Thursday, 28 June 2007

Melihat rumah gadang....


Di jembatan gantung menuju ke rumah gadang

Di Padang Panjang, kami dibawa oleh guide kami ke Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau. Kami di-drop oleh pak Jun (sopir yang membawa kami) di suatu tempat, kemudian kami berjalan ke pusat kebudayaan tersebut sambil menikmati pemandangan yang indah dan segar.

Pusat kebudayaan yang kami temui berbentuk rumah gadang. Ibu petugas (lupa aku nggak tanya nama blio) memberi informasi tentang adat istiadat Minang termasuk fungsi rumah gadang. Dari keterangan yang aku peroleh, ternyata rumah gadang ini sama seperti balai atau rumah panjang dalam adat Dayak dimana satu rumah dihuni oleh lebih dari satu keluarga inti (sedikit banyak aku mempelajari budaya Dayak, jadi bisa melihat perbedaan dan persamaannya). Dalam rumah gadang terdapat beberapa kamar dan satu kamar dihuni oleh sebuah keluarga inti. Biasanya dalam kamar tersebut dihuni oleh ayah, ibu dan anak balita. Anak laki-laki yang sudah berumur 10 tahun atau lebih harus keluar dari rumah dan tidur di surau untuk belajar agama dan pencak silat. Anak gadis yang sudah beranjak remaja akan berkumpul menjadi satu untuk belajar menjahit dsb. Semoga apa yang aku tangkap tidak salah.

Di depan rumah gadang ada beberapa lumbung, ada yang berkaki 4, 6 dan 9. Terus terang aku lupa kegunaan tiap lumbung ini berdasarkan kakinya. Yang jelas ada lumbung yang padinya digunakan untuk kepentingan sehari-hari, ada yang digunakan untuk menghadapi masa paceklik, dan ada yang digunakan untuk kepentingan komunitas.

Sekarang orang pada umumnya tinggal di rumah biasa, bukan berkumpul di rumah gadang. Terus terang aku tidak tanya sampai mendetil sampai seberapa jauh orang Minang sekarang memiliki keterikatan dengan rumah gadang ini.

Banyak informasi menarik lain yang kami peroleh, misalnya tentang budaya matrelineal. Tahu kan artinya matrilineal? Pasti tahu dong....

Yang sangat menarik adalah banyak buku-buku tentang budaya Minang yang tersimpan di tempat tersebut ditulis oleh orang-orang Belanda. Banyak juga foto-foto tentang Minang yang juga dibuat oleh orang Belanda dan diambil pada jaman Belanda. Kalau nggak salah ada yang kasih tahu kalau buku-buku tersebut memang diimport dari Belanda. Ada lagi yang nyeletuk.....mungkin karena kemampuan dokumentasi kita kan lemah, jadi ya buku saja harus diimport dari sana. Apakah betul kalau kemampuan dokumentasi kita lemah? Silahkan berkaca pada diri sendiri.....

Setelah itu kami berpotret-potret pake baju pengantin Minang. Foto-foto sudah kami posting sebelumnya disini: http://cutyfruty.multiply.com/photos/album/25.

Setelah puas berfoto-foto, kami meneruskan perjalanan. Pak Jun sudah menunggu di halaman pusat kebudayaan tersebut dengan mobilnya.

20 comments:

  1. bagus mbak pemandangannya. Ini bukan yang kapan hari kebakaran ya? Apa itu istananya ya, lupa deh..

    ReplyDelete
  2. Untung aja engga 'nguwot' (jalan diatas kayu/bambu yang diletakkan melintang di atas sungai sebagai jembatan penyeberangan)...hiii...seremmm.... badanku limbung.

    ReplyDelete
  3. cantik ya sumbar... jadi pengen kesana lagi... lembah anai, padang panjang, kersik tuooo... oohhhhhh!!!

    ReplyDelete
  4. Bukan. Kalau yang kebakaran itu Istana Pagaruyung....

    ReplyDelete
  5. Lha kalau ini aku nggak berani betul.....serem soale....

    ReplyDelete
  6. Lha iya kesana mbok an.....

    ReplyDelete
  7. indah n asri ya mbak pemandangannya, jauh dr polusi

    ReplyDelete
  8. Memang asri. Kebetulan jumlah kendaraan nggak sebanyak Jakarta....

    ReplyDelete
  9. Sri... ini rumah yg ada di Taman Mini ja say?
    Cakep ja.

    ReplyDelete
  10. cakep fotonya... lumbung masih dipakai ?

    ReplyDelete
  11. Didunia tidak ada hanya ada di Sumatra. Arsitekturnya ditiru di bangunan ITB, saya taunya di ITB waktu masih sekolah disana.

    ReplyDelete
  12. Ini di Padang Panjang say......karena waktu mudik lalu, kami berpesiar ke sana. Cantik lho Bukit Tinggi....

    Di Taman Mini juga pasti ada ya....

    ReplyDelete
  13. Kalau yang kami kunjungi kayaknya sih nggak kepake lumbungnya, soalnya kan lumbung tersebut bagian dari Pusat Kebudayaan atau museum.

    ReplyDelete
  14. Saya juga pernah baca dimana ya tante kalau bangunan ITB menggunakan arsitek rumah gadang.

    ReplyDelete
  15. oh iya ... museum aja ya. Memang keliatannya lembab ... :D untuk simpan padi bisa rusak padinya

    ReplyDelete
  16. Terus terang aku juga penasaran apakah kalau petani sekarang juga masih menggunakan lumbung-lumbung berkaki ini.

    ReplyDelete
  17. bagussssssssssss..!! keren abisss ya mbaa...

    ReplyDelete
  18. Menurutku juga cantik. Semoga saja nggak digunduli ya......kan sayang.....

    ReplyDelete
  19. wah kapan yaaaaaaa aku bisa main kesana keliatan sejuk dan asri :)

    ReplyDelete
  20. Ya siapa tahu, suatu kali akan ke sana. Tamah air kita ini cantik sebetulnya kalau dirawat, dilestarikan......

    ReplyDelete