Belanda baru aku mudeng maksudnya. Kalau ini aku masih mudeng:

I ga morgen naar school

atau

I go tomorrow to school

(walaupun kenapa bukan Ik ga naar school morgen atau I go to school tomorrow).

Tapi kemudian kalau morgen nya di depan, ngapain jadi kayak gini:

Morgen ga ik naar school

Yang kalau dalam bahasa Inggris kan jadinya:

Tomorrow go I to school (lha kan mendingan ngomong: Tomorrow I go to school. Iya kan?)

Ternyata bahasa Belanda lebih muter-muter daripada bahasa Inggris. Lha ngapain coba harus ngomong muter-muter kayak gini:

Ik leer Nederlands omdat ik nu in Nederland woon

kalau diterjemahin satu-satu dalam bahasa Inggris kan jadinya:

I learn Dutch because I now in the Netherlands live.

Kenapa bukan:

I learn Dutch because I live in the Netherlands now.

Atau bisa juga kayak gini:

Als ik naar de markt ga, ga ik een tas kopen

Kalau diterjemahkan satu-per satu kan jadinya gini:

If I to the market go, will I a bag buy.

Kenapa nggak ngomong aja kayak gini:

If I go to the market, I will buy a bag 

Lha ngapain coba harus muter-muter, nggak pake aturan: Subyek+Predikat+Obyek saja dalam semua kalimatnya?

Berhubung sudah tua, puyeng juga aku belajar bahasa Belanda. Makin tua makin bingung kalau disuruh mikir yang muter-muter kayak gitu. Kata Leo bahasa Belanda lebih mudah daripada bahasa Jerman atau Perancis atau Rusia, tapi tetep aja aku masih nggak becus juga ngomong Londo.

Di rumah aku sudah berusaha mempraktekkan Bahasa Belanda, tapi Leo kadang nggak sabar nunggu aku mikir. Aku sendiri juga kadang males mikir. Lha gimana, wong bahasa Inggris saja kadang masih puyeng kok, palagi boso Londo (halah alasan!). Akhirnya balik lagi ke bahasa Inggris lagi kalau kami harus berkomunikasi. Kapan pinternya ngomong Londo coba kalau gini? hi...hi...hi... 

Katanya kan Bahasa Belanda satu rumpun dengan bahasa Inggris dan Jerman. Bahasa Inggris yang termudah dan bahasa Jerman yang tersulit. Karena sedikit-sedikit aku belajar bahasa Belanda, kadang aku juga mengerti beberapa kata dalam bahasa Jerman dengan cara mengira-ira (kecuali waktu itu meldung dan kein. hi...hi...hi...). 

Kosa kata dan tata bahasanya kedua bahasa tersebut kayaknya ada kemiripan. Jadi kalau ada resep dalam bahasa Jerman, aku masih sedikit ngeh (paling enggak beberapa ingredients dan cara pembuatan pada step pertama). Tapi untuk selanjutnya, blas nggak ngerti sama sekali.   

Kalau orang Jerman pasti gampang ya untuk memahami bahasa Belanda?

Tapi satu hal adalah menurut Leo, bahasa Indonesia adalah bahasa yang paling logis diantara semua bahasa yang pernah dia pelajari (walaupun sampai sekarang dia tetep saja nggak mudeng bahasa Indonesia). Yang susah untuk orang asing adalah aturan me-kan, di-kan dan sejenisnya. Tapi for the rest, kata dia, bahasa Indonesia adalah bahasa yang paling logis dan gampang dimengerti.   

Catatan: gambar kincir angin yang bisa muter-muter baling-balingnya mengingatkanku pada bahasa Belanda yang muter-muter. hi...hi...hi...Gambar ini aku ambil waktu kami bersepeda.

Wednesday, 23 January 2008

Mengapa lapis legit disebut spekkoek?

Atau malah kebalikan ya? he...he...he...tapi kata Leo, spekkoek berasal dari kata "spek" dan "koek". Huruf "e" dalam kata "spek" dibaca seperti huruf "e" dalam kata "ember", bukan huruf "e" dalam kata "Medan". Sedangkan koek dibaca "kuk". Jadi sekarang tahu kan bagaimana mengucapkan kata "spekkoek"? Dan jangan lupa pula kalau kata "spekkoek" mengandungi 2 huruf "k" yaitu dari kata "spek" dan kata "koek". Jadi yang betul penulisannya adalah spekkoek bukan spekoek.

Spek sendiri artinya bacon. Kalau dari wikipedia di sini, disebutkan kalau spek artinya daging babi yang banyak mengandung lemak, biasanya bagian perut dan punggung. Tapi spekkoek memang tidak mengandung pork. Tapi kemudian mengapa disebut spekkoek? Ini karena kemasan spek biasanya disusun berlapis-lapis. Misalnya seperti pada gambar di bawah ini:

Ini adalah spek yang kebetulan sudah di-marinate

  

 

 

 

 

 

 

 

atau seperti ini:

 

 

 

 

 

 

 

Koek artinya adalah cake. Karena lapis legit penampakannya juga berlapis-lapis (kalau nggak berlapis-lapis kan nggak bakalan disebut lapis legit yak?), maka dalam bahasa Belanda, lapis legit disebut spekkoek. Jadi sekarang tahu kan kenapa lapis legit disebut spekkoek? Atau malah spekkoek disebut lapis legit?

Catatan: gambar aku ambil dari supermarket Albert Heijn. Cuma ngambil gambar doang, karena kami nggak makan pork, maka nggak beli. Ini ngambilnya juga pake HP dan nyolong-nyolong, takut ketangkep. he...he...he....

 

Mengapa lapis legit disebut spekkoek?

Atau malah kebalikan ya? he...he...he...tapi kata Leo, spekkoek berasal dari kata "spek" dan "koek". Huruf "e" dalam kata "spek" dibaca seperti huruf "e" dalam kata "ember", bukan huruf "e" dalam kata "Medan". Sedangkan koek dibaca "kuk". Jadi sekarang tahu kan bagaimana mengucapkan kata "spekkoek"? Dan jangan lupa pula kalau kata "spekkoek" mengandungi 2 huruf "k" yaitu dari kata "spek" dan kata "koek". Jadi yang betul penulisannya adalah spekkoek bukan spekoek.

Spek sendiri artinya bacon. Kalau dari wikipedia di sini, disebutkan kalau spek artinya daging babi yang banyak mengandung lemak, biasanya bagian perut dan punggung. Tapi spekkoek memang tidak mengandung pork. Tapi kemudian mengapa disebut spekkoek? Ini karena kemasan spek biasanya disusun berlapis-lapis. Misalnya seperti pada gambar di bawah ini:

Ini adalah spek yang kebetulan sudah di-marinate

  

 

 

 

 

 

 

 

atau seperti ini:

 

 

 

 

 

 

 

Koek artinya adalah cake. Karena lapis legit penampakannya juga berlapis-lapis (kalau nggak berlapis-lapis kan nggak bakalan disebut lapis legit yak?), maka dalam bahasa Belanda, lapis legit disebut spekkoek. Jadi sekarang tahu kan kenapa lapis legit disebut spekkoek? Atau malah spekkoek disebut lapis legit?

Catatan: gambar aku ambil dari supermarket Albert Heijn. Cuma ngambil gambar doang, karena kami nggak makan pork, maka nggak beli. Ini ngambilnya juga pake HP dan nyolong-nyolong, takut ketangkep. he...he...he....

 

Wednesday, 9 January 2008

Lapis Legit Bonek


Description:
Pasti nggak ada yang percaya kalau aku bikin lapis legit. Wong sudah tersohor sebagai pembuat bolu bantat, kok berani-beraninya bikin lapis legit yang perlu kesabaran. Apalagi aku nggak punya oven yang ada api atasnya. Tapi ternyata jeng Arfi sudah berhasil menggodaku melalui sitenya untuk bikin lapis legit. Blio nggak pake api atas juga tapi pake grill. Dan ternyata ovenku bisa juga untuk grill. Akhrinya dengan Bonek (Bondo Nekad alias modal nekat) aku ikutan blio pake grill. Terimakasih Arfi atas idenya. Cuma ya bikinanku masih belum sempurna hasilnya.

Resep ini nyonto mbak Ine yang pernah bikin lapis legit keju. Terimakasih mbak Ine atas resepnya.

Berhubung masih belajar, aku cuma menggunakan 1/3 resep dan itupun pake margarine bukan butter karena butter sedikit lebih tinggi kalorinya dibandingkan margarine (halah alasan!). Sudah gitu lebih mahal pula harganya, jadi kalau gagal kan sayang. Aku nggak pake keju untuk bikin ini.

Walaupun cuma pake margarine menurut kami sih enak walaupun kata bu lurah kurang moist. Yang jelas sangat manjur untuk obat kangen. Lebih murah dibandingkan kalau harus beli di toko Asia (yang belum tentu enak rasanya to?). Terus terang selama di Belanda aku belum pernah ngelihat spekkoek dijual di supermarket atau toko roti. Kalau mau makan spekkoek ya harus beli ke toko Asia atau bikin sendiri.

Ingredients:
7 kuning telur
4 putih telur
170 gram margarine
93 gram gula pasir
85 gram tepung terigu
1/2 sdm boemboe spekkoek
1/8 kaleng susu kental manis putih
1/2 sdm coklat bubuk (nggak ada di resep, tapi aku beri coklat bubuk supaya warnanya lebih kontras)



Directions:
- Kocok margarine dan gula sampai putih dan pucat

- masukkan kuning telur satu persatu sambil terus di kocok, masukkan bumbu spekkoek dan Susu kental manis

- Di tempat terpisah, kocok putih telur sampai kaku. sisihkan

- Campurkan terigu pada kocokan margarine sambil diaduk dengan spatula

- Masukkan putih telur, aduk rata.

- Ambil 1/3 adonan dan masukkan coklat bubuk ke dalamnya serta aduk rata

- Siapkan loyang, dasarnya dilapis kertas roti

- Tuangkan 1 sendok sayur adonan, tipiskan merata pada dasar cetakan kira kira tingginya 2 mm.

- Bakar dengan grill (pada lapisan pertama memang aku pake oven, kemudian setelah lapisan kedua dst pake grill. Tapi kayaknya sih nggak masalah deh kalau dari awal pake grill).

- Keluarkan loyang dari oven, tekan2 kue dengan dengan punggung sendok, agar rata ketinggiannya

- Tuang 1 sendok sayur untuk lapisan berikutnya, tipiskan, Bakar sampai kuning kecoklatan. dst

- Ulangi berkali-kali sampai adonan habis. Setiap 3 atau empat lapis, beri lapisan coklat.

- Setelah adonan habis, panggang dengan oven selama 10 menit (sebenarnya sih nggak dipanggang juga nggak apa-apa karena sudah matang. Ini untuk meyakinkan supaya mateng).


Tips dari bu lurah:

- Agar lebih gurih dan lembab, tiap akan melapis, oleskan margarine dengan menggunakan kuas, pada kue yang telah di tekan2, sebelum menuang adonan berikutnya (aku nggak olesi dengan margarine karena memang sengaja nggak mau nambahin kalori).

- Jauhkan mangkuk yang berisi adonan dari oven, agar tidak merusak tekstur adonan mentah (margarine akan meleleh sebelum di bakar)

Catatan: Ini bener-bener lapis legit Bonek (Bondo Nekad alias modal nekat karena berani nyoba dengan kemampuan yang pas-pasan). Kalau sudah pinter pengin juga nih buat mencari sesuap berlian. he...he...he...

Thursday, 3 January 2008

Target Januari 2008: lengser sebagai penimbun!

Aku sudah menyebarkan pengumuman pada seisi rumah (yang isinya ya cuma aku dan Leo) kalau:

 

Mulai tanggal 1 Januari 2008, semua anggota rumah tangga (yang juga cuma 2 orang) harus menghabiskan bumbu dari kotak (merk Knorr, Honig, Maggi, Conimex, Edah, Super de Boer dsb dll dst etc enzovort...). Pengumuman ini akan dicabut kalau timbunan bumbu tersebut sudah habis!!! Suka atau tidak suka, anggota rumah tangga harus tunduk pada peraturan tersebut. Tertanda: Sri (presiden dapur). PS. Boleh melenceng dari ketentuan hanya untuk weekend. Catatan lain: Setelah timbunan bumbu kotak habis, anggota rumah tangga dilarang keras membeli bumbu kotak lagi kecuali dalam situasi kepepet. Definisi "kepepet" dirumuskan kemudian!!

 

Adakah dampak untuk para MPers lainnya? TENTU SAJA ADA. Muhun maap untuk sementara waktu tidak nyontek resep dari para MPers seluruh dunia.

 

Lha gimana, wong yo jengkel jé. Lha kok bumbu-bumbu kotak banyak banget di rumah, kayak penimbun. Dulu memang sebelum menikah, Leo masak sendiri (karena dia memang sudah lama tidak tinggal serumah dengan mami. Biasa kan, Londo kan pisah rumah begitu sudah beranjak dewasa). Karena pulang kerja sudah capek tapi masih harus masak untuk dinner, akhirnya untuk menyingkat waktu, dia pake bumbu kotak merk Knorr, Honig, Maggi dsb.

 

Begitu menikah, aku mengambil alih posisinya sebagai presiden dapur yang artinya semua kekuasaan atas bumbu berada di tanganku. Aku nggak suka bumbu-bumbu kotak karena menurutku kok nggak seger gitu. Aku lebih suka pake bumbu segar daripada yang dari kotak. Jadi aku jarang banget pake bumbu kotak.

 

Kalau bumbu kotak isinya bumbu bule (kayak champignonsaus, bechamelsaus dll) rasanya masih memper di lidah (apa bahasa Indonesianya memper? Pokoknya masih bisalah diterima oleh lidah. Paling enggak setelah ditambahi bawang bombay, garlic, daun bawang atau prei masih eatable). Tapi begitu bumbu Asia (kayak bami goreng, teriyaki dll), pusing juga aku ngrasainnya. Rasanya plain banget, atau malah nggak jelas ngalor ngidulnya.

 

Pernah suatu kali Leo masak bakmi goreng pake bumbu kotak (lupa merknya, mungkin Conimex atau Maggi). Dia begitu bangganya dengan hasil masakannya. Padahal aku bingung rasanya, ini bakmi goreng atau chicken Madras kok rasanya aneh gini. Aku nggak tega mau kasih tahu dia kalau aku nggak suka. Waktu dia tanya komentarku, aku balik tanya:

 

"Kamu pake bumbu kotak ya?"

 

"Iya....gimana menurutmu.....?" Dia begitu antusias ingin mendengar komentarku (yang sebetulnya pengin dengar pujianku).

 

"Lain kali kalau masak mendingan pake bumbu segar saja. Rasanya lebih fresh....Kamu kan pinter kalau masak pake bumbu segar" (kalimat terakhir aku ucapkan supaya dia nggak patah hati mendengar komentarku). 

 

Karena bumbu-bumbu tersebut jarang aku pake (dan geblegnya aku juga kadang beli karena penasaran kayak apa rasanya), akhirnya bumbu-bumbu itu menumpuk. Belum lagi kalau di supermarket kadang Leo pengin juga beli apalagi kalau ada korting (tapi untung sekarang setelah terbiasa dengan bumbu segar, keinginannya untuk beli bumbu kotak sudah jauh berkurang). Tapi walaupun punya bumbu kotak, tetap saja aku lebih sering pake bumbu segar.

 

Karena dibuang sayang, akhirnya mulai tahun ini sebagai presiden dapur, aku memutuskan secara sepihak untuk menghabiskan bumbu-bumbu tersebut (dibilang otoriter ya biarin!). Tadi sudah mulai milih-milih mana yang masih bisa dipakai dan mana yang memang nggak bisa dipake sama sekali.

 

Catatan: Gambar di atas adalah contoh saja. Timbunan masih banyak.

 

Ini salah satu contoh bumbu Teriyaki yang isinya bubuk saus untuk merendam, bubuk saus teriyaki dan beras Jepang. Orang Belanda memang dimanja banget sama bumbu-bumbu kotak kayak gini. Rasanya? Plain banget, itu komentar Leo. Dia mengatakan plain setelah aku bikin teriyaki-teriyaki-an (wong bukan teriyaki beneran karena modalnya cuma kecap kikkoman, minyak wijen, bawang bombay, kecap manis, jahe, gula pasir, jeruk nipis, paprika dan wijen sangrai, terus apa lagi lupa). Menurut dia teriyaki-teriyaki-an bikinanku (ini juga nyontek salah satu MPer walaupun nggak lengkap nyonteknya, wong nggak pake sake dsb) jauh lebih enak daripada Teriyaki Merk Knorr.