Tuesday, 12 June 2007

Naik Air Asia......Leo: "is this a good sign or a bad sign?" (Part 2)

Karena pesawat murah, maka perusahaan ingin menekan semua biaya serendah mungkin. Misalnya untuk tiket, penumpang bisa pesen lewat internet. Ini artinya mereka tidak perlu menyediakan orang khusus untuk melayani pemesanan tiket. Walaupun sebetulnya kalau mau pesan tiket ke sana juga bisa, tapi ngapain susah-susah telpon atau pergi ke sana segala kalau sudah bisa dilakukan secara online. Setelah pesan lewat internet, beberapa detik kemudian kami mendapat konfirmasi lewat e-mail yang dilampiri dengan itinerary travel. Itinerary travel ini dapat diprint sendiri di rumah. Jadi kalau suatu kali ilang, masih bisa nge-print lagi beberapa kali sak sukanya.  

Dengan menunjukkan itinerary travel dan identitas diri waktu check in, kami memperoleh boarding pass. Waktu itu aku sudah membayangkan boarding pass yang akan kami terima kayak boarding pass pesawat-pesawat lain yaitu dicetak di sebuah kertas tebal kayak karton, terus di belakangnya ada block item memanjang kayak yang ada di credit card atau ATM.

Lha ternyata boarding pass yang kami terima cuma selembar kertas tipis, kayak struk supermarket. Itu saja di-jegleg sama petugasnya di itinerary travel yang kami print dari rumah. Wis jan pengiritan habis-habisan. hi...hi...hi... Yo wis lah, wong namanya tiket murah kok minta macem-macem. Yang penting slamet, mau boarding pass nya dicetak di kertas mewah ataupun di kertas koran, yang penting ada. Cuma kalau dicetak di kertas tipis kayak struknya supermarket, rak yo bisa cepet ilang ya tulisannya.

Karena nggak ada nomor seat, maka setiap penumpang harus mencari seat yang diinginkan. Waktu itu adikku sudah kasih tahu, kalau naik pesawat murah, orang akan rebutan untuk naik pesawat. Lha yo mungkin pake sikut-sikutan segala kali ya kayak mau naik KRL (sudah bayangin yang terjelek. he...he...he...).

Ternyata kenyataannya tidak sejelek itu. Walaupun penumpang buru-buru (takut ketinggalan pesawat kali ya?), tapi nggak pake sampai sikut-sikutan dan rebutan yang keterlaluan. Menurutku sih cukup tertiblah. Mungkin karena sebagian penumpang sudah sepuh (tua) jadi lebih kalem, mungkin karena nggak semua seat terisi jadi penumpang lebih leluasa memilih, mungkin masih terlalu pagi (wong terbangnya saja jam 06.35 dari Jakarta) apalagi ditambah belum sarapan jadi belum ada tenaga untuk dorong-dorongan, mungkin ada yang baru kali itu naik pesawat (lha gimana mau rebutan wong ngelihat dalamnya pesawat saja belum pernah), mungkin karena kami naik dari belakang dan memilih duduk di belakang sementara orang lain maunya duduk di depan jadi kami nggak tahu bagaimana orang lain berebutan tempat duduk. Tapi yang jelas semua penumpang dapat tempat duduk, kalau perlu malah dobel kalau seat sebelahnya kosong. 

Ada beberapa hal unik yang saya temui di Air Asia yang belum pernah saya temui di pesawat lain. Misalnya sandaran tempat duduknya rendah. Buat orang Indonesia atau Asia lainnya sih nggak masalah karena masih bisa menyandarkan punggung sampai dengan kepala. Tapi bagi Leo yang tinggi, dia tidak bisa menyandarkan seluruh punggungnya. Aku pengin ketawa melihat dia duduk di seat Air Asia, kayak duduk di bis kota PPD saja. he....he....he.... Tapi untungnya perjalanan cuma memakan waktu 1 jam 40 menit, jadi ya tidak terlalu masalah buat dia. 

Hal lain lagi adalah pengumuman tentang pentingnya mematikan pesawat seluler. Perasaan naik pesawat-pesawat lain, nggak pernah pramugarinya mengumumkan sampai berkali-kali supaya penumpang mematikan mobile phone atau HP nya. Biasanya pengumuman cuma sekali to, apalagi kalau ada videonya. Tapi kalau naik Air Asia, pengumuman ini akan terus diulang berkali-kali, bosan atau tidak bosan ya harus didengar wong kita punya kuping. Pengumuman berulang kali ini nggak hanya terjadi pada waktu perjalanan Jakarta-Padang, tapi juga waktu baliknya. Waktu itu aku sampai berpikir, apakah orang Indonesia begitu tidak disiplinnya, sampai-sampai pengumuman untuk mematikan HP diulang berkali-kali.

Karena saking kepinginnya mereka menekankan segi keselamatan, sampai-sampai di tersedia kartu tentang bagaimana prosedur check dan re-check mesin dsb dilakukan. Biasanya kan yang tersedia cuma kartu tentang prosedur penyelamatan dalam keadaan darurat. Di sini tersedia juga kartu check dan re-check mesin dan peralatan lainnya yang diletakkan di kantong di depan tempat duduk. Aku ya baca juga walaupun sekilas, panjang banget jé. 

Yang paling unik dari semuanya dan belum pernah aku alami di pesawat lain adalah pengumuman yang disampaikan oleh pramugari sebelum tinggal landas. Seperti yang terjadi di pesawat lain kan ada demo tentang petunjuk tentang apa yang harus dilakukan dalam keadaan darurat. Pake bahasa Indonesia dan kemudian diterjemahkan dalam bahasa Inggris. Tapi kalimat terakhir yang diucapkan oleh pramugari sebelum take off, belum pernah aku dengar di pesawat lainnya.

Waktu pramugari mengucapkan dalam bahasa Indonesia, Leo masih tidak bergeming, dia pikir biasa saja kayak pengumuman di pesawat-pesawat lainnya. Tapi begitu pramugari mengucapkan dalam bahasa Inggris yang bunyinya kira-kira begini:

"Ladies and gentlemen, let's pray together based on your religion and belief"

Langsung Leo nengok ke aku. Dia tanya: 

"Is this a good sign or a bad sign?"

Waduh...ya nggak tahu aku mau jawab apa, wong namanya baru kali ini naik Air Asia. Terus terang baru kali itu aku mendengar pengumuman seperti ini. Aku pernah naik berbagai macam pesawat termasuk Malaysian Airlines tapi nggak pernah mereka mengumumkan seperti ini. Mungkin maksudnya baik, tapi terus terang orang kan jadi punya pikiran macem-macem, ini pesawat aman atau enggak ya.....

Yang membuat suasana sendu adalah sebelum ada pengumuman yang meminta penumpang untuk berdoa, ada seorang penumpang yang mengaji (membaca Al Qur'an) di pesawat yang gaungnya terdengar oleh setiap orang. Waktu itu suasana pesawat sendu dan sepi. Lha setelah selesai ngaji, kok ada pengumuman untuk berdoa sebelum pesawat tinggal landas. Bisa dibayangin to suasananya, gimana gitu.

Waktu aku cerita ke adik, dia malah nanya:

"Terus setelah itu ada lagu gugur bunga?"

"Ah...kamu ini nakut-nakutin aja...."

Waktu aku cerita ke teman-teman, mereka nggak bisa menahan tawa.

Mereka bilang:

"Orang nggak usah disuruh berdoa, pasti sudah berdoa...."

Mungkin mereka mau menambahkan: "apalagi naik pesawat murah....harus ekstra doanya...."

Ternyata pengumuman untuk berdoa ini diulang lagi pada waktu kami balik dari Padang ke Jakarta. Jadi cuma faktor kebiasaan saja.

Tapi yang jelas adalah tinggal landas dan mendarat dilakukan secara mulus. Bahkan aku bisa merasakan landing nya di Padang alus sekali. Waktu landing di Jakarta, aku tidak terlalu memperhatikan apakah landingnya alus sekali atau tidak. Wong kami berdua waktu itu sama-sama terserang diare, jadi ya kami lebih memikirkan perut daripada halus-kasarnya landing.

Catatan: tulisan ini saya revisi sedikit soalnya tulisan sebelumnya rancu antara e-ticket dan itinerary travel. Yang bisa diprint berkali-kali di rumah adalah itinerary travel. Menurut Leo, e-ticket adalah tiket yang ada didalam komputer (bukan tiket fisik dalam bentuk karton ataupun kertas). Yang menghubungkan antara e-ticket dan kita adalah nomor passport karena pada waktu kita pesan e-ticket, kita ditanya nomor identitas kita. Jadi logikanya, kalau kita setor muka di airport dengan membawa passport sudah cukup untuk memperoleh boarding pass. Ini menurutku lho ya. Itinerary kan cuma sekedar jadwal bepergian saja walaupun di dalamnya memuat hal-hal seperti booking number, nama, alamat, tujuan, jadwal keberangkatan dan kepulangan, no flight, pembayaran dsb. Itinerary travel ini bisa kita print berkali-kali di rumah (atau di tempat lain) sesuka kita.  

 

 

   

 

29 comments:

  1. ngomong ngomong soal tiket disini juga sudah sistem tiket online mba jadi tiketnya berupa print print an kertas biasa, katanya dengan memberlakukan tiket seperti mereka bisa menekan biaya pengeluaran tiket sampe jutaan dirhams lo mba "maklum sekretaris dealing sama travel agent tiap hari" hehehehhehe

    ReplyDelete
  2. Aku dengar juga gitu. Makanya sekarang banyak perusahaan penerbangan yang pake e-ticket kan? Katanya pengiritannya luar biasa. Di Eropa aku lihat banyak orang pake e-tickets, baik itu untuk penerbangan inter continental maupun yang di dalam Eropa sendiri.

    Dengan biaya tenaga kerja yang mahal di Eropa, e-tickets memang sudah kayak keharusan. Daripada perusahaan harus menyediakan orang khusus untuk ngurusin tiket, mendingan penumpang disuruh ngurus tiketnya sendiri, ngeprint tiketnya sendiri di rumah pake kertas biasa.

    Yang penting waktu mau terbang, harus memperlihatkan passport saja. Bahkan kalau KLM lebih efisien lagi, penumpang disuruh check ini sendiri, bisa check in online maupun di Amsterdam airport. Makin banyak tenaga kerja yang dikurangi.

    ReplyDelete
  3. bener mba e ticket diamana mana sudah diberlakukan selain efisien hemat biaya juga, lagian misalnya tiket kita ilang hanya dengan nunjukin pssport udah langsung semua data kita keluar.

    ReplyDelete
  4. Betul sekali. Dulu waktu adikku ke Belanda, juga forward e-ticket nya ke aku. Dia bilang, kalau e-ticketnya ilang, aku masih bisa bantuin ngeprint.

    ReplyDelete
  5. pokoke angger moco blog-e mbak sri mesti ngguyu kepingkel-pingkel. isa tak bayangke situasi neng njero pesawat sakdurunge budhal kuwi, mbak ... wahahahahaaaaa ... eh, njenengan sida wisata kuliner apa ora? ayo dicritakke mbak .. ana sing lucu ra?

    ReplyDelete
  6. tahun lalu aku ke belanda naik KLM juga dah e tiket kok... pake kertas gitu ajah, makanya saya bilang ini naik bisa apa naik pesawat...
    malah naik SQ ke Malaysia tahun 2003 kita dah pake e tiket yang kertas itu, ya dah biasa juga seh hanya tetep aja waktu boarding dapet boarding pas yang bagus kayak layaknya boarding jadi masih terasa naik pesawat bukan bis malam..... hehehehe
    gaktau ya saya masih bolak balik mikir naik air asia.. murah seh katanya tapi ntah lah...
    emang murah gak pasti bahaya, mahal juga sama aja kebakar juga kalau penumpangnya gak disiplin buat matiin HP...
    yang penting juga emang kedisiplinan penumpangnya seh....

    rasanya belum minat banget deh naik pesawat domestik....

    ReplyDelete
  7. Sorry, saya bukan Travel Agent atau orang penting loh, tapi ttg hal ini saya tahu 100% dgn pasti krn mengalami sendiri "Sejarah e-ticket".

    Wkt kami ke-Indonesia dgn KLM Agustus 2004 juga sudah bisa print ticket dari pc sendiri, tapi bayar melalui bank dan dpt Boarding Pass di-Schiphol bagian Info-Ticket-Balie.

    KLM bulan Maret 2005 sudah fully melalui PC kita:e-ticket dan bayar dgn credit card melalui internet.Hanya Boarding Pass masih melalui Desk.

    Wkt kami ke-Disney World dgn Martin Air Oktober 2005:bayar masih tetap melalui bank dulu, tapi KLM sudah semua bisa melalui internet.

    Ing ke-Kenya bulan Agustus thn 2006 dgn KLM sudah semua melalui internet, dan bisa ambil Boarding Pass sendiri melalui alat tersendiri, tidak usah melalui Balie. Bisa pilih tempat sendiri, tak usah melalui orang. Hanya kita harus pakai paspor kita utk Start dgn alat ini, tersedia di-Schiphol.Banyak jumlahnya, alat2 ini.Jadi tak usah nunggu barisan orang2.

    Boarding Pass tak akan yg dari kertas, tetap dari karton, krn harus masuk alat dan kalau kertasnya tipis bisa terselip atau rusak, menjadi berangkatnya akan tertunda, dan ini Airport tak mau.(penghambat).

    ReplyDelete
  8. Lha iyo to, kok yo ada crew yang ngasih tahu untuk berdoa segala. Apalagi nyuruh berdoanya setelah selesainya acara ngaji yang suasananya hening. Bisa dibayangin kan. Lha kalau sekarang bisa tertawa, tapi waktu di pesawat perasaan yo rada campur aduk gitu. Tapi waktu itu rasanya yo pasrah saja. Lha piye....

    Ada wisata kuliner segala. Nanti aku ceritain, semoga nggak males ya....

    ReplyDelete
  9. Sorry Esther, saya kira HP hrs dimatikan kalau sudah mau terbang,
    krn mengganggu hubungan Pesawat dgn Airport di-Darat, jadi bukan soal akan kebakaran.

    ReplyDelete
  10. segala sesuatu Sri, kalau sudah jadi otomatis lagi, tak akan mengandung arti apa2 lagi.
    Kekuatan doa telah hilangg krn rekaman belaka, bukan suara orang yg omong betul2 pd saat itu.

    ReplyDelete
  11. Lucu benar ceritamu Sri. It is a fresh story about Airplanes Habits.
    Memang tuh,baru kali ini dsaya dengar ttg kebiasaan Doa. Spt Mesjid2 di-Jakarta.
    Kuping pengeng.

    Saya selalu senang baca ceritamu.TFS, SRI.

    ReplyDelete
  12. Memang sudah lama kok mbak sistem e-ticket ini. Misalnya pulang tahun 2005 lalu, kami naik KLM juga sudah pake e-ticket. Bahkan check in sendiri kan bisa melalui internet kemudian diprint sendiri boarding pass nya di rumah. Jadi sebelum sampai Schiphol pun kita sudah tahu nomor tempat duduk kita karena sebelumnya kita sudah milih sendiri.

    Kalau mau check in di Schiphol juga bisa tapi harus check in sendiri, tidak ada counter khusus untuk check ini. Counter yang ada cuma counter untuk drop luggages. Tersedia banyak screen check in di sana dan setiap orang bisa langsung check in sendiri, pilih tempat duduk sendiri. Jadi orang nggak ngantri sampai panjang sekali. Kalau nggak tahu, ada petugas yang bantu. Kalau check in sendiri di Schiphol kita memang bisa tetap dapat boarding pass yang biasa kita peroleh, nggak cuma sekedar kertas struk tipis kayak struk nya supermarket. hi...hi...hi....

    ReplyDelete
  13. Sebelum kami berangkat, KLM sudah kirim e-mail mengabarkan kami bisa check in sendiri melalui internet. Kalau nggak salah 30 jam sebelumnya kita bisa check in sendiri melalui internet, bisa pilih tempat duduk sendiri. Setelah itu bisa diprint sendiri nomor tempat duduk tersebut.

    Kami waktu itu tidak print soalnya printernya rusak. Ya sudah, akhirnya kami cuma check in di rumah untuk milih tempat duduk. Sampai di Schiphol kami check in lagi di screen (nggak tahu namanya tante, pokoknya screen tersebut bisa untuk check in). Waktu itu kalau nggak salah kami nggak bisa dapat boarding pass dari screen tersebut (mungkin karena kami sudah dianggap check in dari rumah ya), tapi kemudian kami ke counter yang untuk drop luggages dan kami bisa dapat boarding pass. Kalau kami nggak check in di rumah malah kami bisa dapat langsung dapat boarding pass dari screen tersebut.

    ReplyDelete
  14. Waktu itu sih diumumin sama pramugarinya kalau HP bisa mengganggu navigasi. Yang saya nggak tahu kenapa pengumumannya sampai berkali-kali gitu, sampai bosen rasanya. Mungkin mereka ingin make sure kalau semua orang sudah mematikan HP kali ya?

    ReplyDelete
  15. Kebetulan sampai sekarang saya masih percaya pada kekuatan doa. Kalau tidak dikabulkan, mungkin Tuhan menginginkan saya untuk melakukan hal yang lain.

    ReplyDelete
  16. Lha saya sendiri juga baru kali itu kok mengalami hal seperti ini. Mau pergi kemanapun kita kan selalu berdoa. Bahkan sebelum naik sepeda pun saya selalu mengucapkan bismillahhirohmannirohim, lha kok kemudian di pesawat ada pengumuman disuruh berdoa segala. Maksudnya mungkin baik, tapi bagi yang nggak biasa kan jadi malah berpikiran lain ya.

    ReplyDelete
  17. Mbak Sri & Mas Leo kok pulang2 diare? apa kakehan makan pedes2 di Padang? he he...

    ReplyDelete
  18. saya punya suatu artikel bagus tentang penggunaan HP dan bisa terjadinya selain gangguan signal dan matinya mesin turbine...
    kalau soal kebakaran itu emang bukan langsung akibat dari HP tapi akibat secondarynya...
    awalnya ya disfungsinya turbin pesawat yang akhirnya menyebabkan pengereman pesawat yang berlebihan dan akhirnya terjadilah kebakaran tsb...
    ntar ya saya copy paste kan disini kalau Sri gak keberatan....


    salah satunya ini :


    Saya sedih mendengar terbakarnya pesawat Garuda, GA 200 pada tanggal 7
    Maret 2007, pukul 07.00 pagi, jurusan Jakarta-Yogyakarta di Bandara
    Adisucipto. Kejadian itu sungguh menyayat hati dan perasaan.
    Kemudian saya teringat beberapa bulan yang lalu terbang ke Batam
    dengan menggunakan pesawat Garuda juga. Di dalam pesawat duduk
    disamping saya seorang warga Jerman. Pada saat itu dia merasa sangat
    gusar dan terlihat marah, karena tiba-tiba mendengar suara handphone
    tanda sms masuk dari salah satu penumpang, dimana pada saat itu
    pesawat dalam posisi mau mendarat. Orang ini terlihat ingin menegur
    tetapi tidak berdaya karena bukan merupakan tugasnya.
    Langsung saya tanya kenapa tiba-tiba dia bersikap seperti itu,
    kemudian dia bercerita bahwa dia adalah manager salah satu perusahaan
    industri,
    dimana dia adalah supervisor khusus mesin turbin. Saat dia
    melaksanakan tugasnya tiba-tiba mesin turbin mati, setelah diselidiki
    ternyata ada salah
    satu petugas sedang menggunaka HP didalam ruangan mesin turbin.
    Orang Jerman ini menjelaskan bahwa apabila frekwensi HP dengan mesin
    turbin ini kebetulan sama dan sinergi ini akan berakibat mengganggu
    jalannya
    turbin tersebut, lebih fatal lagi berakibat turbin bisa langsung mati.

    ReplyDelete
  19. Ngeri juga ya mbak kalau tahu ada orang yang nggak mau disiplin. Cuma disuruh matiin HP saja kok susah banget ya.....apa susahnya gitu untuk matiin mobile phone..........

    ReplyDelete
  20. Mungkin ada benernya. Lha piye, di rumah aku selalu masak yang light kayak sayur asem, gado-gado dan oseng-oseng. Masakan bersantan kayak rendang jarang banget bikinnya. Nah sampai di Bukit Tinggi dan Padang, kami makan masakan Padang yang penuh dengan santan dan pedes. Mungkin perut kaget barangkali ya. Leo sebelumnya juga sudah diare waktu masih di Jakarta. Selain itu, mungkin terlalu capek di jalan, bangun pagi-pagi karena kami ambil pesawat ke Padang pagi hari, cuaca dari dingin ke panas juga mempengaruhi. Kata Leo sih, bakteri Londo beda dengan bakteri Indonesia, jadi ya bisa diare. Atau mungkin juga Londo terlalu steril. Wis ora enak pokoke karena nggak bisa nyobain macem-macem makanan semaunya.

    ReplyDelete
  21. Jadi ngeri sekali naik pesawat di indonesia,
    Makasih Sri buat berbagi ceritera pengelaman Sri di Indonesia, senang sekali mendengarnya.

    ReplyDelete
  22. Sama-sama bu, wong ini juga sekedar cerita yang kami alami. Tapi memang ya wajar kalau merasa ngeri naik pesawat domestik.

    ReplyDelete
  23. saya ini terlambat banget... tidak pernah pake e tiket.
    Kalau beli tiket selalu di Reisebuero (Travelagent) ...
    apa termasuk "memberi peluang kerja" ya ...
    tapi pengen juga nyoba e-tiket yang berarti harus beli di internet. Betulkah ?

    ReplyDelete
  24. baca tulisan mbak sri jadi kepingkel-pingkel....sing penting mbak sri sama leo sehat dan selamat......:)

    ReplyDelete
  25. Mengheningkan Cipta mulai.... hihihihi... aku ngikik2 lho mbak baca postingmu ini. Yang penting semua selamat tak kurang suatu apa.

    ReplyDelete
  26. Lha kuwi to sing penting? Alhamdulillah kami tiba dengan selamat.

    ReplyDelete
  27. Betul...yang penting slamet.....thanks ya...

    ReplyDelete
  28. Menurut ceriteranya Sri sungguh menarik, saya sampai tidak bisa menahan ketawa. Wah Sri berjiwa tegar sungguh. Kalau saya sudah tidak berani membuka mata selama perjalanan. Kalau soal diare sudah biasa, banyak yang sudah lama tinggal di luar negeri kena diare waktu datang di Indo. Kami waktu ke Indonesia tidak berani makan makanan yang sudah dingin termasuk minum segala macam es, kecuali minuman aqua, segala dari blik atau botol yang masih steril. Sebetulnya ingin sekali untuk menyantapnya.

    ReplyDelete
  29. Lha gimana tante wong sudah di dalam pesawat, masak minta turun lagi. hi...hi...hi....

    Kalau mengenai diare, waktu pulang yang lalu saya nggak kena diare sama sekali. Tapi waktu pulang kali ini saya kena diare. Mungkin saya sudah terbiasa dengan bakteri Londo, begitu kena bakteri Indonesia, jadinya diare. Yang parah malah Leo. Sampai sekarang dia masih diare dan mual-mual. Disuruh ke dokter nggak mau. Akhirnya sampai hari ini dia masih tidak masuk kantor.

    ReplyDelete