Tuesday, 12 June 2007

Naik Air Asia.....aman atau tidak aman? (Part 1)

Ini pengalaman kami naik Air Asia Indonesia. Sebetulnya pemilihan Air Asia berawal dari kebingungan kami memilih pesawat yang aman. Lha gimana, Adam Air pernah kecelakaan. Garuda yang harga tiketnya mahalpun pernah juga kebakaran, jadi nggak ada jaminan kan? Makanya pusing juga memilih pesawat untuk ditumpangi. Masak mau naik pesawat telpon?

Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya kami memilih Air Asia dalam perjalanan kami dari Jakarta ke Padang pp. Kalau dari websitenya sih kelihatan profesional (www.airasia.com). Mereka katanya mementingkan keselamatan walaupun tiket yang mereka jual harganya murah. Apakah betul mereka aman atau tidak, yang tahu kan mereka, dan Tuhan tentu saja. Kalau pengin tahu, ya silahkan saja coba sendiri. Iya to?

Pertimbangan lainnya adalah bahwa penumpang bisa memesan tiket lewat internet. Bahkan Garudapun belum punya fasilitas ini. Terus terang aku heran, perusahaan sebesar Garuda masih belum bisa melayani konsumennya melalui internet. Kalah jauh dibandingkan dengan KLM atau Singapore Airlines atau pesawat-pesawat internasional lainnya.  

Pemesanan lewat internet betul-betul memudahkan bagi kami yang tidak tinggal di Indonesia tapi ingin melakukan perjalanan domestik. Tinggal klak-klik, bayar dengan credit card, nggak ada semenit sudah ada konfirmasi melalui alamat e-mail kami. Itenerary sekalian dilampirkan dan bahkan sudah ada bar code nya segala. Cara ini betul-betul menghemat waktu dan energi. Biasanya untuk pemesanan tiket domestik, kami harus minta tolong keluarga atau teman untuk menghubungi travel agent, minta mereka untuk transfer uang dulu untuk pembayaran dsb. Pokoknya selain merepotkan kami, juga merepotkan mereka.

Harga tiket juga relatif nggak mahal. Sebagai gambaran. Kami membayar Rp.884.600,- untuk dua orang untuk perjalanan Jakarta-Padang pp. Harga ini sudah termasuk tiket, pajak, VAT,  dan insurance. Bandingkan dengan Garuda yang dengan harga segitu hanya untuk 1 orang saja. Harga tiket Garuda tersebut sudah kami cek baik lewat website mereka maupun 2 buah travel agent di Indonesia. Apakah dengan harga lebih mahal, Garuda lebih aman? Silahkan analisis sendiri, ambil kesimpulan sendiri. Yang jelas di negara-negara EU, pesawat-pesawat murah seperti Transavia, Air Berlin dll harus tetap mematuhi standard keselamatan internasional otherwise mereka nggak boleh beroperasi. Nah kalau di Indonesia, aku nggak tahu, apakah makin mahal harga tiket, akan makin slamet.

Untuk sementara, bagian 1 ini saya akhiri dulu. Gambar yang aku pasang adalah potret Leo di depan Air Asia waktu kami mendarat di Padang.

         

25 comments:

  1. menurut teman yang kerja di kelaikan pesawat, air asia umur pesawatnya relatif muda hampir mirip dengan garuda...
    enath aman atau tidak tapi saya gak suka kalau naik pesawat gak bisa book seatnya, kesannya kayak naik bis...
    lagian saya gak suka kalau harus buru2 naik pesawat ketika boarding dan kudu berebutan tempat duduk....
    entahlah kalau orang lain...

    ReplyDelete
  2. Menurutku sih aman2 aja...dibanding semacam lion, adam, merpati, wings...cara mendarat dan lepas landasnya jauh lebih pro...halus banget, gak kasar. Kebisingan pesawatnya juga jauh lebih rendah.

    ReplyDelete
  3. kemana aja mbak ke padang? gimana, seru? ketemu bunga raflesia?

    ReplyDelete
  4. aku baru pikir-ikir mau pakai air-asia.
    gimana ya.

    ReplyDelete
  5. aku juga lagi pulang kemaren pake air asia ya krn itu tadi mba,lewat internet udah diurus semua dr sini sebelum pergi,jadi ga buang2 waktu lg di indo nunggu ngebooking ticket yg orangnya suka banyak yg lelet .
    Aku cukup happy ko naek ini...murah meriah lah,soal selamet mah,kalo udah nasib ya nasib....:((

    ReplyDelete
  6. Sebelum naik Air Asia, adik saya juga sudah kasih tahu. Katanya kalau pesawat murah, naiknya rebutan dan buru-buru. Jadi saya sudah siap mental dulu. Ternyata nggak sejelek yang saya perkirakan. Memang orang buru-buru tapi masih tertib. Mungkin karena sebagian penumpang sudah sepuh alias tua, jadi lebih kalem. Atau ada juga yang baru pertama kali naik pesawat, jadi malah nggak grusa-grusu.

    Selain itu pesawat memang agak kosong terutama waktu berangkat. Kami memilih duduk di belakang karena kata Leo berdasarkan statistik, kalau terjadi kecelakaan, penumpang yang selamat justru yang duduk di belakang. Padahal orang kan penginnya duduk di depan. Aku sendiri nggak tahu statistiknya kayak apa, tapi waktu itu memang gampang cari tempat duduk, nggak perlu rebutan.

    Terus terang dibanding naik KLM kemarin, penumpang Air Asia malah lebih kalem. Aku juga heran bener sama penumpang KLM kemarin terutama yang dari Jakarta ke Amsterdam. Aku lihat kebanyakan yang naik orang Indonesia atau Malaysia (bule nya sedikit). Tapi bingung juga kok mereka malah kesannya mau cepet-cepetan, grusa-grusu. Padahal kan setiap orang sudah dapat seat sendiri-sendiri, nggak bakalan diserobot orang lain. Lha kalau dipikir mereka itu kan berpendidikan, wong bawaannya laptop atau HP mahal, dalam pikiranku, mereka bisa lebih tertib, tapi kok malah nggak gitu tuh. Lha apa ya cuma perasaanku saja ya.

    Tapi terus terang, pesawat yang pelayanannya terbaik masih SQ. Mereka bisa membuat penumpang tertib. Kerja crew nya juga sangat profesional, efisien banget. Tapi itu pendapatku lho.

    ReplyDelete
  7. Kalau ini betul. Aku juga merasakan, waktu mereka mendarat di Padang dan Jakarta, rasanya alus, nggak kasar. Aku baru mau ceritakan di blogku selanjutnya, tapi malah sudah dikomentari. Jadi pendapat kita sama dong.

    ReplyDelete
  8. Kami ke Bukit Tinggi. Bunga raflesia adanya di Lembah Anai ya? Tapi waktu itu belum berkembang. Bukit Tinggi indah sekali, aku suka sekali pemandangannya. Apalagi di lereng gunung Merapi. Aduh bener deh rasanya nyaman sekali. Nggak bosan mata memandang.

    ReplyDelete
  9. Pertimbangan kami waktu itu pake Air Asia salah satunya karena lebih efisien, bisa di-arrange semuanya dari rumah dan nggak ngrepotin orang lain. Sebelumnya kami juga sudah search data tentang kecelakaan pesawat, dan kami tidak menemukan kecelakaan Air Asia. Jadi kami ambil pesawat ini.

    Terus terang memang bingung kok sekarang kalau mau pergi-pergi.

    ReplyDelete
  10. Sama, kami waktu itu juga berpikiran seperti itu, dari segi efisiensi. Kalau harus nunggu book dulu di Indonesia, bisa-bisa kita nggak dapat tiket karena seat sudah habis. Alternatif lain adalah minta tolong keluarga atau teman untuk book dan bayarin dulu. Lha kalau mereka sedang bokek (bisa saja kan, namanya juga hidup, kadang harus bayar STNK, cicilan rumah dsb), kami harus transfer dulu. Repot pokoknya.

    Kalau namanya keslamatan sih, kata teman saya juga gitu. Lha kalau sudha nasib, yo sudah. Lha sekarang, mau milih pesawat apa juga susah tuh. Nggak ada jaminan juga kok kalau naik pesawat mahal pasti aman. Pusing juga kan.

    ReplyDelete
  11. Baru dengar namanya say... saya suka ketinggalan berita.
    Biasa kalau di Indonesia, kakak saya yg mengurusin semuanya saya tinggal naik pesawat aja.
    Terima kasih ja Sri udah disharing nich...

    ReplyDelete
  12. Saya juga nggak tahu kok tentang Air Asia ini kalau nggak dikasih tahu teman. Berawal dari kebingungan mau naik apa karena Garuda juga bukan jaminan. Pusing kan? Waktu itu teman kasih alternatif ini.

    Dulu biasanya adik atau teman yang ngurus. Cuma mereka kan kadang atau bahkan sering ke luar kota karena pekerjaan kantor, akhirnya kami harus mencari alternatif supaya bisa mandiri.

    Ada orang yang kalau nggak Garuda nggak mau, ada lagi yang nggak masalah naik pesawat murah. Jadi ini faktor pilihan kan ya berdasarkan pertimbangan masing-masing........

    ReplyDelete
  13. Betul2 murah ya Sri. Untung kamu dgn Leo sudah kembali dgn selamat.

    ReplyDelete
  14. Air Asia itu maskapai Malaysia kan? katanya sih ok tapi denger2 banyak delaynya... mbuh bener apa nggak saya gak tahu krn belum pernah naik ;)
    Naik Garuda memang bikin tongpes... waktu mudik saya berangkat dr Yogya ke Bali & krn jadwal penerbangan cuma 3 kali sehari & juga Adam Air waktu itu tdk jalan makanya saya dapet tiketnya muahal... adanya tinggal executive class, padahal yo podo wae...

    Temen saya naik Garuda dr Jkt-Lampung bayarnya Rp400 ribuan o/w padahal deket banget, cuma 30 menit nyampe...

    ReplyDelete
  15. Setahuku Air Asia Indonesia dulunya bernama AWAIR, tapi kemudian bergabung dengan Air Asia Malaysia. Kalau baca website nya tentang sambutan dari chairman Air Asia, kita bisa lihat kalau chairman nya orang Malaysia.

    Garuda memang mahal ya. Terus rasane piye numpak executive class? Apa bedanya dengan naik yang klas ekonomi?

    ReplyDelete
  16. Terus terang aku heran, perusahaan sebesar Garuda masih belum bisa melayani konsumennya melalui internet.
    -----------------------------------------------
    Mungkin ada pertimbangan misalnya harus memecat sekian banyak karyawan di bagian ticketing jika sudah beralih ke e-ticketing murni gitu mbak. Biasanya sisi humanisme banyak berperan dalam pengambilan keputusan perubahan sistem perusahaan. IMHO aja, CMIIW.

    ReplyDelete
  17. Mungkin juga begitu karena faktor kemanusiaan.

    Tapi bisa juga ada alasannya lainnya, misalnya miss management. Ini mungkin lho ya. Lha piye, saiki Garuda nggak terbang ke Eropa dan Amerika lagi. Kalau aku lihat rute mereka yang internasional cuma yang dekat-dekat saja seperti Sydney, Tokyo, Shanghai atau kota-kota dekat di Asia (kuwi wae ora kabeh). Coba bandingkan dengan rutenya Singapore Airlines atau KLM. Negoro cuilik sak gede pete bisa punya maskapai penerbangan yang luar biasa dan mendunia. Lha mungkin karena mereka negoro cilik, jadi lebih bisa gampang menata diri atau memang mereka punya kemampuan management yang luar biasa, lebih disiplin, bisa menekan korupsi sekecil mungkin dsb. Ini cuma tebakanku saja, mbuh benere kayak apa aku kurang tahu.

    ReplyDelete
  18. Aku lupa, dulu liat bunga raflesia dimana, mungkin di daerah utara bukittinggi. Naek angkot dari pinggir jalan antara pasar dan taman panorama sekitar kurang dari sejam. Angkotnya juga sesak banget. Abis itu kami jalan melewati desa, sawah, dan hutan gelap (tapi baguus banget) untuk akhirnya sampai ke bunga itu. Tapi bunganya udah gelap warnanya (udah mau mati), di sampingnya malah ada bunga yang udah busuk. Aku malah gak ke Padangnya sama sekali, hanya ke airportnya saja pas mau pulang (naek Adam Air..hehehe). Perjalanan awalnya lewat darat dari Riau (ini pemandangannya bagus juga!), walaupun si supir nyetirnya seenak dewe. Tapi perjalanan bukit tinggi- airport, bagus banget ya mbak?

    Jalan sama org asing, sering kena biaya siluman gak mbak? Aku sekali pas mau masuk hutan di Puncak Lawang untuk menuju danau maninjau. Aku ketemu preman desa. Yah, biasa deh, nakut2in kami untuk pakai guide (yah pemuda desa itulah), kalau nggak ntar hilang di hutan de el el. Ada-ada saja.

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah kami nggak kena biaya siluman apapun. Kami pake guide dan sopir dari Padang. Mereka dari travel agent. Semuanya berjalan lancar.

    ReplyDelete
  20. Pokoke selamat balik di negeri kincir.

    ReplyDelete
  21. Betul tante, yang penting itu.

    ReplyDelete
  22. Airasia kini ada yang dari Batam ke KL (LCCT) direct lho! murah 15rb saja promo

    ReplyDelete
  23. makin banyak kalau gitu rute penerbangannya ya...

    ReplyDelete
  24. tahun lalu kita naik...........dan turun juga............

    ReplyDelete